|
Manyalamat dan Kemiskinan |
oleh: mujiburrahmanmenurut cerita, dalam suatu pertemuan majelis ulama indonesia (mui) tingkat nasional, salah seorang pengurus pusat muhammadiyah, anwar abbas, mengatakan bahwa orang islam di indonesia menjadi miskin karena suka mengadakan selametan.
orang-orang banjar yang hadir di pertemuan itu kontan tersinggung.
seperti orang jawa, orang banjar memang suka selametan, yang disebut
manyalamat/basalamatan.
selain sebagai ritual tahap-tahap hidup dari lahir, sunatan, kawin, umrah, haji hingga mati, orang banjar juga
manyalamat ketika mendapat nikmat, seperti lulus ujian, lulus tes cpns, naik pangkat, menduduki jabatan, dan seterusnya.
sesuai kata yang dikandungnya,
manyalamat adalah upacara untuk mendapatkan keselamatan hidup, di dunia dan akhirat.
kata 'selamat' berasal dari bahasa arab, sal?mah, yang artinya keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian.
seakar dengan kata sal?mah adalah kata isl?m yang merupakan nama agama, yang secara harfiah berarti menyelamatkan, atau menyerahkan diri (kepada tuhan).
tetapi secara sosial,
manyalamat bisa berarti unjuk keberhasilan atau dalam istilah banjarnya, baungah.
dalam budaya kita, menyombongkan diri dengan keberhasilan cenderung dicela, tetapi baungah yang dibungkus upacara
manyalamat relatif dapat diterima karena adanya kesan berbagi keberhasilan dan kebahagiaan.
melalui
manyalamat, kesuksesan pribadi seolah berubah menjadi milik bersama.
tapi jangan anda kira
manyalamat hanya dilakukan masyarakat tradisional.
orang-orang yang katanya modern, juga suka melakukannya.
misalnya, banyak orang sekarang yang tiap tahun melaksanakan pesta ulang tahun.
begitu pula, di akhir tahun pelajaran, banyak sekolah yang mengadakan upacara perpisahan.
perhatikan pula upacara wisuda sarjana yang rutin dilaksanakan oleh perguruan tinggi.
pemerintah kita juga suka
manyalamat.
sepanjang tahun, banyak sekali hari penting yang diperingati.
ada hari kemerdekaan, hari pendidikan, hari pahlawan, hari sumpah pemuda, hari pancasila dan lain-lain.
pada 30 mei 2013 lalu di banua diperingati bulan bakti gotong royong masyarakat ke-10 dan hari kesatuan gerak pkk nasional ke-41.
di tingkat lokal, ada lagi hari jadi kota, kabupaten dan provinsi.
selain memperingati hari-hari penting, pejabat pemerintah kita sering pula membuka dan menutup berbagai kegiatan, dari acara pertemuan para birokrat hingga pekan olahraga dan musabaqah tilawatil quran.
selain itu, ada lagi
manyalamat peletakan batu pertama atau peresmian berbagai proyek, dari gedung, jalan, jembatan hingga instalasi listrik.
pendek kata, pejabat kita cukup sibuk
manyalamat.
upacara
manyalamat jelas menguras tenaga dan biaya.
dalam
manyalamat model tradisional, sekurang-kurangnya tuan rumah menyediakan makanan dan minuman.
jika ia orang kaya, sajian yang disuguhkan biasanya juga istimewa.
apalagi jika tuan rumah mengundang seorang tokoh agama terkemuka, yang kalau pulang biasanya bukan hanya dikasih sangu makanan, melainkan juga amplop berisi uang.
begitu pula
manyalamat model modern.
pesta ulang tahun tidak hanya menyedot biaya dari orang yang berulang tahun, tetapi juga dari para undangan yang menurut kebiasaan memberikan kado.
apalagi upacara perpisahan sekolah dan wisuda, jelas tidak hanya perlu makanan, tetapi juga sewa gedung atau restoran mewah, pakaian, syuting video, fotografer, hingga latihan untuk mengisi rupa-rupa acara.
manyalamat ala pemerintah lebih rumit lagi, karena menyangkut protokol.
biaya yang dikeluarkan juga seringkali besar.
biaya kembang api saja untuk pembukaan mtq atau hari jadi daerah bisa mencapai ratusan juta rupiah.
belum lagi biaya keamanan, transportasi, akomodasi dan konsumsi.
karena itu wajar jika
manyalamat nasional di banjarbaru kemarin konon menelan biaya hingga rp 5 miliar.
karena itu,
manyalamat ala rakyat biasa, kalaupun dianggap tidak produktif, tidaklah sebanding dengan biaya
manyalamat alias pesta ala orang-orang kaya.
apalagi jika dibandingkan
manyalamat ala pejabat pemerintah.
anda bisa bayangkan, betapa banyak yang bisa dilakukan dengan uang ratusan juta hingga miliaran itu, untuk hal-hal yang lebih penting, misalnya beasiswa untuk anak-anak miskin.
jadi, mungkin saja anwar abbas benar.
kita miskin karena kaum berduit dan berkuasa suka selametan!(*)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Manyalamat dan Kemiskinan"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.