|
Memburu Ketenangan Jiwa |
oleh: kh husin naparin membaca tulisan mujiburrahman (bpost, 11/3/2013) tentang pengalaman di belanda, tergerak hatiku untuk bernostalgia, karena aku juga pernah berada di negeri itu pada 1975-an, lebih kurang 6 bulan.
tetapi berbeda, mujib ke negeri itu studi menimba ilmu, sedangkan aku, tidak.
beasiswaku di kairo, mesir, waktu itu hanya cukup keperluan sehari-hari, karenanya aku ikut-ikutan bekerja di sana.
aku bekerja mula-mula di pabrik acar dan tinggal di den haag, ibukotanya; menumpang di rumah seorang staf kbri.
untuk bekerja, aku harus naik kereta api lewat stasiun holland spoor.
untuk menuju stasiun, dari rumah aku harus berjalan kaki kira-kira seperempat jam, melewati satu kawasan lokalisasi pelacuran.
terdapatlah puluhan etalase, setiap etalase berukuran kira-kira tiga meter persegi, seperti kamar praktik seorang dokter.
di setiap etalase terpajang boneka perempuan sebesar manusia, fostur dan wajahnya bermacam-macam, muda dan cantik; ada yang berwajah asia, eropa, india, afrika, bahkan wajah timur tengah.
pakaiannya minim dan menantang.
suatu hari aku dan temanku lewat di depan etalase itu berjalan pelan.
ternyata boneka-boneka itu tersenyum.
inilah yang dikatakan mujib dalam tulisannya: “itu orang sungguhan, dia adalah pelacur professional.
” mujib menambahkan: “kita pandai meniru budaya barat yang buruk, sedangkan yang baik kita abaikan.
”betul, di negeri kita hal ini mulai merebak dan tanpa malu.
terbukti antara lain, bpost memberitakan pada halaman berikutnya, petugas sabhara polresta banjarmasin, akhir-akhir ini menjaring tujuh pasangan ngamar, kali yang kedua ditemukan lagi enam pasangan di tempat yang sama, penginapan melayu; mereka berasal dari dalam dan luar kota banjarmasin.
umur mereka rata-rata di bawah tiga puluh tahunan.
menarik perhatian, ditemukan pula tiga orang bermabuk ria minum minuman keras, satu orang laki-laki dan dua orang perempuan tomboy.
menurut paparan si lelaki, mereka hanya ingin menghilangkan stres, salah seorang di antara perempuan itu ingin curhat karena menghadapi masalah keluarga.
mencari ketenangan lewat minuman keras, adalah kebiasaan orang barat yang diadopsi oleh sebagian masyarakat kita yang minim tuntunan agama.
masih cerita dari negara belanda.
sesudah dua bulan bekerja di pabrik acar, aku pindah kerja di sebuah restoran masakan indonesia sebagai tenaga kebersihan, restoran toraja namanya; di atas restoran terdapat puluhan kamar kost orang tua-tua dan jompo, disebut pension.
suatu hari, aku diminta membersihkan kamar kos yang dihuni seorang perempuan tua pensiunan pegawai pemerintah.
ia hidup sendirian, jangankan punya anak, punya suami saja tidak.
kerjanya sehari-hari makan dan tidur, keluar kamar sebentar untuk makan, kemudian duduk lagi menonton tv sambil merokok dan minum miras.
di kamarnya berserakan botol-botol miras berbagai merk dan puntung rokok.
aku diminta membersihkan, dengan imbalan tentunya.
ia tidak segan mengeluarkan uang untuk keperluannya, karena uangnya berlebihan.
dalam omongannya yang bisa aku tangkap; ia bosan hidup, bingung karena tidak tahu untuk apa hidup, untuk menenangkan diri ia mereguk miras dan miras, sampai mabuk.
aku menjadi yakin, bahwa hidup orang tidak beriman selalu gelisah; yang tinggal di gunung-gunung pergi ke tepi pantai, yang di tepi laut pergi ke hutan, yang di kota pergi ke desa, yang di desa pergi ke mal di kota; untuk
memburu ketenteraman, tetapi tidak menemukannya.
berbeda dengan orang beriman, di mana dan kemana pergi, ia selalu dalam ketenteraman karena ketenteraman itu ada di dalam hati.
ibnu mas’ud menasihatkan carilah ketenteraman jiwa di tiga tempat, yaitu di mana orang membaca alquran, baca atau dengar baik-baik; atau pergilah ke majelis yang mengingatkan hati kepada allah; atau ber khalwatlah menyembah allah swt sembari memohon ketenangan jiwa kepada-nya; bila anda tidak juga menemukannya, mintalah agar anda diberi hati yang lain, karena hatimu yang sekarang bukan hatimu lagi.
(*)
Sumber: tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Memburu Ketenangan Jiwa"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.