|
Bibit Ketidakjujuran |
musim peras otak siswa kelas akhir, baik tingkat smp hingga sma sederajat sudah dimulai.
praujicoba atau lazim disebut tryout ujian nasional (un) pun sudah digelar, mulai tingkat provinsi hingga kabupaten dan kota.
meski data keseluruhan belum tercatat, namun secara umum hasil ujicoba un tingkat provinsi (kalimantan selatan) masih jauh dari memuaskan.
tidak sedikit sekolah di daerah ini semua siswanya tidak lulus dalam praujicoba un tingkat provinsi.
bahkan, tidak sedikit pula sekolah unggulan banyak siswanya yang gagal.
meski hasil ujicoba bukanlah sebagai penentu, namun itu bisa menjadi tolak ukur gambaran kemampuan siswa.
kondisi ini tentunya harus menjadi perhatian serius semua komponen yang terlibat di dalamnya.
tidak hanya guru, tapi juga para orangtua siswa harus benar-benar memperhatikan kesiapan putra-putrinya menghadapi ujian nasional yang dilaksanakan april mendatang.
seperti biasa, program tahunan ujian nasional selalu memunculkan persoalan.
anehnya, persoalan itu tidak pernah mamu terselsaikan selesai dengan baik.
tengok saja sistem penetapan nilai kelulusan yang selalu memunculkan pro dan kontra di masyarakat.
belum lagi, kurikulum pendidikan yang saban tahun selalu berubah wujud.
dan, tahun 2013 ini kementerian pendidikan nasional memformulasikan kurikulum baru yang konon katanya jauh lebih baik dari yang sebelumnya.
selama ini ukuran baik itu hanya ada dalam pengertian dan pemahaman para pengampu kebijakan di bidang pendidikan.
sebab, faktanya jujur harus kita katakan, dunia pendidikan di negeri kita ini serba membingungkan.
program kurikulum tidak pernah pasti seolah-olah menjadikan guru dan murid sebagai kelinci percobaan.
perubahan wujud kurikulum setiap tahunnya ujung-ujungnya tidak pernah memberikan peningkatan kualitas pendidikan di negeri ini.
kita bisa tengok hasil survei trends in international math and science oleh global institute tahun 2007, hanya 5 persen siswa indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan penalaran.
bandingkan dengan siswa korea yang sanggup mengerjakan soal berkategori tinggi mencapai 71 persen.
siswa indonesia ternyata lebih jago dalam mengerjakan soal berkategori rendah yang hanya memerlukan hafalan yang menurut survei mencapai 78 persen.
sementara siswa korea bisa mengerjakan soal semacam itu hanya 10 persen.
lebih parah lagi indikator yang dipapar programme for international student assessment (pisa) tahun 2009 menempatkan indonesia di peringkat 10 besar paling buncit dari 65 negara.
kriteria penilaian mencakup kemampuan kognitif dan keahlian siswa membaca, matematika, dan sains.
ternyata hampir semua siswa indonesia cuma menguasai pelajaran sampai level 3.
sedangkan banyak siswa negara maju maupun berkembang lainnya, menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6.
kesimpulannya, prestasi siswa indonesia terkebelakang.
mutu kualitas pendidikan secara nasional, tentunya juga menggambarkan kondisi riil di daerah.
ini bisa dilihat dari hasil sementara nilai kelulusan pada ujicoba un tingkat provinsi yang sangat-sangat jauh dari harapan.
sekali lagi, meski hasil itu bukan menjadi patokan, namun tetap saja menjadi tanda tanya besar kita semua terhadap kualitas pendidikan dan proses belajar mengajar di daerah ini.
celakanya, kondisi ini semakin dirusak oleh fenomena bocoran jawaban soal un.
saban tahun, persoalan kebocoran jawaban soal menjadi warna lain dari setiap pelaksanaan kegiatan ujian nasional.
mengapa terjadi fenomena seperti ini, dan selalu terjadi setiap tahun? inilah fakta bahwa memang ada yang salah dalam dunia pendidikan kita.
munculnya fenomena model kecurangan seperti ini tidak bisa dilepaskan dari sistem pendidikan kita yang memang tidak pernah pasti.
ketidakpastian sistem telah menumbuhkan ketidakpercayaan diri pada murid yang ujungnya memicu ketidakjujuran.
ini tentu sangat berbahaya karena mulai di bangku sekolah murid sudah terperangkap dalam situasi ketidakjujuran, curang, dan koruptif.
bibit-
bibit sifat ketidakbaikan ini tentu akan berkembang sampai dewasa, dan memasuki dunia kerja.
kalau
bibit ketidakjujuran seperti sudah menjadi bagian dari cara pandangnya, bagaimana nasib negara ini yang sudah begitu sesak dengan orang yang tidak jujur? (*)
Sumber: tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Bibit Ketidakjujuran"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.