SAMPIT, Aksi pelangsiran bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), makin parah. Masyarakat menduga pelangsir makin menjadi-jadi karena dibiarkan beraksi, bahkan ada yang secara terang-terangan membeli BBM menggunakan jeriken di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Wajar jika masyarakat menduga aksi para pelangsir tersebut sengaja dibiarkan. Secara jelas, masyarakat bisa melihat warga yang keluar masuk membeli BBM menggunakan jeriken di SPBU namun tidak juga ditertibkan. Selain itu, antrean panjang truk dan jenis mobil lainnya yang membeli solar bersubsidi, diduga kuat juga merupakan pelangsir.
Melihat fakta tersebut, masyarakat pun bertanya komitmen kepolisian dan pemerintah daerah yang sudah sering berkoar-koar akan memberantas dan menindak tegas pelangsir dan mafia BBM. Namun ketika fakta jelas terlihat, ancaman yang digaung-gaungkan itu ternyata hanya isapan jempol.
Pantauan Radar Sampit, pembeli dengan jeriken tampak terlihat di sejumlah SPBU di Sampit terutama pada pukul 07.00 WIB pagi hari. Jeriken berbagai ukuran diangkut dengan sepeda motor dan sebagian lagi dengan mobil pikap, yang bak belakangnya tertutup terpal. Tanpa merasa ada beban, pemilik mobil pikap bertutup terpal tersebut meminta kepada petugas untuk mengisikan jeriken dan petugas SPBU langsung melayaninya.
Beberapa pembeli juga terlihat menjinjing jeriken dengan berjalan kaki di antara antrean mobil dan sebagian orang lagi sedang sibuk menyusun jeriken di atas motor. Di salah satu SPBU, pembeli yang menggunakan jerikan bahkan seperti telah diatur sehingga membentuk barisan antrean tersendiri di samping pembeli dari masyarakat umum. Kegiatan itu terus berulang hingga SPBU tutup.
Aksi pelangsir BBM subsidi itu diduga diketahui oleh aparat kepolisian yang berjaga mengamankan pendistribusian BBM subsidi di SPBU, namun tetap saja para pelansir ini dapat dengan bebas beraktivitas. “Aktivitas mereka sudah lama berlangsung, dan belum ada upaya untuk dilakukan penertiban dari aparat terkait,” kata seorang sopir truk, sebut saja Tugino, yang mengaku sudah antre selama 20 jam.
Melangsir BBM subsidi di SPBU sebetulnya tidak hanya dilakukan oleh mereka yang menggunakan sepeda motor saja, namun juga dilakukan oleh pemilik kendaraan roda empat. Sebagian kendaraan roda empat yang antre di SPBU merupakan pelangsir dan mereka menguasai di seluruh SPBU yang ada di Kabupaten Kotim.
Pelangsir menggunakan kendaraan roda empat ini justru lebih merugikan karena jumlah BBM yang mereka sedot dari SPBU juga jauh lebih banyak. Bahkan sopir truk yang sudah berhasil membeli solar di SPBU dengan terang-terangan memindah solar dari tangki truk mereka ke jeriken yang sudah disiapkan, kemudian dibawa pergi oleh rekannya yang lain.
Akibat ulah mereka itu, truk angkutan menjadi terganggu dan sering tidak mendapatkan kebagian BBM meski telah mengantre berjam-jam. Sementara, pemilik dan petugas SPBU dituding lebih cenderung memilih melayani pelangsir ketimbang kendaraan angkutan. Hal itu diduga karena setiap pelangsir memberi biaya tambahan hingga sebesar Rp10 ribu di luar harga pembelian BBM subsidi.
Ironisnya, selain tidak tegas terhadap pelangsir, petugas juga seolah tidak punya nyali menindak pengelola atau petugas SPBU yang secara terang benderang melayani pelangsir. “Kami terpaksa mengantre di SPBU, sebab harga jual BBM subsidi di tingkat pengecer saat ini sangat mahal, yakni berkisar antara Rp8.000 – Rp8.500 per liter,” ungkap sopir tersebut.
Sebelumnya, Kapolres Kotim, AKBP Andhi Triastanto dengan meyakinkan menegaskan komitmennya untuk membongkar mafia BBM di Kotim. Masyarakat kini menagih janji perwira tersebut, termasuk dengan memulainya menertibkan pelangsiran yang terang-terangan terjadi dan makin merajalela di daerah ini. (gus/nor)
Sumber : radarsampit.net
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Dibiarkan, Pembeli Pakai Jeriken Makin Marak"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.