 |
Massa Palsu di Balik Kampanye Terbuka |
taufik arbainpemerhati politik dan kebijakan publik fisip unlam
pada dua kali pemilu terakhir, kampanye terbuka sudah mulai diatur sedemikian rupa.
aturan lebih menekankan pada kampanye dialogis atau kampanye yang mendorong pemilih untuk turut bicara menyampaikan pendapat, gagasan dan aspirasi berkaitan dengan kepentingan.
kampanye terbuka pun mendapatkan porsi dan tempat yang relatif sedikit.
kampanye terbuka lebih dipahami sebagai bentuk show of force partai politik sebagaimana model yang dikembangkan pada masa pemilu orde baru .
kehadiran partai lebih dominan ketimbang kehadiran caleg secara personal, sebagaimana sistem proporsional terbuka saat ini.
banyak kalangan menganggap kampanye terbuka masih efektif.
hal ini didasarkan pada beberapa hal.
pertama, model konvensional seperti gerakan gegap gempita lebih mendapat perhatian publik, termasuk di dalamnya pengerahan
massa yang besar.
kultur masyarakat kita masih melihat sesuatu yang wah dan sesuatu yang diikuti banyak orang sebagai suatu “kebenaran” dan pilihan orang banyak.
dalam istilah lokal dipahami sebagai bentuk “umpat urang banyak”.
inilah sebenarnya satu kekuatan show of force kampanye terbuka.
dapil yang memiliki pemilih kelompok muda sangat diuntungkan dengan model kampanye terbuka, karena bagian dari aktualisasi anak muda dalam menunjukkan jati diri dan segala kreasi pemilu.
kedua, kampanye terbuka yang menghadirkan figur, baik artis maupun dai kondang adalah bentuk magnet yang dikembangkan pada publik/konstituen yang semula tidak tahu menahu dengan parpol untuk dicuri hatinya, disisipi visi dan misi serta jargon, kemudian dihujami rayuan diantara entakan musik dangdut atau sisi religius sang dai.
jadi, inilah sebenarnya tujuan utama kampanye terbuka, dimana partai politik dan caleg pasti mengakui tidak semua konstituen bisa dikerahkan atau disambangi ketika melakukan kampanye dialogis berupa silaturahmi dan sosialisasi.
bagaimana pun, mereka yang hadir dalam kampanye terbuka dipastikan mendengar apa yang diungkapkan sang juru kampanye dengan segala pujian dan “per-ambungan” kepada partai politik.
pada kondisi ini,
massa mengambang sangat memungkinkan tergoda, termasuk pemilih yang sudah dijerat hatinya oleh partai politik lain.
sebagian surveyor meyakini, jika kampanye terbuka efektif akan mendorong kenaikan elektabilitas suara partai satu hingga dua persen di kawasan dapil bersangkutan.
sebab, secara psikologis pemilih merasa bagian dari ingroup yang besar, apalagi partai bersangkutan menjadikan kampanye terbuka di akhir-akhir masa pemilu sebagai bentuk menggenapkan atau menyempurnakan rawatannya terhadap
massa pemilihnya.
sayangnya, perkembangan kampanye terbuka hanya seputar jargon, perambungan, hiburan artis, dan kuciak-kuciak wara.
kampanye terbuka masih memainkan para jurkam yang sedikit sekali menyampaikan hal berisi pendidikan politik, kinerja partai dan anggota parlemen mereka.
malah yang terjadi, menghasut dan mencaci maki pesaing sekalipun tampak gamblang.
inilah sebenarnya yang harus dikembangkan oleh para jurkam dan pengurus partaiuntuk menjadikan ruang kampanye terbuka ini menjadi bagian penting pendidikan politik yang menghibur, disamping dalam tujuan mendorong pemilih memastikan pilihannya kepada partai bersangkutan.
tentu saja, dalam kampanye terbuka bisa dikembangkan seperempat dialogis dengan mendengarkan pandangan dan aspirasi peserta kampanye terbuka untuk bicara.
saya kira masa orde baru, pak harmoko jagonya soal ini, setidaknya hal itu merupakan inspirasi bagi perkembangan model kampanye terbuka di masa akan datang.
model yang mengadopsi kampanye dialogis dalam kampanye terbuka membuat posisi caleg dan politisi dapat lebih mendengarkan aspirasi sehingga menjadi modal dirinya memperjuangkan, menjalan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan terhadap kerja-kerja eksekutif.
kreatifitas partai politik semestinya terus didorong dalam rangka mengembangkan model-model yang berorientasi pada penguatan pendidikan politik di sela-sela hiburan dan gegap gempita kegembiraan.
di luar aspek lain dari kampanye terbuka, tentu saja memungkinkan mobilisasi
massa, termasuk hadirnya
massa palsu yang mendapatkan uang bensin dan honor menjadi “
massa palsu” dengan segala atributnya.
tugas mereka meraung-raung di jalanan bak harimau mengelukan partai pesanannya.
setelah selesai, maka
massa palsu mendatangi koordinator yang membagikan jatahnya.
harapan lain, boleh jadi
massa palsu ini potensi baru pemilih partainya.
memang, kampanye terbuka ini perlu dana besar, bahkan memerlukan sedikit cara membangun kepalsuan.
dalam politik hal demikian nampaknya dihadirkan untuk itu.
wallahualam.
(*)
googletag.
cmd.
push(function() { googletag.
display('div-banjarmasin-article-bottom-signature'); });
)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Massa Palsu di Balik Kampanye Terbuka"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.