 |
Rangkul Anak Mereka |
news analysisnoor huda
ismailpengamat terorismebanjarmasinpost.
co.
id - sebenarnya kaum radikal yang nekat
melakukan pengeboman bisa dicegah melalui deradikalisasi.
sayang,
pemerintah tidak begitu memerhatikan detail deradikalisasi ini.
alhasil,
penumpasan orang yang dianggap teroris, berbuah dendam dan memunculkan
aksi teror lain.
contoh kelalaian negara adalah mereka tidak
me
rangkul keluarga para mujahid dan mantan teroris.
bagi saya,
deradikalisasi harus dimulai dari orang terdekat atau keluarga mereka.
lingkungan terdekat inilah yang menjadi media paling efektif untuk
mencegah teror.
siapa keluarga mereka itu? paling dekat adalah
anak-anak mereka.
bukan tidak mungkin anak-anak mujahid dan mantan
teroris ini meniru perilaku orangtuanya.
anak memiliki daya tiru yang
luar biasa.
gencarnya tayangan televisi yang menampilkan berita
tentang bom dan penumpasan teroris, bisa menyulut dendam baru.
apalagi
yang ditembak mati densus 88 itu ada ikatan darah dengan si anak.
metode penindakan semacam ini menjadi contoh buruk bagi perkembangan
psikologis anak.
anak-anak tetaplah anak-anak.
meskipun mereka
anak mantan teroris, mereka memiliki hak yang sama dengan anak-anak
lain.
yang salah kan orangtuanya, bukan anak-anak ini.
pemerintah
seharusnya memerhatikan kondisi psikologis anak-anak ini agar tidak
meniru atau dendam dengan yang mereka tonton.
saya melihat,
selama ini yang berusaha keras memulihkan atau menata psikologis
anak-anak ini baru sebatas keluarga.
pemerintah absen dalam hal ini.
padahal, para orangtua ini butuh dukungan.
sebenarnya mereka bisa
membantu pemerintah untuk mengurangi ancaman teror.
ada ribuan anak mujahid dan mantan teroris.
kalau di
rangkul, mereka ini bisa menjadi aset masa depan untuk deradikalisasi.
saya
khawatir, sebagian dari kita memperlakukan mereka layaknya anak-anak
pki (partai komunis indonesia) yang dicap sampai tujuh turunan karena
orangtua
mereka.
kalau kondisinya seperti itu, rekonsiliasi dan deradikalisasi sulit terwujud.
kita
harus membuka cakrawala berpikir para mujahid dan mantan teroris ini
agar menerima kehadiran dunia luar.
begitu sudah terbuka, pemerintah dan
masyarakat harus menerima mereka.
di malaysia, anak mukhlas
(terpidana mati bom bali i) diberi beasiswa oleh pemerintah di sana.
pemerintah malaysia menganggap, dengan me
rangkul anak-anak mukhlas,
teror yang dilakukan orangtuanya tidak akan terulang.
di
indonesia, sama sekali tidak ada hal seperti itu.
anak-anak ini
sepertinya diperlakukan buruk karena kesalahan orangtuanya.
seharusnya,
beri kesempatan anak-anak ini berpendidikan agar mereka memiliki
pandangan yang terbuka.
yang membuat saya terenyuh adalah kondisi
anak-anak di poso.
saya melihat sendiri mereka bermain perang-perangan
dengan membagi kelompok menjadi dua.
satu merah dan satu putih.
warna
ini melambangkan dua kelompok yang
pernah berkonflik di poso.
kelompok putih membuat bom dan
menyerang kelompok merah.
begitu sebaliknya.
apa makna dari fenomena
ini? yang jelas, kita lupa bahwa konflik tidak cuma harus diredam.
bahwa
teroris tidak harus dibunuh.
seharusnya, kita juga memerhatikan dampak
psikologis bagi anak-anak dan memulihkannya.
(surya/idl)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Rangkul Anak Mereka"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.