|
Guru Manual di Era Murid Digital |
oleh: muhammad muhransyah, s.
pd
guru sdn landasan ulin barat 1 kota banjarbaru.
era digital sekarang telah merambah semua bidang dan membius semua orang.
teknologi digital hampir mengendalikan seluruh hidup manusia.
ipad, tablet, internet, gadget, peralatan elektronik rumah tangga, uang digital (kartu kredit/debit), transportasi digital dan smartphone, semua serba digital.
orang hanya cukup duduk diam sudah bisa tatap muka dengan orang lain yang jauh disana melalui teleconference.
teknologi sudah mampu menembus sekat yang selama ini menjadi batasan untuk mengaktualisasikan diri.
teknologi memudahkan hal yang sulit, menghubungkan yang jauh dan seakan menjadi solusi bagi setiap masalah.
andai itu benar, indah sekali dunia ini.
tapi benarkah demikian? meski seolah terhubung secara permanen, sesunguhnya setiap orang menyembunyikan diri.
mereka bersama, tapi berada dalam dunia masing-masing, kesepian dalam dunianya sendiri.
sektor pendidikan pun tak luput dari terpaan era digitalisasi.
tak pelak para murid atau siswa yang menjadi sasaran empuknya.
bahkan oleh sebagian orang generasi sekarang dijuluki gen c (connected generation).
gen c berarti content, connected, customize, cyber dan cracker.
mereka terhubung di dunia digital secara online dan real time.
teknologi digital menyeret para siswa ke dalam dunia yang tanpa batas.
tak sedikit siswa yang yang gemar mengunggah foto diri dengan lidah terjulur atau mulut yang dimonyongkan ke facebook atau twitter.
mereka mengekspresikan segala rasa di dunia maya, mengeluh, curhat, galau, memamerkan talenta bahkan membentuk komunitas.
bahkan anak kecil seragam merah putih (sd) pun sudah akrab dengan dunia digital.
memainkan komputer atau laptop sudah menjadi santapan sehari hari.
anak - anak dapat duduk manis sekian lama hanya dengan melanglang buana di dunia maya atau bermain games online.
dunia digital tidak hanya mengubah cara berkomunikasi tapi juga mengubah pikiran, ucapan, tindakan, kebiasaan hingga karakter orang.
tanpa disadari, kebiasaan bersentuhan dengan teknologi hampir setiap waktu akhirnya melahirkan karakter-karakter baru seperti multitasking, selfish, narsis, dan apatis.
bagi generasi digital karakter narsis dan apatis menjadi imej mereka.
anak digital cenderung antisosial dan mementingkan diri sendiri secara berlebihan.
ketika anak sudah asyik memainkan smartphone ditangan, gempa bumi sekalipun mungkin tidak akan membangunkan dirinya dari gemerlapnya dunia maya.
tak heran kenapa anak zaman sekarang hampir tidak kenal lagi dengan gotong royong dan budaya luhur bangsa lainnya.
mereka seakan lupa bahwa bangsa indonesia terkenal dengan nenek moyangnya yang santun, ramah, beradab dan berbudi luhur.
dilema
guru manualketika para
guru melaksanakan uji kompetensi
guru (ukg) secara online adalah saat yang tepat untuk mengukur secara sederhana kemampuan sekaligus kemauan
guru di bidang tik (teknologi, informasi dan komputer).
masih banyak
guru yang ragu-ragu memegang mouse atau takut salah pencet keyboard.
tetapi yang perlu diapresiasi, karena adanya ukg online, banyak
guru yang mulai belajar komputer, beli laptop dan mulai berpikir(mudah-mudahan ikut) untuk kursus.
tak sedikit yang kursus kilat dengan anak atau bahkan cucunya untuk persiapan ukg.
pemerintah kadang memang harus menerapkan peraturan ekstrem dengan sanksi yang berhubungan dengan kesejahteraan (dicabut tunjangan) untuk memotivasi para
guru meningkatkan kompetensinya.
karena ketika ada hubungan dengan kesejahteraan biasanya orang akan lebih aware.
benar kata orang bijak dulu bahwa setiap hal ada zamannya masing-masing.
dulu para murid masih banyak yang bertelanjang kaki ke sekolah, pakaian seadanya, buku dan peralatan sekolah serba minim dan lingkungan belajar yang masih terbatas.
gurunya pun tak terlalu neko-neko, bermodal ceramah dan murid mencatat.
tetapi sekarang, di era digital masih layakkah cara-cara manual itu dipertahankan untuk mendidik murid yang serba digital.
murid sekarang tidak hanya belajar dari ceramah
gurunya, tapi juga belajar dari televisi, internet, bahan bacaan yang beragam dan lingkungan yang tak terbatas.
sebagai
guru yang hidup dan mendidik murid di zaman ini tentu kita harus mau membuka mata, lihat murid seperti apa yang kita hadapi sekarang.
kita harus jujur dengan diri kita sendiri.
kurikulum saja berubah menyesuikan dengan tuntutan zamannya, kenapa kita sebagai
guru tidak ber-metamorfosis juga.
jangan meng-kambinghitamkan era digital atas kemerosotan pendidikan karakter murid belakangan ini.
dunia digital tidak sesulit seperti yang menjadi mind set sebagian
guru.
dunia digital juga friendly bagi yang bisa memanfaatkan dan mengelolanya dengan tepat.
tidak sedikit
guru yang menerapkan virtual class (kelas maya) untuk mengefektifkan pembelajaran.
bahkan juga bisa membuat komunitas (group) di facebook untuk sharing dan learning.
daripada para murid menjadikan dunia digital hanya sebagai media sosial untuk gaul, bermain dan hal negatif lain, mending buat dunia digital sebagai sarana edukasi yang positif bagi anak didik.
ini hanya bisa dilakukan apabila para
guru berubah dari
guru manual menjadi
guru digital.
kurikulum baru yang akan mulai dilaksanakan awal tahun pelajaran ini pun menuntut para
guru untuk dapat mengaplikasikan setiap mata pelajaran dengan berbasis tik atau multi media.
banyak daerah yang sudah berbenah dengan membentuk tim pengembang ict (information communication and technology), untuk memasifkan gerakan
guru melek teknologi.
tidak sulit untuk men-delete predikat gaptek, banyak cara yang bisa di tempuh.
selain kursus, bisa juga sekolah mengadakan pelatihan komputer dengan teman sejawat.
diluar pun banyak bertebaran kaset cd (compact disc) yang berisi materi media pelajaran.
masa depan bangsa ini terletak dipundak anak-anak sekarang dan anak-anak sekarang terletak hitam putihnya ditangan para
guru.
mau kita cetak menjadi apa mereka, semua ditangan
guru.
apakah kita mau masa depan negeri ini suram hanya karena keegoisan kita tidak mau berubah, berinovasi dan meningkatkan kompetensi.
andai itu terjadi sungguh besar dosa kita para
guru.
semoga tidak! (*)muhransyah@gmail.
com
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Guru Manual di Era Murid Digital"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.