Petani Karet Meratap |
barabai,
bpost - kejadian memilukan dialami para petani karet di kalsel dan
kalteng.
selama dua pekan terakhir, harganya terus 'terjun bebas'.
dari
rp 8.
000-rp 12.
000 perkilogram menjadi rp 4.
000 hingga rp 7.
000 per
kilogram.
kondisi tersebut hanya bisa mereka ratapi, terlebih
yang luasan kebun karetnya kecil.
berapapun harga yang dipatok pedagang
pengumpul, para petani menerimanya demi menghidupi keluarga.
menurut
petani karet di desa tapuk, limpasu, hst, anto, setiap hari mereka
menjual hasil kebun berupa karet lum kepada pengumpul.
"kalau punya
kebun karet dalam jumlah banyak, dan ekonominya sudah mapan, mereka bisa
menyetok dulu, baru dijual setelah harga membaik.
kalau kami tidak bisa
begitu," kata dia, kemarin.
nasib serupa dialami petani karet di
desa lokbatu, tarawin dan gunung manau, balangan.
"dulu harganya rp
8.
000 sampai 10.
000 perkilogram, tergantung kualitas karet.
setelah
disadap langsung dijual,
harganya lebih murah karena kadar airnya lebih banyak.
beda dengan lum
yang disimpan dua sampai tiga hari.
murah atau mahal, petani di sini
hanya bisa pasrah.
kalau tidak menyadap dan langsung dijual, mau makan
apa? "kata laila.
manajer operasional pt dharma kalimantan jaya
(dkj) --perusahaan yang mengolah dan mengekspor karet di haruyan, hst -
masadi juga mengakui adanya penurunan harga di tingkat perusahaan yang
membeli dari pengumpul.
"saat ini harga per kilogram rp 9.
500.
sebelumnya antara rp 11 ribu sampai 12 ribu per kilogram.
di tingkat
dunia juga terjadi penurunan," ucap masadi.
perusahaan itu
mengekspor karet lembaran ke negara-negara di eropa, amerika dan asia
seperti jepang dan cina.
dampak lain penurunan harga membuat pt dkj
kekurangan pasokan karet sebesar 20 persen.
biasanya, dkj mengekspor
rata-rata 2.
000 ton.
"kemungkinan, karetnya banyak yang 'ditahan' pengumpul, sambil mereka menunggu harga
membaik," ujar masadi.
kondisi serupa terjadi di tanahlaut
(tala), terlebih seringnya turunnya hujan membuat petani jarang
menyadap.
para petani pun khawatir situasi itu dimanfaatkan para
tengkulak untuk mengeruk untung.
oleh karena itu, ucap petani desa
batuampar, ahmad rohim, perlu bantuan dari pemerintah untuk menormalkan
harga karet.
kepala dinas pertanian dan tanaman pangan tala agus
sektyaji mengatakan penurunan harga bukan dikarenakan permainan
tengkulak.
"setok karet di tingkat provinsi berlebih sehingga pembelian
karet dibatasi.
para petani sebaiknya sabar karena harga masih bisa
naik, juga merosot.
usahakan menjual saat harga naik," ucap dia.
juhrapi,
petani karet desa sawang, tapin, mengaku mengalami kerugian sekitar rp
30-40 ribu sekali panen.
hitung-hitungannya, sekali panen biasa mendapat
12 kilogram sementara selisih anjloknya ekitar rp 2.
500 perkilo.
untuk
menekan kerugian tersebut, juhrapi
mengaku menyiasatinya melalui cara menghemat pemberian pupuk untuk 400
pohon karet miliknya.
"harga pupuk rp 90 ribu hingga rp 125 ribu per
sak, tergantung mereknya," ucap dia.
petani karet di kalteng juga
'menjerit'.
bahkan mayoritas petani di desa malawaken, hajak, barito
utara, memilih tidak menjual.
untungnya, selain berkebun karet, mereka
bertani padi.
"penurunan harga terjadi bertahap.
harga rp 6.
500 per
kilogram saat ini merupakan kali keenam turun dalam waktu hampir
sebulan.
harapan kami, pemerintah bisa menstabilkan harga," ucap seorang
petani, rina.
(han/ryn/ami/him)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Petani Karet Meratap"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.