Serambinews
Serambi Indonesia
Empat guru Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) asal Aceh, Jawa Barat, dan Sumatera Utara, karam di sungai dalam perjalanan dengan boat menuju tempat tugasnya di kawasan pedalaman Aceh Tamiang, pekan lalu.
Dua di antara guru itu berhasil menyelamatkan diri. Sedangkan yang lainnya, satu ditemukan empat hari kemudian, satunya lagi belum diketahui nasibnya. Dua warga setempat yang mendampingi mereka dalam boat itu, juga sudah ditemukan mayatnya.
Peristiwa itu terjadi di tengah suasana peringatan hari guru. Di banyak forum, orang-orang sebagian sedang asyik membicarakan nasib guru. Mulai guru honor, kontrak, hingga guru PNS yang profesionalitasnya belum memadai.
Seorang pengamat di Jawa Timur menuliskan, saat ini, jika ada guru PNS mengeluh, itu keterlaluan. Sebab, setelah menjadi guru PNS, nyaris tak ada lagi kesulitan. Jam mengajarnya jelas dan tak takut harus tersingkirkan. Apalagi jika sudah menjalani sertifikasi guru, tentu akan mendapat tambahan penghasilan besar sehingga tak ada kekurangan.
Sedangkan guru tidak tetap pendapatannya juga sama dengan statusnya, yakni selain tidak tetap juga tidak jelas. Penghasilan yang seharusnya menjadi permasalahan nomor kesekian, justru kenyataannya mengalahkan tujuan mulia para guru itu untuk mengabdi demi kecerdasan dan mencerdaskan anak bangsa. Ini pula yang menyebabkan, pengabdian itu tak tulus dan dampaknya para murid pun tak menerima pembelajaran secara maksimal. Artinya, masih ada guru yang terkesan ogah-ogahan mengajar karena berpenghasilan rendah.
Kita bersyukur, di Aceh para guru baik PNS maupun non-PNS mendapat tunjangan dari beberapa sumber. Selain dari Pusat, ada bantuan tetap dari pemerintah provinsi dan kabupaten/kota masing-masing. Cuma saja, penyalurannya yang sering tersendat-sendat.
Yang paling menyedihkan adalah nasib guru yang bertugas di perbatasan, dan terisolir. Selain jerih payahnya sering terlambat diterima, tunjangan-tunjangan atau insentif-insentif --seperti yang sering diterima para guru PNS-- juga belum pernah ada.
Dinas Pendidikan Aceh saat ini tengah memperjuangkan agar guru daerah terpencil mendapat tunjangan khusus. “Ini salah satu perjuangan kita untuk peningkatan kesejahteraan guru agar bisa meningkatkan mutu, terutama di daerah khusus,” kata Sekretaris Tim Advokasi dan Regulasi Pendidikan Aceh, Budi Azhari MPd.
Melihat guru dan sekolah di daerah terpencil, orang-orang sering menyimpulkannya sebagai sebuah keprihatinan. Realitasnya, mulai dari minimnya fasilitas sekolah hingga keterbatasan tenaga pengajar/guru. Ironi tersebut semakin lengkap manakala nasib para guru di wilayah terpencil itu pun kurang diperhatikan mengakibatkan para guru cenderung mencari nafkah tambahan demi memenuhi kebutuhan keluarga yang kian hari kian bertambah.
Meskipun demikian, kondisi itu banyak pula yang tidak membuat anak didik atau siswa dan para guru patah semangat. Di antaranya, ada yang menjadikan kondisi serba sulit itu sebagai pemicu mereka untuk terus berprestasi. Nah?! (*)
Sumber: tribunews.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Spirit Kepahlawanan Guru Tamiang"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.