PUNCAK peringatan HUT ke-69 Kemerdekaan Repulik Indonesia yang dilangsungkan Minggu (17/8) meninggalkan sejumlah catatan bagi warga negara Indonesia.
Kemeriahan demi kemeriahan di seluruh pelosok negeri menjadi catatan rutin bagi pelaksanaan tahun ini. Pesta rakyat yang terdiri atas permainan tradisional menjadi hiburan tersendiri bagi warga yang dalam sebulan terakhir dicekoki perseteruan dua kubu calon presiden.
Isu-isu dan konflik politik masih ‘merajai’ dan membuat masyarakat merasa tidak nyaman. Setiap hari selalu saja ada intrik dan konflik politik pada tahun yang disebut pula sebagai tahun politik ini.
Pada peringatan HUT ke-69 Kemerdekaan RI di Istana Negara kali ini pun menyajikan hal yang sebenarnya tidak perlu diperlihatkan kepada masyarakat. Perseteruan antara mantan presiden Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menandai pengujung jabatan SBY sebagai presiden.
Ya. Sudah 10 tahun perseteruan dua tokoh nasional itu berlangsung. Sebanyak 10 kali puncak peringatan HUT kemerdekaan RI tidak dihadiri oleh Megawati.
Megawati memilih untuk menghadiri upacara HUT ke-69 RI yang digelar di Lapangan PDI Perjuangan yang berlokasi di Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Ia tidak menghadiri HUT ke-69 RI yang digelar di Istana Negara. Padahal, sama seperti tahun-tahun sebelumnya jajaran istana telah mengirimkan undangan kepada mantan presiden dan mantan wakil presiden RI dan keluarganya, guna menghadiri HUT kemerdekaan di istana.
Apa yang terjadi dan diperlihatkan kepada masyarakat tersebut, semua bermula pada persaingan politik yang melibatkan kedua petinggi partai politik itu. Dan, di akhir masa jabatan SBY sebagai presiden RI pun, putri dari proklamator RI itu tetap enggan melangkahkan kaki ke istana untuk memperingati detik-detik proklamasi.
Apa yang diperlihatkan oleh dua tokoh nasional ini sangat disayangkan. Apalagi terjadi pada saat peringatan hari besar nasional seperti peringatan HUT kemerdekaan RI dan sudah berlangsung 10 tahun berturut-turut.
Entah bagaimana dengan peringatan HUT kemerdekaan RI pada tahun depan pascalengsernya SBY sebagai presiden. Jika Jokowi-JK memenangi dan menjabat sebagai presiden RI, kemungkinan besar dan dikatakan hampir pasti maka Megawati bakal menghadiri peringatan HUT kemerdekaan RI.
Namun, bila Mahkamah Konsitusi (MK) memenangkan gugatan Prabowo-Hatta dan keduanya menjabat sebagai presiden dan wakil presiden, bisa jadi untuk 5 tahun berikutnya Megawati akan kembali absen pada pengatan HUT kemerdekaan RI di istana. Ini mengingat perseteruan antara Megawati yang mendukung Jokowi-JK dengan kubu Prabowo-Hatta.
Jika ditarik kesimpulan, maka penyebab dari perseteruan antara tokoh-tokoh politik itu tidak lain bersumber dari ketidakpuasan pascapilpres. Satu kubu hanya siap menang dan tidak siap kalah.
Apa yang diperlihatkan oleh tokoh politik dan tokoh nasional sebagai imbas dari persaingan di tingkat politik itu, sebenarnya tidak perlu dipertontonkan kepada masyarakat.
Setiap masyarakat dan pengurus parpol memang memiliki kebebasan atau kemerdekaan dalam hal berpolkitik. Semoga tokoh nasional dan tokoh politik di Tanah Air ini bisa bersikap dewasa dengan menerima kekalahan sebagai kemenangan yang tertunda, dan mengajarkan masyarakat tentang cara berpolitik yang benar. Semoga. (*)
Terkait#hut, proklamasi#tajuk#Kemerdekaan RI
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Perseteruan dan Kemerdekaan"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.