|
Mesir Tetap Berdarah Menjelang Idulfitri |
oleh: ahmad sadzalimahasiswa universitas al-azhar, kairo, asal martapuralebih satu bulan krisis politik
mesir paskakudeta presiden muhammad mursy 3 juli 2013, krisis politik akibat kudeta yang diawali demonstrasi besar-besaran rakyat
mesir 30 juni 2013 itu masih belum mencapai titik surut.
justru rakyat
mesir terpecah menjadi dua kubu.
tidak jarang di angkutan umum misalnya, orang
mesir saling beradu mulut dengan emosi hanya karena pro atau kontra.
tepat sebulan sejak kudeta, pendukung mursy terus berunjuk rasa hingga menjelang idulfitri.
pusat konsentrasi utama, bundaran masjid rabiah adawiyah, nasr city, tidak pernah sepi.
bahkan hingga di luar kairo, menuntut kekuasaan presiden mursy dikembalikan.
tidak ada hasil positif apapun yang diraih dari demonstrasi pendukung mursy yang selama itu.
kedudukan mursy tidak kunjung kembali.
bahkan hingga kini mursy dan petinggi ikhwanul muslimin lainnya dibebaskan pun tidak oleh militer.
yang ada justru hasil negatifnya.
bentrokan antara pendukung mursy dengan petugas keamanan ataupun dengan pendukung militer kerap terjadi.
entah siapa yang memulai menyulut bentrokan, tapi yang jelas korban jiwa tetap berjatuhan.
menyusul penembakan terhadap demonstran pendukun mursy di kawasan rab’ah, nasr city, jumat dini hari lalu, jumlah korban tewas bertambah hingga mencapai angka ratusan.
simpang siur media massa di
mesir yang meliput bentrokan-bentrokan tersebut juga sering kali membingungkan.
berita yang satu memberikan informasi cenderung tendensius mendukung militer dan menyalahkan pendukung mursy.
berita lainnya mengangkat isu-isu pendukung mursy adalah korban dan harus dituntut keadilannya.
soal jumlah korban dalam satu bentrokan kerap simpang siur.
intinya, media massa di
mesir sepertinya sudah kehilangan objektivitas jurnalisnya.
setiap media memiliki sikap soal kudeta
mesir yang berujung terpecah menjadi dua kubu.
kondisi media seperti ini tentu saja berdampak besar bagi kelangsungan krisis politik
mesir ini.
pada jumat 2 agustus 2013, kubu pendukung mursy yang dimotori ikhwanul muslimin melakukan demonstrasi besar-besaran dengan tajuk “melawan kudeta”.
hasilnya, lagi-lagi bentrokan terjadi di kawasan kantor penerangan
mesir, dan sejumlah demonstran ditangkap.
dengan turunnya kembali demonstran sebanyak itu untuk tetap mendukung kudeta mursy, tentu kondisi semakin rumit.
pasalnya, pendukung mursy juga tidak sedikit.
apalagi dari pihak mereka sudah banyak jatuh korban.
ditambah kedua kubu tetap bersikukuh mempertahankan pendapat maupun tuntutannya masing-masing.
adakah tawaran solusi untuk keluar dari kerumitan masalah ini?pada sabtu 27 juli 2013, sejumlah intelektual
mesir mengusulkan inisiatif solusi untuk keluar dari krisis politik.
tawaran inisiatif ini sudah cukup adil dan berimbang bagi keduabelah pihak.
intinya kudeta yang dilakukan militer itu tidak sah dan pemerintahan sah presiden mursy harus dikembalikan.
namun pemilu presiden dini tetap dilaksanakan.
fungsi utamanya adalah agar prosedur konstitusional tetap berjalan di
mesir.
jika sudah dikembalikan jabatannya, presiden mursy lalu memberikan mandat konsensual kepada perdana menteri hingga dilaksanakan pemilu presiden dini.
perdana menteri sementara itu akan menjalankan kewenangan penuh dan membentuk dewan selama 60 hari.
dewan tersebut membentuk pemerintah tetap dan kemudian mengadakan pemilu presiden.
setelah itu baru dimulai perubahan konstitusi.
inisiatif ini disampaikan mantan calon presiden dan juga pemikir politik
mesir, muhammad salim awa, dengan didukung deretan nama ulama, pemikir dan budayawan lainnya, seperti syaikh hasan syafi’i dan dr muhammad imarah.
menurut salim awa, pemilu dan referendum adalah satu-satunya jalan untuk mengekspersikan kehendak rakyat yang sesungguhnya.
namun inisiatif ini nyatanya hingga saat ini masih belum terdengar kembali tindak lanjutnya.
sementara itu, dr abdul mun’im abul futuh, ketua partai
mesir al-qawiyah dan mantan kandidat presiden, juga mengusulkan diadakannya referendum untuk menentukan nasib muhammad mursy.
namun kubu ikhwanul muslim menolaknya.
jika berbagai inisiatif seperti ini akhirnya tetap ditolak, tentu kebuntuan politik akan tetap menyelimuti
mesir.
selama kebuntuan solusi dari krisis politik masih berlanjut, selama itu juga jatuhnya korban masih terus membayangi rakyat.
kebuntuan itu hadir karena upaya dialog tidak pernah diambil kedua belah pihak.
dialog hanya bisa dilakukan jika kedua belah pihak mau menurunkan sedikit egonya demi kepentingan dan kemaslahatan rakyat.
soal mengutamakan kemaslahatan rakyat di atas pertikaian politik, saya teringat kisah kebesaran jiwa seorang sayyidina hasan bin ali bin abi thalib, cucu dari nabi muhammad saw.
usai pembunuhan sekaligus berakhirnya kepemimpinan ayahnya, khalifah ali bin abi thalib, sebenarnya kekuasaan khilafah selanjutnya jatuh kepada sayyidina hasan.
akan tetapi ternyata kekuatan lain muncul dari muawiyah bin abu sofyan dan menyatakan diri sebagai khalifah.
dalam bahasa ekstrem, muawiyah seakan telah “mengkudeta” sayyidina hasan.
akan tetapi bagaimana sikap sayyidina hasan? beliau dengan kebesaran jiwa membiarkan hal itu terjadi.
dan bahkan akhirnya melakukan baiat kepada kekhalifahan muawiyah.
sikap luar biasa cucu rasulullah itu semata-mata untuk menjaga persatuan umat islam dan menghindari pertumpahan darah.
seandainya kubu mursy dan ikhwanul muslimin bersikap seperti itu, bisa dijamin pertumpahan darah tidak akan terjadi di
mesir hanya akibat berebut kekuasaan.
jika semua orang hanya berada di rumah dan tidak ada yang berdemonstrasi, maka faktor pemicu bentrokan pun tidak ada.
akan tetapi ternyata mereka bersikap lain.
mereka tetap kokoh berjuang merebut kembali kekuasaan itu dengan dalih demokrasi dan keadilan.
bahkan dari mereka ada yang menyebut perjuangan itu dengan jihad.
makna jihad yang sesungguhnya sudah diselewengkan.
jihad yang aslinya adalah melawan orang kafir, telah berubah menjadi jihad melawan sesama muslim.
di sisi lain, militer dan pasukan keamanan lainnya juga sebenarnya harus benar-benar berfungsi sebagai pelindung rakyat.
tugas utama militer tentu melindungi rakyatnya.
bukan malah menembaki sampai membunuh rakyat sendiri.
terlepas dari siapa pemicu utama jika terjadi bentrokan.
berdemonstrasi secara damai memang hak yang dipilih oleh pendukung mursy.
mesir sebagai negara demokrasi tentu melindungi kebebasan berekspresi, meski melalui demonstrasi.
jika rasa persatuan kebangsaan seperti ini ditonjolkan oleh rakyat
mesir, niscaya pertumpahan darah dapat dihindarkan.
peristiwa bersejarah di
mesir ini tentu juga menjadi pelajaran berharga bagi bangsa kita.
wallahu’alam.
(*)sadzali_albanjary@yahoo.
com
)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Mesir Tetap Berdarah Menjelang Idulfitri"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.