|
Terus Belajar |
oleh: komaruddin hidayatrektor uin syarif hidayatullah jakartajadilah pembelajar sepanjang hayat! menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap muslim sejak kecil sampai datangnya ajal.
begitulah sabda dan perintah rasulullah muhammad yang sudah saya dengar dan bahkan hafal sejak kecil dari guru mengaji saya di masjid.
nabi muhammad mewajibkan umatnya tidak pernah berhenti belajar untuk kebaikan hidupnya.
setelah sarjana dan berkecimpung dalam dunia pendidikan saya bertemu dengan pesan serupa dalam bahasa inggris, “be a life-long learner!”.
dalam bahasa arab, kata alam, ilmu dan amal, terdiri atas tiga huruf yang sama, hanya susunan letaknya berbeda.
namun sesungguhnya ketiganya memiliki korelasi fungsional yang saling berkaitan.
pertama, alam, adalah sumber dan obyek kajian untuk digali informasinya karena alam bekerja berlandaskan hukum-hukumnya yang pasti.
alam seisinya juga mengandung berbagai rahasia yang masih terpendam untuk dimanfaatkan oleh manusia.
mereka yang berhasil menggali dan menginterogasi rahasia alam maka akan memperoleh ilmu, dan orang yang berilmu disebut alim.
kedua, tentang ilmu.
mereka yang pantas disebut sebagai orang alim adalah yang menguasai ilmu tentang alam yang dalam istilah inggris disebut scientist.
dalam masyarakat kita orang alim biasanya ditujukan pada mereka yang ahli dalam bidang keagamaan.
itu tidak sepenuhnya salah, namun kurang tepat mengingat sumber utama agama mereka pelajari lebih banyak merujuk pada kitab suci, bukan kitab semesta.
kata kunci ketiga adalah amal.
bahwa hasil pengembaraan seorang ilmuwan setelah meneliti fenomena alam, hendaknya dilanjutkan dengan karya nyata berupa amal.
jadi, alam, ilmu, dan amal di dalam ajaran islam merupakan tiga pilar dan tiga serangkai untuk membangun peradaban.
dengan merenungkan keagungan alam, maka seorang ilmuwan akan sampai pada pertanyaan, siapa disainer dan pencipta semua ini? maka disinilah muncul peristiwa syahadat atau kesaksian.
kesaksian atau syahadat yang benar terhadap tuhan sebagai sang pencipta yang pantas dikagumi dan disembah adalah kesaksian yang didasari ilmu pengetahuan, bukan sekadar ucapan formal.
dengan demikian kalau saya sendiri ditanya, syahadat yang manakah yang menandai iman saya dan yang diakui oleh tuhan, saya tidak bisa menjawabnya.
tentu saja sejak kecil saya dan kita telah diajarkan untuk mengucapkan kalimat kesaksian.
namun tak ubahnya anak kecil menyanyikan lagi indonesia raya atau hafal kalimat sumpah pemuda, namun tidak faham dan tidak menghayatinya.
jadi, ketika kita berhenti belajar maka sebuah kemandegan, stagnasi, kejumudan, akan menutupi ruang pertumbuhan hidup kita.
hakikat belajar bukan sekadar tahu, melainkan dengan belajar seseorang menjadi tumbuh dan berubah.
to learn is to grow and change.
tidak sekadar belajar lalu berubah, tetapi juga mengubah keadaan.
ketika ilmu itu diamalkan, diharapkan seseorang berpartisipasi dalam mengubah diri dan lingkungannya.
olehkarenanya, dengan senantiasa belajar dan mengajar, pertanyaannya adalah seberapa jauh kita turut serta membuat orang lain pintar dan terdorong membuat perubahan.
inilah yang juga terkandung dalam kalimat bijak, harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, orang mati meninggalkan warisan ilmu dan amal saleh.
korelasi dan keseimbangan antara belajar, mengajar, dan beramal telah diajarkan oleh metabolisme dan kinerja tubuh kita sendiri.
agar senantiasa sehat, tubuh memerlukan makanan, lalu keluar keringat dengan cara beraktivitas.
kalau tidak, pasti akan terserang penyakit karena tidak adanya keseimbangan antara input, aktivitas, dan output.
di antara penyakit yang menghantui adalah kolestrol dan stroke.
ini terjadi karena seseorang hanya senang mengkonsumsi tapi enggan berproduksi.
dalam ranah sosial ekonomi juga berlaku hukum ini.
ketika banyak orang kaya senang menghimpun harta tetapi enggan membelanjakan untuk mendukung sektor pertumbuhan ekonomi rakyat, maka sebuah bangsa pasti akan terkena ‘kolestrol dan stroke’ sehingga lumpuh.
masyarakat tidak memiliki kekuatan daya beli.
fenomena ini sudah lama terjadi di indonesia.
jadi sunatullah atau hukum alam itu berlaku pada ranah sosial, alam semesta, dan diri manusia sendiri.
siapa yang melawan hukum alam pasti akan kalah dan menghancurkan dirinya sendiri.
bahwa kita mesti dengan rendah hati harus selalu belajar agar bisa bersahabat, berguru, dan berdamai dengan kehidupan.
lalu berbagi pada sesama baik dalam bentuk pengetahuan maupun karya nyata sehingga gerak spiral umat manusia senantiasa naik dan berkembang.
janganlah beperilaku seperti anak kecil yang asyik membuat istana di atas pasir di tepian pantai, lalu bangunannya tiba-tiba hancur terhempas air ombak.
lebih parah lagi, kalau bangunan yang kita buat itu hancur terbakar karena kebodohan kita sendiri.
atau jauh lebih parah lagi kalau hancur karena kita memang senang saling menghancurkan.
kalau demikian, berarti kita tidak lagi mau belajar, mengajar, dan beramal dan berarti pula kita stagnan tidak mampu menerima mandat dan jabatan mulia sebagai mandataris tuhan di muka bumi.
(*)
)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Artikel keren lainnya: