|
Politisi Perlu Kantong Tebal |
pemilihan umum 2014 sepertinya akan menjadi milik orang-orang berduit dan para penebar pesona.
inilah konsekuensi politik penting dari sistem proporsional dan terbuka yang kita anut.
gejala bahwa orang berduit akan menguasai parlemen sudah terlihat dari cara partai merekrut orang yang akan duduk nanti.
ini baru biaya awal yang dikeluarkan oleh para bakal calon.
kita belum menghitung biaya yang mereka siapkan untuk kampanye nanti.
bahkan, kalau perlu dengan membeli suara langsung kepada pemilih.
hal ini dilakukan oleh para bakal calon legislatif (bacaleg) karena popularitasnya pasti kalah jauh dibanding artis yang cukup senyam-senyum atau bergoyang di depan para fans, maka suara akan gampang datang.
tidak heran bila biaya kampanye seorang bacaleg untuk tingkat dprri, mencapai miliaran rupiah.
mungkinkah rakyat kebanyakan bisa menyiapkan uang sebanyak itu?politik uang memang mustahil bisa dicegah kendati komisi pemilihan umum (kpu) akan menyiapkan peraturan kpu (pkpu) mengenai dana kampanye setiap calon anggota legislatif (caleg) dalam pemilu 2014.
dalam regulasi tersebut, setiap caleg diwajibkan mencantumkan rekening khusus untuk dana kampanye.
tetapi, tentu saja rekening khusus itu hanya akan sia-sia saja karena seorang pengusaha memiliki banyak rekening lain, sumber keuangan lain, bahkan dengan memanfaatkan dana para relasi mereka yang kemudian dikonversi sebagai utang-piutang layaknya berbisnis.
wakil ketua dewan perwakilan rakyat ri pramono anung memang memprediksi bahwa anggota dewan periode 2014-2019 akan didominasi oleh kalangan pengusaha karena hanya caleg bermodal besar yang bisa bisa meraup suara.
pram menyatakan hal itu berdasarkan hasil penelitiannya untuk disertasi doktornya.
dari penelitian pram itu,
politisi dari pdi perjuangan ini bahkan menemukan caleg yang rela merogoh rp 20 miliar untuk kampanye.
sementara, dana-dana kampenye yang diungkapkan oleh para
politisi di media selama ini sudah direduksi angkanya.
dalam ilmu politik, memang ada dikenal strata yang diistilahkan dengan 6 m, yakni: man, money, market, media, manage dan momentum.
urutan ini tidak mungkin terbalik bahwa pilihan pertama masyarakat memang pada "man" alias sosok alias ketokohan.
bila yang pertama berhasil, maka m yang lainnya bisa tidak perlu dipikirkan.
politik transaksional seperti ini tidak akan bisa dicegah.
toh
politisi senayan juga yang pengaturnya begitu saat menyusun undang-undang.
(*)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Politisi Perlu Kantong Tebal"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.