|
Politik Bawang Putih |
presiden susilo bambang yudhoyono dibuat sibuk dan kembali marah-marah dalam beberapa hari terakhir.
kemarahan presiden bukan lantaran anaknya ibas disebut-sebut ikut kecipratan uang mega proyek hambalang atau karena kesibukan pengurus partai demokrat menyiapkan kongres luar biasa (klb) untuk memilih ketua umum partai di bali akhir bulan ini.
dua menteri yakni menteri pertanian suswono dan menteri perdagangan gita wiryawan jadi sasaran kemarahan presiden di tengah sidang kabinet terbatas bidang ekonomi, kamis (14/3) lalu.
kegeraman sby dipicu terjadinya krisis harga bawang dalam negeri yang meroket dalam sepekan terakhir akibat berkurangnya pasokan ke pasaran.
penyebabnya karena adanya salah koordinasi perizinan, antara kementerian pertanian dan perdagangan.
bawang sudah datang dan tertahan di pelabuhan tanjung perak surabaya, tetapi tidak bisa langsung didistribusikan ke pasaran karena belum ada izin impor dari kementerian pertanian.
berkurangnya pasokan ke pasar menyebabkan melambungnya harga dua komoditas bahan untuk penyedap makanan tersebut sampai 300 persen.
di pasaran banjarmasin, kalsel, harga bawang merah dan putih yang semula berkisar rp 20 ribu-rp 25 ribu per kg, naik menjadi rp 60 ribu-rp 70 ribu per kg.
di palangkaraya kalteng, harga eceran bawang putih bahkan sampai rp 80 ribu per kg.
kondisi yang sama juga terjadi di daerah lainnya di indonesia.
kenaikan harga bawang yang tidak wajar ini membuat resah rakyat.
pasalnya, saat ini rakyat juga sudah terbebani dengan harga komoditas daging sapi yang melambung di atas rp 100 ribu per kilogram.
situasi ini membuat rakyat terutama hidup dengan penghasilan pas-pasan kian terjepit.
tudingan pemerintah ini tidak becus pun terlontar.
bayangkan, mengurus bawang saja tidak mampu.
presiden tentu tidak bisa disalahkan begitu saja dalam krisis bawang tersebut, karena sudah ada para menteri yang bertanggung jawab menangani persoalan tersebut.
tetapi, presiden juga tidak bisa berpangku tangan, melihat situasi pasar yang tidak terkendali sehingga menyebabkan rakyat semakin terpuruk.
tidak ada jalan lain, langkah cepat menekan harga dengan memenuhi pasokan bawang di pasaran di berbagai daerah tanah air harus dilakukan.
ribuan ton bawang yang menumpuk dan tertahan di pelabuhan tanjung perak surabaya, harus segera didistribusikan ke pasar-pasar.
agar ada jaminan ketersediaan stok dan pasokan, pemerintah juga harus segera menyiapkan impor bawang putih, serta segera memperbaiki layanan sistem perizinan impor komoditas agar tidak terulang kasus salah komunikasi antara dua kementerian yang berimbas krisis harga di pasaran.
selain impor, pemerintah juga harus terus mengupayakan peningkatan produktivitas petani, dengan membantu program pemberdayaan petani bawang di tanah air.
situasi belakangan ini menyebabkan petani di jawa timur pada umumnya tidak berminat menanam bawang putih karena harga jual tidak pernah sesuai harapan.
harga jual di tingkat petani sangat rendah, sehingga kenaikan harga di pasaran hanya dinikmati pedagang.
para petani tetap terpuruk karena tidak adanya upaya dari pemerintah untuk menjamin harga di tingkat petani.
program peningkatan produktivitas yang dicanangkan pemerintah selama ini tinggal slogan belaka.
tidak salah kalau presiden sby geram dengan tidak beresnya kerja para pembantunya dan dijadikan cambuk untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi saat ini.
jangan sampai kemarahan presiden dijadikan komoditas
politik untuk mengalihkan berbagai isu miring orang-orang dekatnya salama ini.
(*)
Sumber: tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Politik Bawang Putih"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.