|
Mereka Ingin Transparan |
oemar bakri.
demikian lagu populer dibawakan iwan fals.
lagu ini berkisah tentang guru old-fashioned yang harus berhadapan dengan dinamika kehidupan sekolah di kota besar.
pada salah satu bait disebutkan (dipertanyakan) kenapa gaji guru oemar bakri seperti dikebiri.
lagu itu bagian dari album sarjana muda, album profesional iwan fals yang pertama, dirilis pada 1981.
album sarat kritik sosial itu melukiskan kondisi negeri ini era 1980-an.
termasuk soal gaji guru pegawai negeri yang kecil dan banyak disunat (dipotong).
kini, 32 tahun setelah lagu itu dirilis, taraf hidup guru memang sudah meningkat.
apalagi semenjak digulirkannya tunjangan profesi atau tunjangan sertifikasi guru.
seorang guru golongan iii/c gaji pokoknya bisa mencapai rp 2,8 jutaan.
ditambah tunjangan macam-macam seperti tunjangan daerah, jabatan dan sebagainya gaji guru golongan iii/c dapat mencapai rp 3,5 juta.
namun, meski puluhan tahun berlalu, pemotongan gaji guru masih tetpa ada.
ada potongan korpri, kesejahteraan, idhata dan sebagainya.
ada pula potongan sewaktu-waktu seperti kurban atau jika ada kegiatan seperti mtq.
memang, nominalnya tidak seberapa dibanding gaji guru.
sumbangan atau potongan itu kisarannya rp 1.
000 hingga rp 10.
000.
namun, timbul pertanyaan dan keresahan di kalangan guru-guru, kemana penggunaan dana-dana itu? lantas, bagaimana dengan transparansinya?terbaru di kalsel adalah keresahan guru-guru anggota organisasi pgri.
mereka ingn tahu penggunaan dana yang ditarik tiap bulan dari anggota.
meskioun tidak seberapa, tapi kalau dikalikan dengan jumlah guru yang mencapai puluhan ribu tentu jumlah dana yang terkumpul lumayan besar.
semakin timbul pertanyaan di benak para guru ketika tahu ada perbedaan jumlah dana yang dipotong.
di banjarmasin anggota pgri dipotong rp 2.
000 tiap orang.
sementara di hulu sungai selatan rp 3.
000.
bahkan, sebelumnya rp 4.
000.
di sejumlah daerah di tanah air, potongan iuran pgri ini memang beragam.
bahkan di cirebon tiap aggotanya dipungut rp 50.
000 tiap bulan.
akibat kurang trasnpara dalam pengelolaan iuran pgri, maka para guru mengungkit soal kinerja organisasi pgri ini.
para guru mengaitkan dengan tiadanya dukungan ketika
mereka menghadapi persoalan dalam pencairan tunjangan sertifikasi.
dilihat dari persoalan ini, tampaknya kurang pula sosialisasi mengenai kinerja organisasi maupun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga pgri.
sebab, ada guru malah tak tahu kalau berdasar ad/art pgri hasil kongres 2008, tiap anggota wajib menyumbang sedikitnya rp 2.
000.
perkara memberi lebih dari rp 2.
000, tergantung kesepakatan masing-masing.
namun, jika dipungut lebih tanpa melalui kesepakatan hal itu tentu patut dipertanyakan.
sosialisasi sangat penting.
apalagi bagi anggota baru yang tidak tahu persis sejarah pgri maupun sejarah pungutan tersebut.
pengurus juga jangan lupa, sekecil apa pun donasi dari anggotanya, maka harus ada laporan pertanggungjawaban.
ini sebagai bentuk tanggung jawab sebagai organisasi yang menghimpun banyak orang dan dana.
azas keadilan juga harus diterapkan.
jangan cuma sebagian anggota yang dipungut sementara sebagian lainnya tak dimintai sumbangan.
pgri memang bukan lagi satu-satunya organisasi tempat berkumpulnya tenaga pendidikan.
namun, walau bagaimana kredibilitasnya jangan dibiarkan susut gara-gara persoalan iuran pgri.
(*)
Sumber: tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Mereka Ingin Transparan"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.