Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memiliki banyak potensi pariwisata yang memesona yang tersebar di sejumlah lokasi. Sayangnya, hingga kini potensi-potensi itu belum tergarap maksimal sehingga belum banyak memberikan konstribusi berarti bagi daerah.
Dimulai dari wilayah kecamatan yang ada di ujung utara Kotim, yaitu, Kecamatan Antang Kalang. Nama kecamatan ini berasal dari nama sebuah keluarga besar yaitu Antang Kalang. Di kecamatan ini, tepatnya di Desa Tumbang Gagu, terdapat potensi pariwisata berupa pemandangan alam yang masih alami dan cukup menarik untuk dikunjungi.
Ada dua daya tarik yang layak untuk dijual sebagai andalan wisata alam dan budaya khas Suku Dayak, yaitu beberapa riam, salah satunya riam Sungai Kalang, yang letaknya berdekatan dengan wilayah Kabupaten Katingan. Selain itu, di Desa Tumbang Gagu tersebut juga terdapat sebuah rumah betang atau rumah khas Suku Dayak, yang satu-satunya masih asli dan terbilang masih asli sejak didirikan sekitar 200 tahun yang lalu.
Desa Tumbang Gagu sendiri terletak paling hulu Sungai Kalang yang juga salah satu anak Sungai Mentaya, yang bermuara di Desa Tumbang Kalang ibukota kecamatan. Satu faktor yang menjadi kendala menjual potensi pariwisata di daerah ini adalah lokasinya yang cukup jauh dari pusat kota.
Untuk bisa sampai ke desa tersebut, harus terlebih dahulu menelusuri Sungai Kalang dengan menggunakan kelotok dengan jarak tempuh dari ibukota kecamatan sekitar 6 jam perjalanan. Panorama alam yang masih asri dan alami disertai dengan hamparan batu-batu besar tentunya membuat perjalanan penuh dengan tantangan, mengingat banyaknya riam yang harus dilalui.
Salah satu tokoh adat masyarakat setempat yang juga Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kecamatan Antang Kalang, Hermas Bintih Assan menceritakan, rumah betang tersebut awalnya didirikan oleh keluarga besar Singa Jaya Antang Abraham Lambang atau bergelar Atang Kalang, yang ketika ratusan tahun lalu (1870-an) berkuasa hampir di seluruh DAS Kalimantan Tengah hingga ke Kalimantan Barat. Hingga saat ini betang tersebut masih dihuni setidaknya oleh 5 keluarga, yang jika berkumpul bisa mencapai 100 orang.
“Selain rumah betang yang masih berdiri megah, juga masih banyak keunikan-keunikan lainnya, serta tempat-tempat sakral yang bisa dilihat yang masih dijaga dan dilestarikan. Kami juga sedang berusaha membuat peta potensi wisata di sini, serta menulis cerita tentang betang agar bisa diwariskan kepada generasi berikutnya, agar menjaga kelestarian adat dan budaya,” papar pria yang juga keturunan ke 4 dari mendiang Antang Kalang ini.
Secara umum digambarkannya, filosofi betang tersebut adalah mengandung makna sebagai pemersatu masyarakat Dayak, menggambarkan dalam keseharian masyarakat hidup dalam satu atap, satu rumah, meski berbeda latar belakang kehidupan, termasuk perbedaan agama. Selain itu diharuskan juga menjungjung tinggi adat-istiadat yang sering disebut “Belum Bahadat” yang berarti hidup dengan tata krama adat dengan bergotong royong (habaring-hurung). Nilai-nilai ini menurutnya sudah ditanamkan dan hidup sejak dahulu kala.
Namun ada hal yang menjadi keprihatinan para ahli waris Antang Kalang. Kondisi betang yang terbuat dari ulin atau kayu besi itu kini banyak rusak dan cukup parah. Kucuran dana perawatan dari pemerintah daerah maupun provinsi masih dirasa kurang untuk memperbaiki secara total kerusakan-kerusakan tersebut.
Selain itu, Hermas Bintih Assan yang juga memiliki keinginan kuat untuk melestarikan cagar budaya itu, juga pernah menggelar pertemuan komunitas betang dan hasilnya langsung disampaikan setangan ke Gubenur Kalteng, Agustin Teras Narang namun hingga kini masih dinantikan kepedulian pemerintah baik kabupaten dan provinsi untuk merealisasikan usulan rehabilitasi yang disampaikan dari hasil pertemuan tersebut.
Dalam hal ini, pemerintah daerah ternyata juga menghadali kendala lain, khususnya terkait pengelolaan. Pernah diungkapkan oleh Camat Antang Kalang, Siagano bahwa untuk perawatan rutin dan renovasi secara optimal masih terkendala dengan status kepemilikan. Mengingat rumah betang tersebut masih dimiliki oleh ahli waris dan belum diserahkan ke pemerintah daerah. (AGUS JP)
Sumber : radarsampit.net
Belum ada tanggapan untuk "Potensi Tumbang Gagu yang belum Dipoles"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.