Desa Sei Ijum Raya Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS) Samuda salah satu desa unggulan dan rencananya akan dijadikan sebagai Minapolitan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Bagaimanakah kondisi desa andalan ini?
Letak geografis Desa Sei Ijum Raya sebenarnya tidak jauh dari Samuda, ibukota Kecamatan MHS. Hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk mencapai lokasi ini apabila menggunakan sepeda motor dengan kecepatan sedang, sedangkan jika ditempuh menggunakan mobil, bahkan bisa lebih singkat karena hanya butuh waktu 15 menit.
Desa ini patut menjadi perhatian seiring statusnya yang ditetapkan menjadi Minapolitan Kabupaten Kotim. Minapolitan merupakan konsep manajemen ekonomi kawasan berbasis kelautan dan perikanan.
Sebelum masuknya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP), akses untuk menuju desa yang dihuni sekitar 800 kepala keluarga (KK) ini, cukup sulit. Dulu, jalan yang tersedia cuma setapak dan sempit yang hanya bisa dilewati sepeda dan sepeda motor. Sekarang, kendaraan roda 4 dan 6 sudah bisa melewati jalan tersebut meski tidak bisa berpapasan.
Meski terbilang dekat, namun jalan untuk menuju desa ini cukup panjang dan berliku, terlebih untuk menuju permukiman di bantaran sungai yang dihuni sekitar 70 KK. Apabila salah arah bisa tersesat. Supaya tidak tersesat, lebih baik bertanya kepada penduduk setempat yang kebetulan rumahnya tepat berada di persimpangan jalan.
Tiba di kawasan ini, kendaraan tidak bisa dibawa masuk ke permukiman penduduk. Kendaraan harus parkir di depan jembatan, terutama kendaraan roda 4 dan 6, kecuali kendaraan roda 2. Pasalnya, jalan untuk menuju ke permukiman hanya berupa hanya jembatan kayu panjang.
Dibuatnya jembatan panjang di desa tersebut juga bukan tanpa sebab. Desa ini langganan banjir ketika Sungai Mentaya pasang karena datarannya rendah sehingga para penduduk setempat membuat jembatan panjang untuk mengatasi agar jalan tidak terendam banjir. Bahkan, rumah-rumah milik warga di Desa Sei Ijum Raya itupun dibuat tinggi.
Sepanjang jalan mulai dari tikungan menuju ke desa ini, ada pemandangan yang kurang menarik untuk dilihat yakni, kabel-kabel listrik tidak layak dibiarkan menjuntai di pinggir jalan. Kondisi ini membahayakan karena dikhawatirkan bisa menyebabkan ada warga yang kesetrum karena banyak kabel yang sudah terkelupas. Tiang kabel yang semestinya menggunakan tiang besi, juga hanya menggunakan batang kayu pohon yang kini banyak posising miring, bahkan tumbang.
Yang ironis lagi, kabel-kabel tersebut ternyata belum teraliri listri dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) setempat. Meski sudah berbulan-bulan dipasang dengan swadaya, kabel-kabel tersebut hingga kini belum dialiri listrik dari jaringan listrik PLN.
Kabel-kabel listrik itu, menurut warga, setempat sudah beberapa bulan ini tidak terurus padahal warga melalui swadaya dan dibantu pihak aparatur Desa Sei Ijum Raya telah meminta kepada PLN setempat untuk memasangkan tiang-tiang kabel tersebut. Nyatanya, hingga sekarang belum terealisasi.
Akibat tidak adanya jaringan listrik untuk menerangi Desa Sei Ijum Raya ini berdampak pada pengetahuan penduduk, terutama mengenai perkembangan dunia luar misalnya melalui siaran TV maupun radio. Soal alat komunikasi juga menjadi kendala karena hingga kini warga setempat masih asing dengan telepon seluler karena tidak adanya sinyal layanan operator seluler.
Warga Desa Sei Ijum Raya sudah lama mengharapkan adanya jaringan listrik masuk ke desa mereka, namun hingga kini belum ada realisasi. “Akhirnya, warga kami terpaksa swadaya dan dibantu melalui Anggaran Dana Desa (ADD) Sei Ijum Raya ini,” ungkap Kepala Desa Sei Ijum Raya Darmansyah ketika dibincangi Radar Sampit.
Namun ternyata aksi swadaya membeli kabel dan biaya pemasangan tersebut bukan mengakhiri masalah. Hingga sekarang belum ada kejelasan dari PLN Ranting Samuda untuk memasangkan tiang-tiang listrik tersebut. “Untuk sementara terpaksa menggunakan kayu pohon. Kami masih menunggu tindak lanjut dari PLN Ranting Samuda untuk mengganti kayu pohon itu menjadi tiang-tiang besi yang layak,” ujarnya.
Tiang-tiang itu, kata Darmansyah, sudah ada sekitar enam bulan lalu, tetapi hingga sekarang belum dipasang. “Ada 70 KK di Desa Sei Ijum Raya ini yang membutuhkan adanya jaringan listrik ini. Mereka sangat berharap supaya bisa menikmatinya,” ucapnya mewakili warganya.
Listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk membantu menjalankan aktivitasnya. Hal itu juga dirasakan warga Desa Sei Ijum Raya terutama untuk membekukan ikan-ikan hasil tangkapan selama turun melaut.
“Kalau ada jaringan listrik, mereka tidak perlu lagi membeli es batu sampai keluar desa. Selama ini mereka membelinya keluar. Nah, dengan adanya jaringan listrik itu nantinya mereka tidak perlu lagi keluar hanya untuk membeli es batu. Cukup beli lemari es,” ujarnya seraya sumringah.
Salah satu warga Desa Sei Ijum Raya, Yuni menuturkan, sebelumnya di desa itu sudah ada jaringan listrik sebelum tahun 2000. Hanya saja, masyarakat tak mampu membayar tagihan listrik akibat penghasilan mereka yang pas-pasan. “Bayarnya bisa Rp50 ribu hingga Rp100 ribu per bulan. Mahal, dan tidak sesuai dengan pendapatan masyarakat di sini yang hanya mengandalkan dari profesi sebagai nelayan,” sebutnya.
Kini, warga Desa Sei Ijum Raya masih menanti uluran tangan dari pemerintah daerah supaya desa tersebut bisa terang benderang kembali mengingat desa tersebut merupakan salah satu desa yang diunggulkan di Kecamatan MHS Samuda. “Rencananya, desa ini akan dijadikan Minapolitan yakni sebagai lumbung pertanian dan perikanan,” ucap Camat MHS Samuda Jumberi. (Arifin)
Sumber : radarsampit.net
Belum ada tanggapan untuk "Mengunjungi Desa Sei Ijum Raya, Minapolitan Kotim (1), Bertahun-tahun Harapkan Listrik"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.