Di antara semua jenis burung enggang/burung rangkong, enggang gading (Buceros vigil) adalah yang terbesar ukurannya, kepalanya dan paruhnya besar, tebal dan kokoh dengan tanduk yg menutup bagian dahinya. Warna tanduk merah pada bagian yang dekat dengan kepala, kuning gading pada sisanya. Ciri ini yang memberikan namanya. Ekor sangat panjang sampai dua kali panjang tubuhnya seluruhnya dapat mencapai 1,5 m, terbangnya kuat dengan mengeluarkan bunyi hempasan sayap. Bertengger di pohon yang tinggi, burung ini sering menimbulkan suara yang ramai di tengah hutan. Makanannya buah-buahan terutama buah beringin dan palem, tapi tidak jarang juga makan serangga, tikus, kadal bahkan burung kecil.
Wednesday, March 14, 2012
Burung Khas Kalimantan
Monday, March 12, 2012
Tengkawang Tumbuhan Khas Kalimantan Barat
Shorea Singkawang adalah nama buah dan pohon dari genus Shorea yang hanya ditemukan di Kaimantan Barat. Singkawang merupakan nama sebuah tempat (Kotamadya-red) di Kalimantan Barat. Masyarakat Kalimantan Barat mengenal Shorea singkawang sebagai pohon Tengkawang. Pohon Tengkawang menjadi maskot (flora identitas) provinsi Kalimantan Barat.
Klasifikasi ilmiah: Kingdom: Plantae; Ordo: Malvales; Famili: Dipterocarpaceae; Genus: Shorea; Spesies: Shorea Singkawang
Pohon Tengkawang yang termasuk dalam golongan kayu kelas tiga (umumnya digolongkan sebagai Meranti Merah) mempunyai ciri-ciri khas dengan pohon yang tinggi besar, mempunyai banyak cabang dan berdaun rimbun. Tumbuhan ini hanya berbuah sekali dalam periode antara 3-7 tahun yang terjadi sekitar bulan Juni-Agustus.
Buah Tengkawang menghasilkan minyak lemak yang berharga tinggi. Minyak Tengkawang dihasilkan dari biji Tengkawang yang telah dijemur hingga kering kemudian ditumbuk dan diperas hingga keluar minyaknya.
Secara tradisional, minyak Tengkawang digunakan untuk memasak, penyedap masakan dan untuk ramuan obat-obatan. Dalam dunia industri, minyak tengkawang digunakan sebagai bahan pengganti lemak coklat, bahan farmasi dan kosmetika. Pada masa lalu tengkawang juga dipakai dalam pembuatan lilin, sabun, margarin, pelumas dan sebagainya. Minyak tengkawang juga dikenal sebagai green butter.
Di Kaliantan Barat masih banyak ditemukan pohon Tengkawang yang dipelihara dalam suatu kawasan hutan masyarakat yang dikenal dengan Tembawang (sebutan masyarakat Dayak-red). Pada daerah ini pohon Tengkawang dipelihara dengan baik untuk diambil buahnya. Setiap kali musim pohon Tengkawang berbuah, hutan tersebut akan ramai dikunjungi oleh masyarakat pemilik tembawang tersebut. Umumnya Tengkawang hidup berdapingan dengan tanaman buah-buahan yang sengaja di tanam oleh masyarakat pemilik tembawang. Tembawang ini telah ada ratusan tahun yang lalu dan diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang mereka.
Upaya pelestarian hutan masyarakat (tembawang) secara tradisional merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat sekitar hutan. Tanpa adanya kearifan lokal tersebut, kemungkinan besar pohon Tengkawang sulit dijumpai lagi. Mengingat maraknya konversi hutan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran di Kalimantan.
Namun sangat disayangkan, perhatian pemerintah daerah dan pusat sangat minim terhadap masyarakat yang masih melestarikan kearifan lokal didaerahnya. Bahkan dengan alasan peningkatan APBD banyak kawasan hutan masyarakat (tembawang) yang diambil alih untuk perkebunan kelapa sawit. Masyarakat tidak memiliki kekuatan hukum (bukti surat menyurat: sertifikat, SKT) terhadap kepemilikan hutan tembawang tersebut menyebabkan dengan mudahnya terjadi pengkonversian lahan hutan menjadi areal penggunaan lainnya.
Jika kondisi ini terus berlanjut, maka keberadaan Tengkawang di Kalimantan hanya tinggal kenangan. Saat ini Shorea singkawang merupakan salah satu spesies yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Artikel keren lainnya:
Saturday, March 10, 2012
Gajah Kalimantan
Berdasarkan hasil uji DNA diketahui bahwa mitokondria gajah Kalimantan bertipe haplotipe β yang juga dimiliki gajah-gajah “Sundaland” (semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan), tetapi, gajah Kalimantan memiliki haplotipe β yang unik. Keunikannya tersebut berdasarkan dari perbedaan nilai penyimpangan mitokondria DNA yang cukup besar antara gajah kalimantan dan Sundaland berkisar 0,012 (haplotipe BQ, BV, BO, BS, BU) hingga 0,020 (haplotipe BE), dengan rata-rata 0,014. Berdasarkan penelitian DNA yang lebih mendalam, ada indikasi bahwa karakteristik gajah Kalimantan cenderung lebih dekat (langsung) ke nenek moyangnya.
Gajah membutuhkan ketersediaan makanan hijau yang cukup di habitatnya. Untuk setiap ekor gajah dewasa, jumlah makanan yang dibutuhkan sangat banyak sekitar 200-300 kg atau 5-10% dari berat badannya. Gajah kalimantan dewasa dapat makan hingga 150 kg tumbuhan per hari. Selain itu, gajah memerlukan air, garam-garam mineral, antara lain kalsium, magnesium dan kalium. Garam-garam ini diperoleh dengan cara memakan gumpalan tanah yang mengandung garam.
Perilaku Sosial
Gajah asia hidup dalam sistem sosial yang terstruktur, sehingga kehidupan sosial dari jantan dan betina berbeda. Betina menghabiskan hampir seluruh hidupnya di dalam satu kelompok keluarga yang terdiri atas ibu dan anak, kelompok ini dipimpin oleh gajah betina dewasa. Sementara itu, gajah betina muda tetap menjadi anggota kelompok dan bertindak sebagai pengasuh di dalam kelompok. Jantan dewasa menghabiskan waktunya dalam kehidupan sendiri atau soliter.
Status Konservasi
Gajah terdaftar dalam red list book IUCN (International Union for Conservation of Nature), dengan status terancam punah/genting (Endangered). Sementara itu CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) telah mengkategorikan gajah Asia dalam kelompok Appendix I sejak tahun 1990. Jenis-jenis yang termasuk ke dalam Apendiks I ini sama sekali tidak diperbolehkan untuk diperdagangkan.
Artikel keren lainnya:
Sunday, March 4, 2012
Si hidung Besar, Satwa Endemik Kalimantan
Genus Nasalis terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus yang terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan dan Nasalis larvatus orientalis yang terdapat di bagian timur laut dari Pulau Kalimantan.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Seekor Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar 166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Anak Bekantan ini akan bersama induknya hingga menginjak dewasa (berumur 4-5 tahun).
Komposisi pakan bekantan terdiri dari 38% daun muda, 35% buah, 15% biji, 6% tangkai buah, 3% daun tua dan 3% bunga. Jenis tumbuhan mangrove yang disukai adalah Bruguiera parviflora (31%), Bruguiera gymnorrhiza (25%), Rhizophora mucronata (23%), Rhizophora apiculata (18%), dan Avicennia speciosum (3%).
Bekantan tersebar di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Kalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera.
Bekantan termasuk Primata pemalas dan pemalu. Pergerakan Bekantan di dahan-dahan sangat lamban. Kadang-kadang mereka berada di dahan satu pohon seharian penuh bersama kelompoknya.
Jarak pergerakan harian bekantan minimum 522 m dan maksimum 1300 m dengan kisaran rata-rata 904 ± 117 m. Radius maksimum pergerakan kelompok bekantan dalam satu hari berkisar antara 162–500 m dengan kisaran rata-rata 371 ± 47 m.
Bekantan merupakan primata endemik di Pulau Kalimantan yang telah dinyatakan sebagai salah satu jenis dilindungi oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Bekantan (Nasalis larvatus) oleh IUCN Redlist sejak tahun 2000 dimasukkan dalam status konservasi kategori Endangered (Terancam Kepunahan) setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional)
Artikel keren lainnya:
Kayu berumur seribu tahun ada di Kalimantan
Ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm. Ciri utama ulin adalah batangnya yang lurus dengan banir yang tumbuh tidak secara melingkar. Kulit pohonnya licin, berwarna kuning atau kelabu muda. Ulin yang sudah dipotong akan menghitam jika lama terendam air. Tekstur kayunya kasar, sangat keras sehingga sulit digergaji, dan baunya aromatis. Pohon ini tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Sifat kayu Ulin sangat berat dan keras serta tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban dan pengaruh air laut. Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400 m di atas permukaan laut dengan topografi datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di habitat rawa-rawa.
Pohon Ulin memperbanyak diri dengan buah dan biji. Perkecambahan biji Ulin membutuhkan waktu cukup lama sekitar 6-12 bulan dengan persentase keberhasilan relatif rendah, produksi buah tiap pohon umumnya juga sedikit. Penyebaran permudaan alam secara umum cenderung mengelompok. Ulin bisa tumbuh dengan baik pada tanah berpasir. Meskipun menyukai udara lembab, ulin bisa tumbuh di daerah kering. Hingga umur 3 tahun, ulin tidak memerlukan banyak cahaya. Kemudian, setelah dewasa membutuhkan cahaya matahari penuh.
Masyarakat umumnya memanfaatkan kayu ulin sebagai bagian utama dari tiang, lantai rumah, pagar, patok tanah dan atap sirap. Kayu ulin mempunyai keistimewaan yang khas yaitu selain keras, berat, juga tidak lapuk terkena air serta tahan terhadap serangan rayap. Selain itu, ulin juga dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan, tempat tidur dan perabot rumah tangga.
Aneka perabot dari kayu Ulin
Keberadaan ulin di alam sangat terbatas. Lamanya waktu tumbuh serta rendahnya kelulushidupan anakan menyebabkan jumlah ulin semakin menurun. Apalagi kegiatan eksploitasi berlebihan tanpa diimbangi pelestarian turut endukung punahnya ulin di Kalimantan. Saat ini kayu ulin dalam status konservasi menurut IUCN termasuk katagori Rentan. Namun tidak menutup kemungkinan, beberapa tahun lagi akan masuk ke dalam status langka.
Artikel keren lainnya:
Arwana Merah: Ikan Asli Kalimantan Barat
Arwana merah dikelompokkan dalam 4 varietas, yaitu Merah Darah (Blood Red), Merah Cabai (Chili Red), Merah Orange (Orange Red) dan Merah Emas (Golden Red). Arwana termasuk famili ikan "karuhun", yaitu Osteoglasidae atau famili ikan "bony-tongue" (lidah bertulang), karena bagian dasar mulutnya berupa tulang yang berfungsi sebagai gigi. Arwana memiki berbagai julukan, seperti: Ikan Naga (Dragon Fish), Barramundi, Saratoga, Pla Tapad, Kelesa, Siluk, Kayangan, Peyang, Tangkelese, Aruwana atau Arowana, tergantung dari tempatnya.
Bentuk dan penampilan arwana termasuk cantik dan unik. Tubuhnya memanjang, ramping, dan "stream line", dengan gerakan renang sangat anggun. Arwana di alam mempunyai variasi warna seperti hijau, perak, atau merah. Pada bibir bawahnya terdapat dua buah sungut yang berfungsi sebagai sensor getar untuk mengetahui posisi mangsa di permukaan air. Arwana merupakan ikan perenang atas (surface feeder) yang ditunjukkan oleh betuk mulutnya. Di alam mereka berenang di dekat permukaan untuk berburu mangsa. Sebagai ikan peloncat, arwana di alam bisa menangkap serangga yang hinggap di ranting ketinggian 1-2 meter dari permukaan air.
Arwana (Scleropages formosus) merupakan ikan tangguh yang dapat hidup hingga setengah abad. Permintaan yang tinggi dengan ketersediaan alam yang terbatas menyebabkan eksploitasi di alam dibatasi. CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) menetapkan bahwa ikan Arwana Asia sebagai ikan yang mendapat perlindungan tertinggi.
Artikel keren lainnya:
Thursday, March 1, 2012
Suku Melayu Kalimantan Barat
Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan Hindu-Budha pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera. Bahasa Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Suku Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu kuno di Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang semuanya berlogat "a" seperti bahasa Melayu Baku.
Di Kalimantan yang merupakan tanah asal bahasa Melayu Purba, yang disebut Orang Melayu dalam arti sempit hanya mengacu kepada orang Melayu Pontianak (muncul tahun 1771) yang bertutur mirip bahasa Melayu Riau. Tetapi dalam arti luas, rumpun Melayu mencakup beberapa suku beragama Islam seperti Senganan/Haloq (Dayak masuk Islam), suku Sambas, suku Kedayan (suku Brunei), suku Banjar, suku Kutai dan suku Berau.
Suku Melayu di Kalimantan Barat memiliki hubungan kekeluargaan yang sangat erat dengan suku Melayu di Malaysia dan Brunai Darussalam. Tidak mengherankan jika pada musim hari Raya Idul Fitri banyak warga Malaysia dan Brunai Darussalam yang berkunjung ke Kalimantan Barat. Tujuan utama mereka adalah untuk mempererat hubungan silaturahmi dan mengunjungi makan nenek atau datok mereka. Bahasa Melayu di Kalimantan Barat pada umumnya memiliki persamaan dengan bahasa Melayu di Brunai Darussalam dan Malaysia sehingga bahasa bukan menjadi penghalang untuk komunikasi diantara mereka.
Suku Melayu di Kalimantan Barat tersebar luas hampir di semua kabupaten dan kota. Setiap suku memiliki nama dan karakteristik yang berbeda. Suku Melayu di Kalimantan Barat antara lain Melayu Pontianak, Melayu Singkawang, Melayu Mempawah, Melayu Sambas, Melayu Bengkayang, Melayu Sanggau, Melayu Sekadau, Melayu Sintang, Melayu Kapuas Hulu, Melayu Kubu, Melayu Sukadana dan Melayu Ketapang. Peninggalan sejarah dan budaya Melayu di Kalimantan Barat tercermin pada peninggalan Keraton yang terdapat di seluruh kabupaten/kota. Adat dan tradisi masih dilestarikan secara turun temurun oleh generasi penerusnya.
Artikel keren lainnya:
Suku Dayak Kalimantan Barat
Menurut cerita turun temurun masyarakat dayak, dikatakan bahwa nenek moyang suku dayak berasal dari Yunan, China.Kalimantan dan menetap di sepanjang aliran sungai. Bersamaan dengan masuknya bangsa China ke daratan Kalimantan, masuk pula kelompok lain yang dikenal sebagai kelompok negroid dan weddid. Kedua kelompok imigran itu akhirnya hidup berdampingan dengan bangsa China yang telah lebih dahulu datang dan menetap di Kalimantan. Dari hanya berdagang akhirnya terjadi percampuran penduduk melalui perkawinan.Bangsa China dari Yunan tersebut memasuki Kalimantan sekitar tahun 1368-1643. Mereka menyusuri berbagai daerah untuk berdagang berbagai jenis barang seperti candu, sutera dan barang pecah belah. Akhirnya mereka mencapai Kalimantan.
Hasil perkawinan tersebut menghasilkan anak-anak yang berwajah oriental, sangat mirip dengan bangsa China bahkan lebih cantik dari pada bangsa China. Mereka bermata sipit dan berkulit kuning langsat sehingga terlihat lebih eksotik. Merekalah yang kemudian disebut sebagai Suku Dayak. Kata Dayak berasal dari kata Daya' yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya. Suku Dayak, hasil dari percampuran itu akhirnya menyebar hampir ke seluruh daerah di Kalimantan.
Suku dayak terbagi menjadi banyak sub suku. Mereka menyebut dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah berdasarkan nama sungai, nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban asal katanya dari ivan (dalam bahasa kayan, ivan artinya pengembara), suku Batang Lupar karena berasal dari sungai Batang Lupar, suku Mualang, diambil dari nama seorang tokoh yang disegani (Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah yang diabadikan menjadi sebuah nama anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten Sintang (karena suatu peristiwa) dan suku dayak Bukit (Kanayatn/Ahe) berasal dari Bukit/gunung Bawang
Masyarakat Dayak masih memegang teguh kepercayaan dinamismenya, mereka percaya setiap tempat-tempat tertentu ada penguasanya, yang mereka sebut: Jubata, Petara, Ala Taala, Penompa dan lain-lain, untuk sebutan Tuhan yang tertinggi, kemudian mereka masih mempunyai penguasa lain dibawah kekuasaan Tuhan tertingginya, misalnya Puyang Gana ( Dayak mualang) adalah penguasa tanah, Raja Juata (penguasa Air), Kama” Baba (penguasa Darat), Jobata,Apet Kuyan'gh dan lain-lain. Bagi mereka yang masih memegang teguh kepercayaan dinamismenya dan budaya aslinya, mereka memisahkan diri masuk semakin jauh kepedalaman.
Saat ini suku dayak di Kalimantan Barat sebagian telah menganut agama Kristen Katolik dan sebagian lainnya menganut agama Kristen Protestan. Mereka masih memelihara adat istiadat dan tradisi nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan adalah pesta adat naik dangau atau ada juga yang menyebutnya nyapat tahun. Tradisi ini dilakukan setelah panen padi sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki berlimpah atas hasil panen serta sebagai permohonan agar hasil panen di tahun depan lebih baik dari pada tahun ini.
Salah satu hasil kerajinan tangan masyarakat dayak adalah kain tenun dayak.
Gambar proses pembuatan kain tenun dayak dan gambar kain tenun dayak