Beranda · Banjarmasin · Palangkaraya · Pangkalan Bun

Rakyat, Parlemen dan Kepuasan









SEJUMLAH daerah kabupaten/kota di Tanah Air baru-baru tadi menghelat prosesi pelantikan anggota DPRD periode 2014-2019. Tugas suci sebagai wakil rakyat sudah tersemat di pundak mereka. Suka tidak suka, apa yang diembankan oleh rakyat atau konstituen adalah amanah yang harus dijunjung, dijaga, dan dipelihara dengan baik.Semua itu berangkat dari komitmen pada nawaitu; untuk apa sebenarnya mereka menjadi wakil rakyat? Namanya wakil rakyat, tentu apa yang mereka kerjakan semuanya demi rakyat. Itu bahasa klise atau normatifnya. Persoalannya sekarang, sudahkah mereka benar-benar bekerja untuk rakyat?Sejatinya, ini persoalan klasik para wakil rakyat kita ketika mereka sudah menempati kursi berbahan busa. ‘Dunia baru’ (parlemen) yang penuh dengan pergulatan kepentingan, kerap membius dan meninabobokan para wakil rakyat. Ujungnya, rakyat yang semula menjadi patron dasar menjadi terabaikan karenanya. Di sini kita melihat betapa parlemen seolah menjadi tempat pencucian otak, mengubah sifat dan memunculkan watak asli seseorang.Bisik-bisik tetangga, di parlemen jangan pernah bicara soal idealisme. Tapi, bicaralah dengan bahasa kompromi --yang bisa dipahami sesama anggota parlemen. Dari sini kita tidak lagi melihat rakyat menjadi ornamen penting dalam setiap pengambilan keputusan oleh parlemen. Itulah yang terjadi pada parlemen-parlemen sebelumnya --dan semoga ini tidak diteruskan oleh parlemen yang baru-- mengingkari dan mengkhianati amanat yang diberikan oleh rakyat.Asal tahu saja, menjadi wakil rakyat itu bisa dikatakan enak. Selain mendapat gelar ‘terhormat’, wakil rakyat memperoleh begitu banyak fasilitas dan previlege yang tidak semua orang di negeri ini bisa menikmatinya. Celakanya, ini yang justru sering menjadikan para wakil rakyat lupa diri. Imbalan besar tidak menyurutkan mereka untuk memperoleh sesuatu yang bisa memuasi nafsu mereka. Alhasil, kita bisa lihat berapa banyak para wakil rakyat yang harus meringkuk di balik jeruji besi lantaran mereka tidak mampu menahan nafsu serakah.Bagaimana dengan kinerja para wakil rakyat? Jujur saja, seperti parlemen yang sudah-sudah, warna angka ponten mereka tidak pernah bertinta biru, tapi merah. Tengok saja kinerja para wakil rakyat kita di Senayan yang akhir September ini mengakhiri masa baktinya. Mereka meninggalkan utang 42 rancangan undang-undang (RUU) yang tidak diselesaikan.Padahal, tidak sedikit uang negara yang sudah dikeluarkan untuk membiayai para wakil rakyat itu. Untuk sebuah produk UU saja menghabiskan dana sebesar Rp 4 miliar hingga Rp 7 miliar. Nah, kalau 42 RUU terbengkalai, berarti negara telah dirugikan sebesar Rp 168 miliar. Yang konyol dan membuat rakyat dongkol, untuk sebuah RUU mereka sampai harus plesiran sampai ke luar negeri. Contohnya pembahasan RUU KUHP, serombongan anggota Komisi III plesiran ke Belanda, Inggris, Rusia dan Perancis. Hasilnya? Nol besar!Bagaimana dengan daerah kita? DPRD Kalsel atau DPRD Banjarmasin, jumlah RUU Perda yang tak terselesaikan tidak sebanyak DPR RI. Namun, tetap saja kinerja para wakil rakyat di ‘Rumah Banjar’ bisa dikatakan masih jauh dari kata memuaskan. Kabar yang tidak sedap justru datang dari parlemen di Banjarmasin.Kabarnya, para wakil rakyat baru yang bakal dilantik meminta jatah gadget tablet, seperti anggota parlemen sebelumnya. Tidak tanggung-tanggung, 45 wakil rakyat itu meminta gadget produk terbaru keluaran negeri Paman Sam. Sebelumnya, para wakil rakyat periode 2009-20014 mendapat jatah gadget keluaran negeri ginseng.Dari sini saja sudah bisa kita membayangkan bagaimana sosok asli para wakil rakyat Banjarmasin periode 2014-2019. Oke, bisa kita maklumi itu sebagai alat kerja. Tapi, dari pengalaman parlemen sebelumnya, alat itu tidak lebih hanya sebagai fashion semata. Bahkan, alat itu nyaris tidak pernah digunakan baik pada setiap rapat di tingkat fraksi, komisi, bahkan paripurna.Tidak salah kalau kemudian banyak orang melihat parlemen --baik itu di pusat hingga daerah-- tidak lebih dari sekumpulan orang dengan kepentingan sama; mencari dan menikmati kepuasan sepuas-puasnya. Sebab, parlemen bisa dengan mudah mengubah sifat dan memunculkan watak asli seorang wakil rakyat! (*)



Terkait#tajuk


Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Rakyat, Parlemen dan Kepuasan"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.