Demi Silaturahmi

lebaran sebentar lagi.
aktivitas warga pun –khususnya para pendatang– sudah lebih berkonsentrasi melakukan persiapan untuk pulang kampung.
atau istilah umum yang digunakan yaitu mudik.
meski sedang menjalankan ibadah puasa, tradisi mudik seperti sudah menjadi kewajiban bagi para pendatang agar bisa pulang kampung.
apa pun dilakukan agar mereka bisa kembali ke kampung halaman dan berkumpul dengan keluarga besarnya.
yang riskan, para pemudik rela melakukan apa pun agar mereka bisa kembali ke kampung halaman.
berbagai risiko pun rela mereka tanggung, padahal berbagai imbauan telah dilakukan oleh berbagai pihak agar bisa aman saat mudik.
imbauan seperti tidak memaksakan diri terus mengemudikan atau mengendarai kendaraan bermotor saat sedang lelah, atau tidak membawa barang bawaan terlalu banyak, sudah sering dilontarkan kepolisian atau instansi terkait lainnya.
namun kuatnya niat agar bisa mudik setiap lebaran, kadang membuat pemudik melupakan bagaimana cara bisa pulang kampung secara aman.
ujung-ujungnya, niat berkumpul bersama keluarga di kampung halaman pun bisa gagal total.
sebelum memutuskan berangkat ke kampung halaman, ada baiknya para pemudik melakukan persiapan maksimal.
baik fisik maupun mental.
apa yang dilakukan sepanjang perjalanan mudik pun harus dipersiapkan secara matang.
bagi pengguna kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor, sudah pasti harus mempersiapkannya betul-betul.
harapannya, saat diperjalanan, baik sepeda motor atau mobilnya tidak mengalami masalah yang dapat mengganggu perjalanannya.
juga kesehatan pemudik atau pengendara yang memutuskan menggunakan kendaraan bermotor untuk bermudik.
layanan rest area yang disediakan oleh instansi terkait harus dipergunakan kalau memang merasa capek di perjalanan.
puasa memang membuat stamina pemudik menurun.
akibatnya, konsentrasi saat menjalankan kendaraan bermotor pun menjadi berkurang.
saat menempuh perjalanan jauh, stamina harus terus dijaga agar tidak cepat drop.
mudik saat malam hari memang bisa menjadi pilihan agar stamina bisa tetap terjaga.
namun perlu diingat kondisi malam yang lebih gelap juga memerlukan konsetrasi lebih saat pemudik mengemudikan mobil atau sepeda motornya.
pulang kampung juga diidentikan dengan acara pamer kesuksesan pemudik saat berkumpul bersama keluarga besar mereka.
bagi mereka, biasa hidup susah di perantauan, yang pernting di depan keluarga tetap terlihat sukses.
akibatnya, tak jarang pemudik rela pamer harta di depan keluarga mereka di kampung halaman.
bahkan, mereka rela meminjam uang kepada orang lain, agar bisa memperlihatkan mereka telah sukses di perantauan.
salah satu yang sering menjadi ajang unjuk kesuksesan adalah harta dan pakaian baru.
wajar, lebaran biasa diidentikkan dengan melubernya warga memberli pakaian baru di pusat perbelanjaan.
sejak pertengahan ramadan, pusat perbelanjaan-pusat perbelanjaan di kota banjarmasin sudah banjir pengunjung.
mereka sebagian besar adalah warga yang ingin merayakan lebaran di kampung halaman.
padahal, inti budaya pulang kampung adalah silaturahmi para perantauan dengan keluarga di kampung halaman, namun pergeseran kepentingan dan ego para pemudik telah membuat makna tersebut turut berubah.
sekarang, ada anggapan tak afdol bila pulang kampung tak membawa mobil sebagai tanda kesuksesan.
tak berarti sukses, kalau setibanya di kampuang halaman tak disertai berbagi-bagi uang lebaran.
atau pemudik yang pulang kampung tak akan dianggap sukses kalau dia tak bisa membangun rumah besar di kampung halamannya.
padahal, sukses atau tidaknya pemudik semua tergantung pada kerja keras mereka selama berada di perantauan.
sukses juga tak berarti saat pulang kampung bisa memperlihatkan harta.
juga bukan tampil serbabaru.
cukup secara sederhana agar makna silaturahmi di kampung halaman tak terabaikan.
(*)
)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com

Tuesday, August 6, 2013