|
“Ini Persaingan Bisnis di Polri” |
banjarmasinpost.co.id, jakarta - usai mengadu ke komisi kepolisian nasional (kompolnas), anggota polres raja ampat, papua barat, aiptu labora sitorus ditangkap 10 personel bareskrim mabes polri dan polda papua, sabtu (19/5) malam.
dia ditangkap di halaman parkir kantor kompolnas di jakarta.
malam tadi, dia juga dijebloskan ke rutan bareskrim.
tindakan itu sontak menuai kecaman.
salah satunya dari ketua presidium indonesia police watch (ipw) neta s pane.
"itu sikap aparat polri yang tidak memahami etika, semau gue, dan lebih mengedepankan arogansi," tegas dia di jakarta, minggu (19/5).
menurut neta, sikap polisi yang bertindak secara semena-mena terhadap anggotanya sangat mungkin dilakukan terhadap masyarakat sipil.
meski demikian, ipw tidak menyalahkan tindakan polisi, apalagi jika labora pergi ke jakarta tanpa seizin atasannya di polda papua.
dia pun mengatakan kompolnas tidak dapat memprotes karena kantornya berada di lingkungan perguruan tinggi ilmu kepolisian (ptik).
"itu kawasan polri juga jadi tidak bisa diprotes," tegas neta.
labora menjadi perhatian publik setelah pusat pelaporan analisis transaksi keuangan (ppatk) menyatakan ada transaksi mencurigakan senilai rp 1,5 triliun dari rekening-rekening polisi tersebut, sejak 2007.
pada maret 2013 pun, polda papua juga menyelidiki dugaan keterlibatan labora dalam kasus penimbunan bahan bakar minyak (bbm) di sorong dengan nama perusahaan pt seno adi wijaja dan penyelundupan kayu dengan perusahaan pt rotua.
polisi menyita 1.
000 ton solar dan 115 peti kemas berisi kayu olahan terkait kasus itu.
pascatemuan ppatk, polisi mendalami dugaan praktik pencucian uang yang juga diduga melibatkan labora.
neta berharap polri serius mengungkap aliran dana itu, termasuk jika ada yang mengalir ke atasan yang menjadi pelindung labora.
dia meyakini labora tidak mungkin berani berbisnis tanpa diketahui atau berkoordinasi dengan atasan.
"pengusutan harus dipertajam ke arah pencucian uang, sehingga polri harus segera menyita kekayaan dia," kata neta.
terkait penangkapan labora, komisioner kompolnas m nasser menilai ada rekayasa di balik tindakan polisi.
"atas inisiatif sendiri, dia datang untuk melakukan klarifikasi.
tetapi mendadak ada surat pemanggilan dengan status tersangka," ucap dia.
nasser menduga ada upaya persaingan bisnis tidak sehat antara atasan dan bawahan dalam kasus labora.
"ini didasari persaingan bisnis, ada pejabat polri yang memihak ke orang lain.
seharusnya penetapan tersangka dilakukan secara profesional," tuturnya.
kepala biro penerangan masyarakat polri brigjen boy rafli menegaskan, penanganan kasus labora semata berdasar hukum, tidak ada motivasi lain.
penangkapan labora juga didasarkan pertimbangan perlunya segera dilakukan pemeriksaan agar kasusnya cepat tuntas, setelah dia tidak memenuhi panggilan penyidik polda papua.
"bersalah atau tidaknya dia akan dibuktikan di pengadilan.
biar pengadilan yang memutuskan," ucap dia.
sebelum ditangkap, labora sempat menggelar jumpa pers di kantor ormas pembela kesatuan tanah air (pekat), jakarta.
dia mengatakan 'rekening jumbo' yang dimilikinya berawal pada 2007 saat sang istri membeli perusahaan pt seno adi wijaya.
perusahaan tersebut bergerak di bidang minyak dan gas.
setelah menuai keuntungan, dua tahun kemudian, istri, anak, dan adik ipar labora mendirikan perusahaan bernama pt rotua yang bergerak di bisnis kayu sekunder.
"itu murni hasil usaha.
kalau misalnya ada uang rp 4-5 miliar di beberapa rekening atas nama saya itu betul-betul kesepakatan keluarga.
semua masuk ke rekening saya yang jumlahnya hanya empat.
semua rekening memang atas nama saya, tetapi saya tidak terlibat langsung dalam usaha itu.
itu berdasar kesepakatan karena saya adalah kepala rumah tangga, " ujar dia.
pengacara labora, bob hasan juga membantah rekening-rekening labora menjadi penampung dana ilegal pejabat polri.
"itu semua melalui proses lama.
bukan tiba-tiba jumlahnya banyak karena da titipan dan pesanan dari tingkatan tinggi di polri.
itu salah besar," tegas dia.
(tribunnews/adi/kps/dtn/vin)kekayaan tidak wajar polisi- kolusi dan pertemanan destruktif- mark up dana kasus- setoran dari bawahan- aksi pungutan liar- memanipulasi barang bukti- uang 'ucapan terimakasih' sumber: neta s pane/ipwgaji pokok terendah polri (masa kerja 0 tahun)- bripda rp 1.
782.
900,00- briptu rp 1.
838.
700- brigadir rp 1.
869.
200- bripka rp 1.
955.
400- aipda rp 2.
016.
600- aiptu rp 2.
079.
600- ipda rp 2.
318.
000- iptu rp 2.
390.
400- akp rp 2.
465.
100- kompol rp 2.
542.
200- akbp rp 2.
703.
600- kombes rp 2.
703.
600- brigjen rp 2.
788.
100- irjen rp 2.
875.
300- letjen rp 4.
303.
700- jenderal rp 4.
438.
200sumber: pp 23 tahun 2013
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "“Ini Persaingan Bisnis di Polri”"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.