Dukun di Era Modern |
oleh: mujiburrahmanmasih ingatkah anda dengan lagu mbah dukun ciptaan endang kurnia yang dinyanyikan alam? ada mbah dukun, sedang ngobatin pasiennya.
konon katanya, sakitnya karna diguna-guna.
lagu yang dirilis pada 2000 silam ini sempat menjadi hit.
selain musiknya yang asik dan suara alam yang tinggi serak-unik, lagu ini mencerminkan kepercayaan sebagian masyarakat kita kepada dukun.
baru-baru ini, masalah pedukunan kembali mencuat, ketika media ramai memberitakan perseteruan artis adi bing slamet dengan eyang subur.
adi mengaku ditipu, diperas bahkan diserang secara gaib oleh eyang subur.
tetapi pihak eyang membantah, dan meminta adi membuktikan tuduhannya.
perseteruan makin seru ketika kepolisian hingga ormas islam seperti fpi dan mui, diminta terlibat.
kemudian, ada lagi rancangan kuhp, pasal 293 yang berbunyi: setiap orang yang menyatakan dirinya mempunyai kekuatan gaib, memberitahukan, memberikan harapan, menawarkan, atau memberikan bantuan jasa yang dapat menimbulkan penyakit, kematian, penderitaan mental atau fisik, dipidana penjara paling lama lima tahun.
konon jika gol, pasal ini bisa menyeret dukun santet ke pengadilan.
apakah semua ini menunjukkan masyarakat kita masih primitif? antropolog klasik, james frazer (1854-1941), membahas masalah ini panjang lebar dalam karyanya, the golden bough.
frazer terpengaruh cara pandang evolusionisme, yang semula diperkenalkan charles darwin (1809-1882) di bidang biologi.
menurut frazer, pemikiran manusia berevolusi dari era sihir, agama, hingga berpuncak pada sains.
pada era sihir, menurut frazer, manusia berpikir bahwa ia dapat mengendalikan alam sekitar, untuk kepentingan dirinya sendiri.
ada kerangka berpikir sebab-akibat, yang seolah rasional dalam sihir.
misalnya, sihir dilakukan dengan cara meniru orang yang menjadi sasarannya dalam bentuk gambar atau boneka, atau dengan mengambil satu bagian dari tubuh orang itu seperti rambut dan kuku.
namun ketika sihir sering menunjukkan kegagalan, lanjut frazer, manusia menjadi sadar bahwa alam ini tidak sepenuhnya berada dalam kendalinya.
ada kekuatan lain yang lebih tinggi, yang menguasai alam.
dari sinilah muncul agama, yang mengajarkan kepercayaan kepada dewa-dewa.
manusia pun memohon dan memberikan persembahan kepada dewa-dewa, agar diberi keselamatan dan kesejahteraan.
selanjutnya, kepercayaan pada agama itu digeser oleh temuan-temuan ilmiah atau sains modern.
sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dan dikembangkan manusia melalui nalar akal (rasional) dan pembuktian berdasarkan pengalaman nyata (empiris).
bagi frazer, inilah puncak peradaban manusia.
sihir dan agama akan segera sirna.
manusia modern hanya percaya pada sains.
tetapi teori frazer ternyata tidak terbukti.
hingga abad ke-21 ini, kepercayaan pada sihir dan dukun tidaklah punah.
pergilah anda ke negara-negara barat yang katanya sudah sangat modern, dan saya jamin anda bisa menemukan dukun dan peramal di sana.
perhatikanlah film-film barat yang laris seperti harry potter, narnia dan lord of the ring.
bukankah film-film itu penuh dengan kisah sihir?mengapa demikian? pertama, karena sains hanya mempelajari gejala-gejala yang dapat ditangkap oleh indera.
ia tidak menjangkau alam ruhani.
kedua, meski dibantu sains dan teknologi, manusia tidak bisa sepenuhnya mengendalikan alam.
ketiga, dunia modern makin penuh dengan ketidakpastian, dari soal cinta, politik hingga bisnis.
tiga hal inilah tampaknya yang membuat orang tergoda pergi ke dukun.
namun, bagi orang yang beriman, dukun bukanlah pilihan.
keterbatasan sains dan teknologi seharusnya mengingatkan manusia pada tuhan yang maha tak terbatas.
apalagi, sejarah tidak menunjukkan bukti keandalan sihir.
mengapa belanda bisa menjajah kita ratusan tahun lamanya? bukankah dengan santet, seharusnya mereka mati semua? (*)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Dukun di Era Modern"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.