SAMPIT, Kerusakan hutan di Kalimantan seolah tidak bisa dicegah. Perilaku investasi yang merusak lingkungan tidak bisa dihentikan seiring belum tegasnya kebijakan pemerintah dan penegakan hukum. Tim Kepak Sayap Enggang - Tour Mata Harimau Seri Kalimantan melihat laju deforestasi hutan Kalimantan, terutama Kalimantan Tengah, yang masih tinggi dan sulit dihentikan. Masyarakat lokal diharapkan ujung tombak penyelamatan hutan.
“Sepanjang perjalanan kami dari Banjarmasin sampai ke Kotim, berbagai macam kegiatan (terkait lingkungan) sudah kami lihat, seperti masyarakat yang memelihara hutan dan kami juga menemukan pembabatan hutan yang terus terjadi, kebakaran hutan, dan kerusakan lingkungan yang juga terus terjadi,” kata Juru Kampanye Politik Hutan Greenpeace Indonesia, Yuyun Indradi saat berkunjung ke kantor Radar Sampit, Jumat (21/9).
Yuyun bersama Tim Kepak Sayap Enggang melakukan perjalanan keliling Kalimantan bertajuk Tour Mata Harimau Seri Kalimantan dengan rute Kalsel-Kalteng-Kalbar. Tim Kepak Sayap Enggang terdiri dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalteng, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Save Our Borneo (SOB), Yayasan Betang Borneo (YBB), Sarekat Hijau Indonesia (SHI) Kalteng, Kelompok Kerja System Hutan Kemasyarakatan dan Greenpeace Indonesia. Saat melintasi Sampit sekitar pukul 18.00 WIB, mereka menyempatkan diri berkunjung ke kantor Radar Sampit, disambut langsung Pemimpin Redaksi Ajid Kurniawan.
Yuyun menegaskan, dari pengamatan tim tersebut sepanjang perjalanan pemerintah belum serius dalam kebijakan penyelamatan lingkungan. Kebijakan yang dikeluarkan terkesan setengah hati tanpa pengawalan, misalnya, pelaksanaan moratorium izin masih jauh dari harapan karena ekspansi investasi yang merusak dan membabat hutan masih terjadi tanpa ada ketegasan dari pemerintah.
“Beberapa wilayah yang seharusnya jadi hak masyarakat juga ada yang sudah jadi perumahan atau sarana publik lainnya. Selain itu, kanal-kanal yang menembus Taman Nasional Sebangau, dan lainnya. Banyak yang perlu dibenahi dalam penerapan moratorium ini,” katanya.
Yuyun menuturkan, penyebab utama kerusakan hutan adalah investasi perkebunan dan pertambangan yang tidak sesuai aturan. Jika perilaku investasi yang merusak itu tidak segera dihentikan, kerusakan akan lebih parah karena kedepannya akan ada berbagai macam modus mengeksploitasi alam tanpa memikirkan kelestarian alam dan lingkungan.
Direktur SOB Nordin menambahkan, dari perjalanan yang dilakukan tim tersebut, mereka ingin menginisiasi masyarakat secara lebih luas agar bisa menjadi mata harimau mencegah kerusakan hutan dan lingkungan. “Jika ada seribu orang yang peduli dengan lingkungan, setidaknya mereka menjadi support bagi semua untuk mendedikasikan lingkungan dan masyarakat,” katanya.
Nordin menegaskan, kegiatan dalam mengampanyekan penyelamatan lingkungan dan mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah tidak akan berhenti dalam kegiatan tersebut, namun akan terus berlanjut dalam bentuk lainnya. Pemerintah juga diminta agar dalam mengeluarkan kebijakan lebih pro lingkungan, bukan menguras sumber daya alam semata.
Sementara itu, Ajid menambahkan, isu lingkungan menjadi isu yang seksi di kalangan media. Berbagai macam pemberitaan menyangkut lingkungan akan selalu diakomodasi mengingat Kalteng menjadi pilot projet dalam penerapan REDD. “Kita akan terus kawal dan support apa yang dilakukan aktivis lingkungan,” katanya. (ign)
Sumber: radarsampit.net
Belum ada tanggapan untuk "Kepak Sayap Enggang Berharap Warga Jadi "Mata Harimau""
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.