Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Secara administratif, Kalimantan terbagi menjadi 4, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Suku dayak merupakan suku yang mendominasi Kaimantan dengan lebih kurang terdapat 6 rumpun yakni Rumpun Kanayatn, Rumpun Ibanic, Rumpun Bidoih (Kidoh-Madeh), Rumpun Banuaka, Rumpun Kayaanic dan Rumpun Uut Danum. Setiap rumpun memiliki sub rumpun dengan total sub rumpun berjumlah lebih kurang 405 sub rumpun.
Menurut cerita turun temurun masyarakat dayak, dikatakan bahwa nenek moyang suku dayak berasal dari Yunan, China.Kalimantan dan menetap di sepanjang aliran sungai. Bersamaan dengan masuknya bangsa China ke daratan Kalimantan, masuk pula kelompok lain yang dikenal sebagai kelompok negroid dan weddid. Kedua kelompok imigran itu akhirnya hidup berdampingan dengan bangsa China yang telah lebih dahulu datang dan menetap di Kalimantan. Dari hanya berdagang akhirnya terjadi percampuran penduduk melalui perkawinan.Bangsa China dari Yunan tersebut memasuki Kalimantan sekitar tahun 1368-1643. Mereka menyusuri berbagai daerah untuk berdagang berbagai jenis barang seperti candu, sutera dan barang pecah belah. Akhirnya mereka mencapai Kalimantan.
Hasil perkawinan tersebut menghasilkan anak-anak yang berwajah oriental, sangat mirip dengan bangsa China bahkan lebih cantik dari pada bangsa China. Mereka bermata sipit dan berkulit kuning langsat sehingga terlihat lebih eksotik. Merekalah yang kemudian disebut sebagai Suku Dayak. Kata Dayak berasal dari kata Daya' yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya. Suku Dayak, hasil dari percampuran itu akhirnya menyebar hampir ke seluruh daerah di Kalimantan.
Suku dayak terbagi menjadi banyak sub suku. Mereka menyebut dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah berdasarkan nama sungai, nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban asal katanya dari ivan (dalam bahasa kayan, ivan artinya pengembara), suku Batang Lupar karena berasal dari sungai Batang Lupar, suku Mualang, diambil dari nama seorang tokoh yang disegani (Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah yang diabadikan menjadi sebuah nama anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten Sintang (karena suatu peristiwa) dan suku dayak Bukit (Kanayatn/Ahe) berasal dari Bukit/gunung Bawang
Masyarakat Dayak masih memegang teguh kepercayaan dinamismenya, mereka percaya setiap tempat-tempat tertentu ada penguasanya, yang mereka sebut: Jubata, Petara, Ala Taala, Penompa dan lain-lain, untuk sebutan Tuhan yang tertinggi, kemudian mereka masih mempunyai penguasa lain dibawah kekuasaan Tuhan tertingginya, misalnya Puyang Gana ( Dayak mualang) adalah penguasa tanah, Raja Juata (penguasa Air), Kama” Baba (penguasa Darat), Jobata,Apet Kuyan'gh dan lain-lain. Bagi mereka yang masih memegang teguh kepercayaan dinamismenya dan budaya aslinya, mereka memisahkan diri masuk semakin jauh kepedalaman.
Saat ini suku dayak di Kalimantan Barat sebagian telah menganut agama Kristen Katolik dan sebagian lainnya menganut agama Kristen Protestan. Mereka masih memelihara adat istiadat dan tradisi nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan adalah pesta adat naik dangau atau ada juga yang menyebutnya nyapat tahun. Tradisi ini dilakukan setelah panen padi sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki berlimpah atas hasil panen serta sebagai permohonan agar hasil panen di tahun depan lebih baik dari pada tahun ini.
Salah satu hasil kerajinan tangan masyarakat dayak adalah kain tenun dayak.
Gambar proses pembuatan kain tenun dayak dan gambar kain tenun dayak
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Suku Dayak Kalimantan Barat"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.