Orangutan pada saat ini hanya ada di Sumatera, Kalimantan, Sabah dan Sarawak dengan lebih dari 90% habitatnya berada di wilayah Republik Indonesia.
Nama orangutan berasal dari bahasa Melayu yang artinya ‘orang hutan’. Di Sumatera dan Kalimantan orangutan dikenal sebagai Mawas. Orang utan pertama kali dideskripsikan pada awal abad ke-17 oleh dua orang dokter Belanda yang bernama Jacob de Bondt dan Nicolaas Tulp. Pada tahun 1758 Linneus memberi nama Simia satyrus sebagai nama ilmiah bagi orang utan. Berdasarkan hasil pertemuan Komisi Internasional Tata Nama Zoologi rupanya nama Simia telah digunakan untuk Magot sehingga tidak dapat digunakan sebagai nama ilmiah bagi orangutan.
Dalam pertemuan Komisi Internasional Tata Nama Zoologi di Budapest pada tahun 1926, dibentuk suatu komisi yang bertugas menyiapkan rekomendasi nama ilmiah bagi orangutan. Pada tahun 1927 dihasilkan suatu resolusi tentang penggantian nama ilmiah orang dari Simia satyrus menjadi Pongo pygmaeus. Sejak saat itu Pongo pygmaeus merupakan nama ilmiah bagi orangutan.
Orangutan adalah salah satu anggota famili Pongidae. Secara taksonomi, terdapat dua anak jenis orangutan yang masih hidup hingga sekarang yaitu anak jenis dari Sumatera dan anak jenis dari Kalimantan. Kedua anak jenis ini terisolasi sejak 10.000 tahun yang lalu ketika permukaan laut antara Sumatera dan Kalimantan naik. Akibatnya, kedua pulau yang semula merupakan satu bagian dari daratan Sunda terpisah menjadi dua pulau besar. Isolasi geografis ini menyebabkan munculnya beberapa perbedaan genetis dan morfologis.
Perbedaan morfologis orangutan dapat dikenali dari perawakannya, khususnya dari struktur rambutnya. Jika dilihat di bawah mikroskop, jenis dari Kalimantan (Pongo pygmaeus) berambut pipih dengan kolom pigmen hitam yang tebal di bagian tengah sedangkan jenis dari Sumatera (Pongo abelii) berambut lebih tipis, membulat, mempunyai kolom pigmen bulat yang halus dan sering patah di bagian tengahnya. Ciri yang kedua, orangutan Kalimantan lebih tegap dan mempunyai kulit dan warna rambut yang lebih gelap dari pada orangutan Sumatera.
Makanan pokok orangutan adalah buah (60%). Selain itu, orang utan juga memakan daun (25%), kulit batang (15%), serangga (10%) dan telur binatang lain (2%).
Orangutan terutama hidup di dataran rendah dengan ketinggian antara 200-400 m dpl. Namun demikian, di Sumatera orangutan kadang ditemukan pada ketinggian lebih dari 1.500 m dpl khusunya jantan dewasa. Habitat utama orangutan di tepi sungai (dataran banjir, rawa atau lembah alluvial) dan dataran tinggi (kaki bukit).
Referensi
Meijaard, E., H. D. Rijksen, S. N. Kartikasari. 2001. Di Ambang Kepunahan! Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke-21. The Gibbon Foundation Indonesia. Jakarta
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Orangutan Kalimantan"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.