Oleh: Mujiburrahman
“Beginilah enaknya Bandara Schipol Amsterdam yang sangat luas. Kita bisa menunggu keberangkatan dengan santai sambil makan minum belanja tidur atau sekadar mengunjungi toko-toko yang berjejer rapi” katanya. Dia sahabatku asal Taiwan yang berkenan mengantarkanku ke bandara ketika mau pulang ke Indonesia untuk penelitian lapangan sekaligus menjemput keluarga pada 2002.
Ketika melihat Bandara Sepinggan Balikpapan saya jadi teringat Schipol terutama ruang check in-nya yang terbuka di bawah atap tinggi dan dinding kaca tembus pandang. Pada saat yang sama ingatan pun melayang ke Bandara Syamsudin Noor (SN) Banjarbaru yang membuat hati miris. Bukan saja lahan parkirnya yang tak memadai tetapi juga ruang tunggunya seringkali penuh dan ‘berjejal’.
Namun kini impian akan perubahan Bandara SN menjadi bandara internasional yang nyaman dan luas akhirnya mulai terwujud. Pekan lalu Senin 18 Mei 2015 Wakil Presiden Jusuf Kalla hadir dalam upacara Ground Breaking (GB). GB adalah penggalian fondasi bangunan sebagai tahap awal pelaksanaan proyek konstruksi. Artinya proyek dengan biaya 23 triliun rupiah ini secara formal sudah dimulai.
Kapasitas Bandara SN yang sekarang hanya 13 juta penumpang per tahun akan ditingkatkan menjadi 10 juta per tahun. Arsitekturnya dirancang dengan nuasa lokal yang tercermin dalam bentuk perahu jukung pada atap utama terminal ditambah garis tegas menyerupai permata intan pada seluruh unsur bangunan. Lahan parkir yang disediakan seluas 36.450 m2 sehingga dapat menampung 1.164 mobil.
Gubernur Rudy Ariffin yang akan mengakhiri periode kedua masa jabatannya tentu sangat gembira. Dia telah berhasil meletakkan dasar untuk suatu perubahan besar. Melalui bandara baru orang-orang dari berbagai daerah dan negara akan datang untuk berbagai keperluan. Penerbangan dari dan ke luar negeri termasuk untuk umrah mungkin tidak melalui Jakarta lagi tetapi bisa langsung dari Banjarbaru.
Seorang pemerhati bandara John D Kasarda mengatakan bahwa di abad ke-21 bandara akan menjadi pusat bisnis dan kebudayaan dunia. Dia menyebut bandara sebagai kota ‘aerotropolis’. Kini manusia di seluruh dunia dengan mudah terhubung di dunia maya melalui teknologi komunikasi canggih mudah dan murah. Di dunia nyata mereka bertemu di bandara. Bandara adalah bentuk nyata globalisasi.
Belum ada tanggapan untuk "Syamsudin Noor Aerotropolis"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.