Beranda · Banjarmasin · Palangkaraya · Pangkalan Bun

Lalai Kawal Kurikulum Baru









KURIKULUM 2013 secara serentak diberlakukan mulai tahun ajaran 2014/2015 di semua jenjang sekolah, mulai dasar hingga menengah di seluruh Indonesia. Digagas sejak zaman Menteri Pendidikan M Nuh dan sempat diuji coba selama setahun, pelaksanaan kurikulum baru tersebut ternyata tak sesuai yang diharapkan. Selain adanya ketidaksiapan guru dalam menerapkan kurikulum ini, karena banyak pengajar yang belum mendapat pelatihan, infrastruktur prasana pengajaran ternyata juga tak siap. Harapan bahwa kurikulum baru bisa langsung dilaksanakan di seluruh Indonesia, ternyata tak sesuai kenyataan. Bahkan di daerah termasuk di Kalimantan Selatan, karena ketidaksiapan infrastruktur berupa buku pembelajaran, sekolah pun dibuat pontang-panting. Hingga hampir sebulan pelaksanaan Kurikulum 2013, ternyata buku belum juga sampai di sekolah. Ironisnya, pihak dinas pendidikan di daerah pun hanya bisa menunggu, tanpa ada kepastian.Awalnya langkah taktis diambil dengan memerintahkan sekolah mengunduh soft copy dari internet. Tapi ternyata masalah tak berhenti di situ. Pertama, tidak semua siswa memiliki akses internet, terlebih mereka yang berada di wilayah pelosok. Kedua, bagi guru atau sekolah, soft copy tetap harus diprint dan kemudian digandakan untuk peserta didik, karena tidak semua sekolah memiliki prasarana pengajaran multimedia, seperti laptop dan OHP.Sekolah tetap harus menggandakan bahan pembelajaran untuk siswa dengan jumlah yang cukup besar. Dan, karena ketiadaan dana serta tidak bolehnya melakukan pungutan, Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang mestinya hanya dipergunakan untuk dana operasional sekolah, terpaksa digunakan menggandakan materi pembelajaran. Dana jutaan rupiah harus digelontorkan sekolah untuk menggandakan buku pembelajaran tersebut.Di sejumlah sekolah untuk mengantisipasi ketiadaan buku, penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dijual guru pun dipilih. Langkah ini diambil daripada siswa tertinggal materi pembelajaran. Belum lagi, orangtua siswa yang sekolah di swasta harus merogoh uang lebih dalam untuk membeli buku baru sesuai Kurikulum 2013. Dari rangkaian perjalanan sistem pendidikan di Indonesia, setidaknya pemerintah telah mengganti kurikulum sebanyak tujuh kali sejak Orde Baru. Mulai 1968 sampai 2013, sistem pendidikan diubah dan dimodifikasi sedemikian rupa dengan harapan bisa meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia.Terbaru, dalam Kurikulum 2013 pendidikan berbasis karakter, mengutamakan pemahaman, keterampilan, dan siswa dituntut memahami materi, aktif berdiskusi dan presentasi, serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Dalam Kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan sesuai dengan keinginan peserta didik.Secara konsep, kurikulum tersebut dinilai lebih sesuai dengan karateristik anak dan memperdayakan daya nalar siswa. Namun dari sisi implementasi ternyata masih banyak yang harus dibenahi. Pemerintah lalai mempersiapkan perangkat untuk mendukung pelaksanaan kurikulum baru yang didanai cukup besar tersebut. Tak urung berbagai pendapat pun muncul sebagai respons atas pelaksanaan Kurikulum 2013, baik dari dunia pendidikan, maupun orangtua murid. Bahkan Indonesian Coruption Watch (ICW) merekomendasikan untuk menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 dan kembali ke Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).        Pendidikan menentukan masa depan anak dan bangsa. Langkah pemaksaan sistem tanpa kesiapan justru membuat pendidikan negeri ini terpuruk. Belum lagi ancaman gangguan terhadap operasional sekolah, karena tergerusnya dana BOS, untuk membayar penggandaan buku tersebut. Jangan sampai sinyalemen politik bahwa penerapan kurikulum baru hanya demi pergantian rezim di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pascapemilihan presiden (Pilpres) 2014 dan tak jauh-jauh dari proyek yang justru nantinya muncul di publik terkait kengototan pemerintah. Terakhir, apabila tidak ada alternatif pendanaan untuk penggandaan materi pembelajaran (baik di tingkat pusat maupun daerah), ataupun jadwal pengiriman buku ajar sesuai deadline yang telah ditetapkan, lebih baik Kurikulum 2013 ditunda pelaksanannya sampai benar-benar siap, agar siswa jangan menjadi korban. Ini dipilih agar siswa dan sekolah tidak menjadi bahan eksperimen sistem pendidikan yang belum siap. (*)



Terkait#kurikulum 2013#tajuk


Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Lalai Kawal Kurikulum Baru"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.