Oleh: Dr Hastin Umi Anisah SE MMDosen FEB UnlamPada usianya yang menginjak ke-56 Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) masih lebih sering diplesetkan sebagai universitas lambat maju yang berkonotasi negatif. Klaim tertua di Kalimantan bukan berarti terbaik, apalagi jika kata Kalimantan diperluas meliputi Sabah-Sarawak dan Brunei, yang telah memilik kualitas kampus yang lebih baik.Begitu juga ketika Unlam --paling tidak untuk saat ini-- seandainya ingin menjadi salah satu dari deretan Universitas Top Dunia, bahkan Indonesia sekalipun. Hal ini karena beratnya persyaratan yang harus dipenuhi. Di tingkat nasional saja, Unlam masih jarang muncul ke permukaan. Ketika disebut Unlam, orang kadang masih tertukar dengan Universitas Lampung (Unila). Profesor Kai Ming, salah satu konseptor dari World Class University (WCU) dari University of Hongkong yang menempatkan universitasnya pada peringkat 18, berdekatan dengan universitas-universitas seperti Harvard, Yale, Oxford, Cambridge, Massachusetts Institute of Technology, menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus ada pada pendidikan tinggi. Yaitu, reputasi internasional; prestasi penelitian; lulusan yang terkemuka; dan Partisipasi Internasional. Dengan parameter ini kita harus tahu memosisikan diri, menurut hemat penulis --sekali lagi untuk saat ini-- Unlam cukup menjadi yang terbaik di kawasan Indonesia timur. Dengan melihat potensi dan objektif melihat keadaan saat ini, di tangan rektor baru diharapkan akan ada percepatan yang luar biasa pada Unlam dalam tahun-tahun ke depan. Melihat ke Atas Merujuk parameter WCU di atas, seperti kita sedang melihat langit. Begitu tinggi dan jauh keadaan ideal tersebut didapat. Penulis kemukakan di sini sebagai upaya pelecut semangat dan introspeksi diri di mana sekarang Unlam berada. Sebagai contoh, menurut Times Higher Education Supplement Quacquarelli Symonds, Times Higher Education Supplement Quacquarelli Symonds (THES-QS) dari Inggris, metode penentuan rangkingnya adalah dengan melakukan survei terhadap akademisi di Asia, Eropa dan Amerika Utara dan interview dengan kelompok bidang ilmu (peer review berbobot 40 persen), review oleh pewawancara kerja atau pengguna alumni (10 persen), rasio dosen/mahasiswa (20 persen), dan jumlah sitasi per dosen (20 persen), serta presentase staf asing (5 persen), dan mahasiswa asing (5 persen).Namun Albatch (2004) Director of Center International Higher Education at Boston College mengatakan, universitas kelas dunia tidak hanya seperti yang didefinisikan oleh kamus, yakni memiliki rangking yang tinggi dengan standar internasional. Universitas internasional tidak boleh berhenti pada ketiga paramater yang ditentukan ketiga lembaga di atas. Universitas internasional dituntut untuk unggul dalam riset dan untuk memenuhi fasilitas yang memadai untuk karya akademik, atmosfer semangat intelektual, dan juga memiliki kebebasan akademik, serta mempunyai kemandirian dalam tata kelola. Demikian juga kecukupan pandanaan dalam rangka mendukung riset dan pengajaran serta fungsi-fungsi universitas lainnya (Huda, 2009).Lebih jauh dijelaskan Kusumastanto (2007) bahwa beberapa kriteria WCU adalah 40 persen tenaga pendidik bergelar PhD, publikasi international 2 paper/tahun, jumlah mahasiswa pasca 40 persen dari total mahasiswa keseluruhan, anggaran riset minimal U$S 1.300/staf/tahun, jumlah mahasiswa asing lebih dari 20, dan Information Communication Technology (ICT), 10 KB/mahasiswa. Sedangkan Levin (2007) berpendapat bahwa universitas kelas dunia memiliki kriteria sebagai berikut: Unggul dalam riset; Kebebasan akademik dan atmosfer kegairahan intelektual; Swakelola; Memiliki fasilitas dan pendanaan yang cukup; mempunyai keanekaragaman; Mempunyai derajat internasionalisasi yang tinggi: mahasiswa, ilmuwan, dosen-dosen dari seluruh dunia; Kepemimpinan yang demokratik, mahasiswa tingkat sarjana yang berbakat, penggunaan ICT, manajemen yang efisien dan perpustakaan, pengajaran berkualitas, ada hubungan dengan kebutuhan masyarakat, kolaborasi intra-institusional yang bagus.Dan masih banyak lagi yang memberikan parameter suatu universitas dikatakan berkelas dunia? Dengan parameter tersebut di manakah posisi Unlam berada? Dalam tulisan ini, penulis akan menggunakan faktor internal dan eksternal sebagaimana dikemukakan oleh Salmi ketika ingin mempersiapkan WCU, namun penulis kolaborasi dengan pendapat di atas dan kami sesuaikan dengan kondisi terbaik di mana Unlam berada. Faktor InternalPertama, SDM (pimpinan bervisi, dosen berkualifikasi dan berdedikasi mengikuti visi, admin yang solid dan mendukung visi, soliditas internal antarpimpinan, dosen, karyawan, mahasiswa atau semua civitas akademika, memiliki budaya akademis yang maju, didukung mahasiswa dan organisasi mahasiswa intra kampus yang baik dan relevan). Kedua, Sarana Prasarana, ketersediaan sarana prasarana proses belajar mengajar, dalam mencapai visi misi. Ketiga, Kurikulum yang bersinergi dan mutakhir. Keempat, Promosi dan kehumasan yang mampu menjalin hubungan baik dengan masyarakat luar kampus, baik instansi pemerintah pusat sampai daerah, perusahaan, orangtua mahasiswa, dan masyarakat sekitar kampus pada umumnya. Kelima, Jejaring/Kerjasama baik dengan lembaga pemerintah pusat sampai daerah, perusahaan swasta dalam dan luar negeri, yang bersesuaian dan mendukung tercapainya visi dan misi. Termasuk adalah PTN/PTS dalam dan LN, Lemlit dalam dan LN dll. Keenam, Dana yang cukup untuk menjalankan rutinitas dan biaya penelitian, pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat.Faktor EksternalPertama, Kebijakan Pemerintah (pusat-daerah) misal dengan terbitnya undang-undang, perda. Kedua, Masyarakat sebagai Konsumen, kepercayaan masyarakat khususnya orangtua dan calon orangtua mahasiswa. Ketiga, Pasar sebagai mitra, kepercayaan dan jalinan yang baik dengan instansi swasta dalam rangka mendukung penelitian dan menampung lulusan. (*)
Terkait#Universitas Lambung Mangkurat (Unlam)#Opini Publik
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "56 Tahun Unlam World Class University"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.