Beranda · Banjarmasin · Palangkaraya · Pangkalan Bun

Tim BBM Diduga Terlibat




Tim BBM Diduga Terlibat
Tim BBM Diduga Terlibat





SAMPIT – Minimnya kerja Tim BBM bentukan Pemkab Kotim dalam mengawasi distribusi BBM memunculkan dugaan tim yang dipimpin Fajrurrahman itu telah “masuk angin”. Diduga, Tim BBM justru ikut mengelola pelangsir secara terorganisir. Kondisi seperti ini mengapungkan pesimisme bahwa persoalan BBM bersubsidi yang dikuasai pelangsir tak akan pernah teratasi.


“Saya lihat mereka (Tim BBM) diam saja, ada unsur pembiaran. Jangan-jangan, perbedaan harga BBM bersubsidi dengan BBM tidak bersubsidi ini dimanfaatkan beberapa oknum, termasuk tim BBM,” ungkap Pengamat Hukum dan Politik Fachri Mashuri, Kamis (7/8).


Dia menambahkan, pelangsir beroperasi di SPBU secara terang-terangan. Ada dugaan mereka dikoordinir berbagai pihak dengan kepentingan sendiri, seperti LSM atau aparat. Fachri meyakini pelangsiran sudah menjadi mata pencaharian. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya pada bisnis BBM bersubsidi.


“Kalau berniat menertibkan, sebenarnya bisa. Tetapi ini tidak berniat. Sudah jadi lapangan kerja masyarakat. Yang mengkhawatirkan, ini dilakukan pemilik modal besar yang punya truk banyak, lalu dikumpulkan dan dijual dengan harga tinggi,” ucapnya.


Terkait pembatasan waktu penjualan BBM bersubsidi, yakni pada rentang pukul 08.00 hingga 18.00, Tim BBM belum membuat aturan turunan untuk diterapkan di daerah. Alasannya, mereka belum menerima salinan surat edaran yang dikeluarkan BPH Migas itu.


Menanggapi hal itu, Fachri menyebut, Tim BBM hanya mencari alasan. Dia mengatakan, untuk menertibkan pelangsiran yang aturannya sudah jelas saja sampai saat ini tidak dilaksanakan.


“Harusnya (surat edaran) ini tidak menjadi alasan, Tim BBM punya pegangan undang-undang pertambangan dan mineral, bagaimana menyalurkan BBM subsidi dan industri. Ini harusnya jadi acuan tetapi sampai sekarang tidak dijalankan,” jelas pria yang berprofesi sebagai pengacara ini.


Melempemnya Tim BBM juga mendapat sorotan dari legislatif. Ketua Komisi II DPRD Kotim Otjim Supriatna melihat tim ini sudah kewalahan. Namun dia meminta Tim BBM kembali bekerja. “Tim BBM Kotim, dalam penegakan, penertiban, dan pengawasan distribusi BBM bersubsidi, sepertinya tidak mampu lagi,” ujar dia, kemarin.


Otjim mengatakam tim gabungan tersebut terkesan mandul menghadapi gerombolan  pemain minyak bersubdisi. “Saya mensinyalir persoalan minyak terorganisir, karena mafianya sangat rapi dalam melaksanakan aksinya, melibatkan orang dalam SPBU sendiri,” tegas politikus Partai Golkar itu.


Salah satu opsi yang bisa diambil pemerintah adalah menghapus subsidi BBM. “Lebih baik gunakan non-subsidi saja semuanya, bukan hanya di Kalteng, tetapi di seluruh tanah air,” jelas Otjim.


Dia meyakini masyarakat tak akan kesulitan meski harus membeli BBM non-subsidi. Bahkan, jika itu dilakukan akan menyelesaikan persoalan klasik pelangsiran yang selama ini mendera.


“Masyarakat Kotim sudah mampu untuk non-subsidi. Daripada subsidi selalu menjadi persoalan dan kecemburuan. Kalau non-subsidi, kita akan lebih tertib dan tidak dimonopoli lagi sekelompok orang. Negara juga tidak perlu mengeluarkan anggaran besar untuk subsidi itu,” jelas dia.


Otjim menyayangkan sikap pemodal besar yang masih menggunakan BBM subsidi dalam usahanya. Padahal sudah jelas BBM subsidi diperuntukan bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah, bukan untuk kegiatan usaha skala besar.


Otjim berharap Tim BBM bisa terus bekerja walaupun merasa tidak mampu mengatasinya sesuai dengan harapan masyarakat. “Untuk penertiban ini, jangan putus asa, terus laksanakan apa yang sudah menjadi tugas. Masyarakat yang sulit mendapatkan BBMharus diprioritaskan,” ujar dia.


SPBU juga harus memprioritaskan angkutan umum, petani, nelayan, dan masyarakat lainnya. Dijelaskanya juga, DPRD Kotim mendukung  pembentukan Tim BBM dengan harapan bisa melaksana tupoksinya. “DPRD sudah menganggarkan, untuk Tim BBM dialokasikan melalui Distamben, kalau tidak salah Rp 100 juta per tahun,” ujar Otjim.


Sementara itu, Manajer SPBU Pelita Nadiansyah, tampak masih percaya Tim BBM bekerja meski secara diam-diam. Menurut dia, sejauh ini aktivitas Tim BBM masih berkutat pada penerimaan aduan dari masyarakat. Namun dia berharap, meski tak ada aduan, Tim BBM harus tetap bergerak.


“Mungkin sekarang tetap bekerja tetapi secara diam-diam. Buktinya, ada SPBU yang nakal langsung dilakukan penindakan. Selama ini belum ada laporan penyimpangan yang dilakukan SPBU Pelita,” ucapnya. (tha/ang/dwi)


 


 





sumber: radarsampit[dot]net

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Tim BBM Diduga Terlibat"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.