Beranda · Banjarmasin · Palangkaraya · Pangkalan Bun

Pemburu Kekuasaan




Pemburu Kekuasaan
Pemburu Kekuasaan






BINTANG sepak bola dari Portugal Cristiano Ronaldo sempat membuat orang geleng kepala ketika gajinya menyentuh Rp 360 miliar setahun. Kalau dirata-rata Rp 1 miliar sehari. Siapa yang gajinya bisa sebesar itu kalau bukan seorang CEO perusahaan kelas dunia.Ternyata di Indonesia juga ada yang membuat orang tertegun. Subsidi bahan bakar minyak (BBM) 2013 sudah mencapai Rp 380 triliun setahun, berarti lebih dari Rp 1 triliun sehari. Tidak ada subsidi yang bisa melebihi jumlah ini, bahkan seluruh subsidi di luar BBM pun tidak akan sebesar itu.Pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang tidak terkontrol telah menyebabkan kenaikan pemakaian BBM sulit dikendalikan. Tahun 2010 subsidi baru Rp 85 triliun, pada 2013 sudah empat kali lipat.        Tahun 2014 ini jumlahnya akan membengkak lagi sehingga subsidinya diperkirakan bisa mencapai Rp 400 triliun. Kuota BBM tahun ini sebanyak 48 juta kiloliter namun bisa habis sebelum waktunya.Itulah yang membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan pengetatan penjualan BBM, antara lain solar di daerah tertentu hanya dijual dengan harga subsidi (Rp 5.500/liter) pada siang hari, malam dengan harga nonsubsidi (Rp 12.800/liter). Di Jakarta pusat tidak ada penjualan solar bersubsidi karena di situ daerahnya orang kaya. Di jalan tol tidak ada penjualan premium. Keputusan ini untuk mencegah agar tidak kehabisan stok BBM sebelum waktunya.Selama ini kalangan usaha dan pengamat juga menyarankan agar pemerintah berani menaikkan harga BBM karena mereka tahu APBN sudah terlalu berat menanggung subsidi BBM. Dari sekitar Rp 1.600 triliun, sebanyak Rp 400 triliun di antaranya untuk subsidi BBM. Mereka juga berharap pemerintahan sekarang yang harus menyesuaikan harga agar tidak mewariskan kesulitan pada pemerintahan berikutnya.Tapi apa yang terjadi? Ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan baru soal BBM yang muncul justru kritikan. Sebab, kebijakan ini tidak mencerminkan niat untuk mengurangi subsidi, tapi hanya untuk mengulur napas agar stok cukup sampai Desember. Pemerintah takut melangkah karena tidak ingin kebijakannya dinilai tidak populis. Kalau ini terjadi saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menduduki kursi presiden periode pertama bisa dipahami, karena dia pasti ingin menangguk citra untuk modal pemilihan presiden periode berikut. Tapi sekarang SBY sudah tidak punya kepentingan lagi untuk ikut pilpres.Akibatnya, pemerintahan mendatang mewarisi gunung es berupa subsidi BBM yang tidak berkesudahan. Ini akan menjadi tanggung jawab presiden berikutnya. Padahal subsidi BBM itu hanya satu masalah, masih banyak bidang lain yang meninggalkan warisan buram. Belum lagi kewajiban untuk melaksanakan program yang sudahdijanjikan semasa kampanye.                                                        **Kita tidak tahu siapa yang akan mendapat limpahan tugas itu. Karena meski pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) sudah ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU, tapi kemenangannya digugat pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.Saat ini keduanya berpeluang sama di Mahkamah Konstitusi (MK), posisinya 0-0. Keduanya juga punya modal dukungan dan kepemimpinan.Prabowo orangnya tegas, berapi-api, didukung oleh sejumlah parpol koalisi. Sebagai panglima, sekali keluar perintah semua anak buahnya patuh. Dia memang pantas kecewa karena sudah lama  berjuang dan berusaha untuk menjadi orang nomor satu di republik ini. Ini beda dengan Jokowi. Dia juga bukan tipe komandan. Memindahkan pedagang kaki lima (PKL)_ di Solo butuh pertemuan sampai 54 kali. Memindahkan PKL Tanah Abang dan warga sekitar waduk Ria Rio, Pluit, Jakarta  juga tidak seketika seperti kalau Prabowo memerintah anak buahnya. Tetapi itu bukti dia memiliki ketegasan sebagai pemimpin, bukan komandan.Sekarang saat kemenangannya digugat lewat MK, Jokowi juga tak peduli. Dia persiapkan masa transisi dan menyiapkan kabinet dengan melibatkan koalisi dan masyarakat untuk menyampaikan gagasannya.Negeri kita tengah dirundung berbagai persoalan, mulai ekonomi, sosial, politik, korupsi sampai masalah ras. Kita butuh pemimpin yang pandai menyelami hati rakyat, jujur, amanah dan mengabdi tanpa pamrih. Pemimpin bukan pemburu kekuasaan. (*)



Terkait#Spirit#sidang gugatan pilpres di MK#subsidi bbm


Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Pemburu Kekuasaan"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.