Oleh: Ahmad Barjie BSekretaris Umum Yayasan dan Badan Pengelola Masjid At-Taqwa Banjarmasin Gencarnya pemberitaan seputar ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) akhir-akhir ini yang hampir semuanya negatif, dikhawatirkan menimbulkan kesan buruk dan kesalahpahaman terhadap makna khilafah islamiyah itu sendiri.Begitu juga sepak terjang ISIS yang konon akan mendirikan khilafah islamiyah melalui cara-cara kekerasan, hampir pasti akan menimbulkan antipati terhadap gerakan-gerakan Islam, baik dalam skala internasional maupun nasional dan lokal. Jika melihat tampilan gerakan ISIS sebagaimana diberitakan di televisi dan media online, ISIS ini belum mewakili khilafah islamiyah sebagaimana diatur dalam Islam.Memahami konsep khilafah islamiyah yang sebenarnya, kita harus melihat kepada realitas sejarah yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabat dalam masa Khulafa al-Rasyidun.Manusia (dan jin) diciptakan Allah hanya untuk menjadi ‘abdullah (hamba Allah) dengan beriman, menyembah dan mengabdi kepada-Nya. Cara pengabdian itu tertuang dalam ibadah mahdhah (khusus) sebagaimana Rukun Iman dan Islam, dan ibadah `ammah (umum) seperti berzikir, selawat, membaca Alquran, menuntut ilmu, bersedekah, menolong antarsesama, berakhlak mulia, menyayangi binatang, memeliharta ekosistem dan ibadah sosial lain.Bersama kedudukannya sebagai ‘abdullah, manusia dituntut menjadi khalifatullah fil ardh, yaitu mengelola kehidupan di bumi supaya makmur, sejahtera dan diridhai Allah (baldah thayyibah wa rabbun ghafur). Caranya dengan menegakkan syariat dan sistem Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Semua ajaran Islam dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan mulia dari syariat Islam (maqashid al-syariah), yaitu terpeliharanya agama (hifzh al-din), jiwa (hifzh al-nafs), akal (hifzh al-aql), keturunan (hifzh al-nasl), harta (hifzh al-mal), keamanan, lingkungan dan sebagainya. Apabila agama, jiwa (nyawa), akal, keturunan dan harta manusia belum terjaga keamanannya berarti tujuan syariat belum tercapai.Negara Madinah yang dipimpin Rasulullah saw dan dilanjutkan oleh Khulafa al-Rasyidun (Abu Bakar al-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) adalah contoh nyata tentang sistem khilafah. Saat itu hak-hak dan perlindungan manusia benar-benar terjamin.Ketika seorang muslimah Madinah dihina dan dilecehkan oleh kaum Yahudi, Rasulullah dan para sahabat tampil melakukan pembelaan optimal, atau ketika ada utusan dakwah yang dibunuh, beliau dan para sahabat terpaksa mengangkat senjata, sehingga ke depan tak ada lagi yang berani melakukan pelecehan.Kehadiran Islam dengan sistem khilafahnya saat itu bukan dipaksakan dan tampil menakutkan sebagaimana diperlihatkan ISIS, melainkan karena kesadaran dan sebuah tuntutan kebutuhan. Ketika suku Aus dan Khazraj Madinah bosan berperang saudara di bawah kemusyrikan, mereka datang ke Makkah meminta Rasulullah segera mengirim juru dakwah ke Madinah.Akhirnya Islam menjadi kuat di Madinah dan mereka menjadi golongan Anshar yang sangat besar jasanya dalam mempertahankan dan memajukan Islam. Meski sepeninggal Rasulullah, Saad bin Ubadah dari golongan Anshar juga sempat ingin menjadi khalifah bersaing dengan golongan Muhajirin, namun untuk menjaga persatuan, mereka bersedia menerima dan mendukung kekhalifahan Abu Bakar dan seterusnya.Melihat sistem Islam yang begitu luhur, kaum Nasrani Najran meminta agar sistem itu diberlakukan di negerinya, tanpa mereka harus memeluk Islam. Rasulullah saw pun menerima mereka berdialog di Masjid Nabawi, dan mengirimkan perwakilan ke Najran dengan tetap menghormati penduduknya yang tidak bersedia masuk Islam. Semua agama dan suku bangsa dihormati secara sejajar dalam naungan daulah islamiyah. Bahkan siapa saja berani menyakiti nonmuslim, akan berhadapan dengan kekuatan Islam.Sedikit contoh di atas menunjukkan tegaknya khilafah islamiyah tidak ada hubungannya dengan sikap keras, intoleransi, mata pedang dan moncong senjata. Islam lemah lembut dengan siapa saja dan hanya bersikap keras terhadap orang-orang yang memusuhi, asidda’u ‘alal kuffar wa ruhama’u bainahum.Kemunculan khilafah tidak dipaksakan. Suatu saat, entah di tahun 3000 atau 5000 mungkin saja khilafah bisa tegak. Di dunia yang fana ini tidak ada sistem dan kekuasaan yang final, abadi.Ribuan tahun masa jahiliyah digantikan oleh sistem Islam yang berjaya hampir 1000 tahun pula. Setelah Islam lemah dan redup karena ajarannya ditinggalkan, muncullah sistem dan ideologi lain seperti komunisme, kapitalisme, liberalisme, sekularisme, nasionalisme, demokrasi dan sebagainya. Apabila nanti semua ideologi ini bangkrut dan tak lagi diperjuangkan, tidak mustahil kembali sistem Islam menjadi alternatif. Prediksi hal ini pun sudah dinyatakan dalam agama, semua akan dipergantikan dan dipergilirkan oleh Allah, wa tilkal-ayyam nudawiluha bainan-nas.Lokal TemporalKemunculan ISIS dipastikan bukan khilafah islamiyah yang diisyaratkan dalam agama. Sebab, sifatnya lokal (Irak dan Syria), dan metode pendekatannya sejauh yang kita lihat cenderung menggunakan kekerasan dan memicu perang saudara sesama muslim sendiri. ISIS atau gerakan sejenis mungkin reaksi sporadis temporal karena kecewa terhadap rezim yang berkuasa di negeri mereka, serta dominannya intervensi asing terhadap negara-negara Timur Tengah. Boleh jadi juga kecewa melihat tidak adanya pembelaan signifikan dunia dan dunia Islam terhadap bangsa Palestina yang tertindas.Bagi Allah hancurnya dunia ini tidak apa-apa dibanding terbunuhnya satu nyawa tanpa hak. Tapi saat ini justru ribuan nyawa muslim melayang begitu saja, ribuan orang terluka, terusir dan teraniaya tanpa perlindungan dan tidak jelas siapa yang mampu melindungi mereka. Fenomena ini sangat mengenaskan dan menyesakkan dada. Banyak muslim beriman tidak dapat tidur karenanya, tetapi tidak berdaya untuk berbuat apa.Mengantisipasi dan mengatasi infiltrasi gerakan dan paham ISIS atau yang sealiran dengannya akan lebih efektif, jika negara-negara muslim memerankan dirinya lebih islami tanpa harus menjadi Negara Islam atau mendirikan khilafah islamiyah. Misalnya mengelola kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat secara adil dan maksimal, menghindari intervensi asing dalam aspek agama, ideologi, politik, ekonomi dan budaya, menegakkan hukum dan perlindungan HAM tanpa kecuali. (*)
Terkait#ISIS#Opini Publik
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Meluruskan Makna Khilafah Islamiyah"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.