|
Kenapa (Ada) Jokowi? |
andai saja joko widodo alias jokowi masih tetap mengurusi surakarta (solo), tentu fauzi bowo kini masih menjadi penguasa dki jakarta.
andai pula jokowi kini masih asyik blusukan ke pasar klewer, pasar gedhe, pasar legi, dan kampung-kampung di surakarta, pastinya tidak membuat para elite politik nasional kini panas dingin.
banyak kata andai sebenarnya yang sejatinya tidak diharapkan banyak elite politik ketika sosok jokowi menjadi sebuah pilihan.
bahkan, kalau boleh jujur, jokowi menjadi satu-satunya figur paling sensasional di pentas politik di negeri ini.
jokowi telah mengubah peta politik nasional menjadi sedemikian rupa.
wajar kalau pria dengan wajah ndeso ini bisa disebut sang fenomenal (il fenômeno).
sama seperti julukan yang diberikan kepada ronaldo luis nazario de lima, pesepakbola brasil ketika mengantarkan tim nasionalnya merebut trofi ke lima piala dunia pada 2002.
suka tidak suka, lucky politics kini tengah mengarah pada jokowi.
terlepas dari hasil survei berbagai lembaga jejak pendapat yang menempatkannya di rating teratas, riil politik jokowi telah menjadi sosok paling diperhitungkan.
tidak hanya di luar partainya, tapi juga di internal pdi perjuangan sendiri yang selama ini menjadi gerobak politiknya.
bahkan, kini pdi perjuangan seolah-olah kebingungan dengan fenomena jokowi yang sedemikian besar.
kalau boleh jujur, jokowi kini justru jauh lebih populer dibanding para elite politik di pdi perjuangan.
di sisi lain, magnet kuat jokowi tidak hanya menjadikan matematika politik mudah terbaca, namun juga menyebabkan ‘demam’ politik di partai-partai politik, termasuk pdi perjuangan.
kita melihat partai yang selalu mengusung jargon wong cilik bingung untuk menentukan apakah sang ketua umum megawati kembali maju bertarung dalam kontes kursi ri-1 pada juni 2014 ini.
atau putri sulung bung karno itu legowo memberikan ‘kesempatan’ itu kepada jokowi? nah, kabarnya, soal ini memunculkan friksi-friksi di internal pdi perjuangan.
dalam keelokan berpolitik, wajar kalau kemudian sebagian elite pdi perjuangan tak menginginkan jokowi menyalib megawati.
namun, tetap saja harus diingat dalam politik, keelokan atau etika bukanlah jaminan.
dinamisasi politik selalu memberikan ruang terhadap sebuah kesempatan.
artinya, kesempatan itu terbuka bagi siapa saja.
tidak hanya untuk seorang megawati, jokowi atau figur lain yang mungkin dirasakan pas untuk ikut berkompetisi.
terpenting, di sini adalah jiwa besar para elite di pdi perjuangan dalam memahami dinamisasi politik dengan bijak.
di sini yang mungkin harus dipahami adalah bahwa iklim kewajaran menciptakan setumpuk keinginan di benak para pelakon politik.
sekali lagi, wajar kalau adanya friksi-friksi di tubuh pdi perjuangan ketika nama jokowi jauh lebih pas untuk berkontes pada pilpres mendatang.
publik melihat, il fenomeno hadir karena memang situasi kekinian mengharuskan seperti itu.
dalam kacamata polos, negeri ini memang sudah seharusnya hadir figur muda, sederhana, jujur dan tidak selalu menonjolkan memori keemasan masa lalu.
kita tidak bisa kembali pada masa lalu yang selalu diagungkan jauh lebih baik, atau sosok figur masa lalu yang penuh kharismatik.
negeri ini membutuhkan pembenahan secara gradual di sana-sini.
mentalitas korup aparatur pemerintah, para wakil rakyat, serta kesenjangan ekonomi antara yang berpunya dan tidak berpunya yang semakin lebar.
dan, wajar rasanya kalau untuk membenahi semua ketidakberesan itu dibutuhkan sosok pemimpin muda yang fresh dalam pemikiran, tindakan dan perbuatan.
dan, publik melihat ada banyak figur-figur muda selain jokowi yang bisa melakukan itu semua.
sangat menarik kalau pada musim kontes kursi ri-1 kali ini, semuanya adalah kaum muda yang enerjik.
jauh sangat bijaksana kalau kemudian para sepuh menarik kembali impiannya untuk kembali manggung, di mana riil politik tidak lagi berpihak.
andai saja jokowi menghabiskan masa jabatan wali kota surakarta, tentu lucky politics masih memberikan ruang kepada siapa saja.
termasuk bagi para sepuh.
(*)
googletag.
cmd.
push(function() { googletag.
display('div-banjarmasin-article-bottom-signature'); });
)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Kenapa (Ada) Jokowi?"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.