|
Berpikir Liar dalam Beragama |
oleh: prof dr h kamrani buseri madosen iain antasari banjarmasinorang tua-tua dulu pernah mengatakan bahwa nanti akan ditemukan yang aneh-aneh, yang belum pernah ada sebelumnya.
peristiwa aneh, perilaku aneh, pikiran aneh, dan lain-lain.
ucapan orang tua-tua dulu itu ternyata sekarang banyak terbukti.
banyak yang aneh-aneh kita temukan di lingkungan kita, atau bahkan di belahan dunia ini.
memang manusia itu unik sehingga erat kaitannya dengan yang aneh-aneh sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia.
dan orang yang aneh itu akan mudah dikenal orang lainnya dibanding orang yang normal biasa-biasa saja.
bila dikaitkan dengan agama, sementara pemeluknya ada yang
berpikiran aneh, liar dan
berpikiran menyimpang.
padahal agama itu lurus (hanief), suci (fithrah), mudah (yusrun), dan logis (al-ma’qul) bahkan agama itu merupakan jalan yang lempang (shirath al-mustaqiim).
sekitar sebulan lalu seorang teman saya berceritera bahwa dia ketemu dengan sekelompok orang yang berpaham bebas dari salat.
artinya, kelompok muslim itu tidak mengerjakan salat lagi.
bahkan lebih jauh lagi, karena menurut pikiran mereka, kelompoknya itulah yang disayangi allah, sehingga saat mati, mayatnya akan tetap lemah dan kulitnya menyembulkan warna kekuningan, tidak pucat seperti layaknya mayat pada umumnya serta tidak perlu dimandikan.
teman saya itu juga menyaksikan ada salah seorang anggota kelompok yang bebas salat tersebut meninggal dunia.
perwakilan kelompok tersebut meminta agar anggota yang meninggal dan dibiarkan itu untuk dibantu mempersiapkan penguburannya.
setelah dihampirinya, ternyata mayatnya kaku dan kaki tangannya tidak bisa diluruskan lagi.
mayat menurut ajaran agama yang diikuti jumhur juga, sejenak setelah meninggal harus dirapikan, badannya diluruskan, kaki tangannya dilemaskan supaya mudah memandikannya.
mayat lazim bukan dibiarkan, karena diyakini nantinya mayat tersebut posisinya menjadi baik sendiri, kuning, lemas dan sebagainya atas dasar amalan dan paham yang mereka anut.
terlepas dari semua kenyataan itu, yang jelas pikiran seperti itu tidak ada dasarnya dalam ajaran islam, bahkan tidak logis atau tidak masuk akal.
sebab, rasul sendiri sebagai orang yang paling mulia di sisi allah tetap melaksanakan salat.
rasul adalah yang paling ingat kepada allah, tetapi tetap mengerjakan salat, bahkan bengkak kaki beliau mengerjakan salat tahajud.
memang salat bagian dari ibadah, dan ibadah akan menguatkan iman, dan iman harus direfleksikan dalam ibadah.
antara iman dan ibadah saling bersinergis, jadi bilamana ada orang yang menyatakan selalu ingat kepada allah tetapi tidak melakukan salat, maka jalan pikirannya menyimpang.
orang yang menyatakan cinta terhadap seorang kekasih, tentu akan selalu ingat dan banyak membicarakan tentang kekasihnya itu.
begitupula dengan pernyataan cinta kepada allah, tentu ia akan banyak ingat dan menyebut nama allah yakni dengan berzikir sebagai bukti bahwa dia cinta kepada-nya.
zikir menguatkan iman, dan iman direfleksikan dalam zikir.
kedua-duanya akan membuahkan ketenangan dalam hidupnya, karena penegasan allah bahwa “bukankah zikir itu menenangkan hati”.
tata pikir yang benar dalam islam adalah mengikuti tata pikir muaz bin jabal di saat beliau hendak dikirim menjadi gubernur yaman.
muaz ditanya oleh rasul bahwa bilamana dia menjadi gubernur di yaman, bagaimana dia menetapkan hukum.
muaz menjawab, dia menetapkan hukum bersumber pada kitabullah alquran.
nabi bertanya lagi bagaimana bila tidak ditemukan di dalam alquran, muaz menjawab dengan sunnah rasul-nya.
nabi pun menanyakan lagi, bagaimana bila tidak ditemukan hukum tersebut di dalam alquran dan sunnah, maka muaz menjawab ajtahidu ra’yi yakni aku berijtihad dengan pikiranku sendiri.
nabi pun menepuk bahu muaz tanda setuju.
sehubungan dengan itu, maka sumber utama bilamana kita ingin mengetahui ajaran agama yang benar pertama sekali mencari jawabannya di dalam alquran.
nah bila tidak ketemu maka rujuklah sunnah rasulullah.
perlu digaris bawahi bahwa sunnah rasul itu bukan saja hadits (ucapan beliau), tetapi juga perilaku atau perbuatan beliau serta sikap rasul terhadap sesuatu masalah.
sunnah dalam konteks perbuatan atau perilaku sangat luas, karena selama 23 tahun beliau menjadi rasul tidak terlepas dengan perbuatan dan perilaku sehari-harinya.
namun sayang, terkait perilaku rasul yang tertuang dalam sejarah hidup rasul (sirah ar-rasul) jarang diperhatikan.
rasul sebagaimana diungkap oleh para sejarahwan, beliau meninggalkan jejak kehidupan yang sangat mengagumkan yang meliputi 8 sukses.
salah satunya perilaku rasul adalah tentang salat yang selama hidup beliau tidak pernah meninggalkannya.
artinya, bilamana ada ajaran tentang tidak perlunya salat, ini bukan ajaran rasul, berhati-hatilah karena ajaran seperti itu merupakan bisikan setan.
begitupula bilamana di dalam alquran dan sunnah rasulullah tidak ditemukan, maka hendaknya kita menggunakan ijtihad yakni menggunakan akal pikiran kita secara bersungguh-sungguh untuk menemukan jawaban terhadap persoalan hukum atau persoalan lainnya.
tentu saja urutan tata pikir muaz di atas harus ditaati tidak boleh loncat, dan dengan niat mencari kebenaran dari allah semata, bukan niat atau motivasi lain seperti motivasi kemasyhuran atau motivasi mencari yang mudah.
mirip dengan tata pikir muaz tersebut apa yang diutarakan oleh mukti ali yaitu ilmiah cum doktriner.
epistemologi yang ditawarkan mukti ali berupa pendekatan ilmiah cum doktriner merupakan hal yang seharusnya.
masalah yang harus ditelaah adalah alquran dan sejarah islam dengan metode tipologi yakni masalah-masalah yang dipelajari adalah tuhan, nabi muhammad, alquran, situasi dan kondisi negeri arab sewaktu nabi muhammad diangkat, orang-orang yang mewakili corak kelompok masyarakat yang pertama dan diajar oleh nabi.
tuntunan ke arah
berpikir benar, tidak menyimpang perlu dihayati oleh seluruh umat islam, bukan semata bagi kalangan intelektual atau ulama, tapi tanpa kecuali masyarakat biasa.
sesungguhnya tata pikir tersebut cukup sederhana yang bisa diikuti oleh semua lapisan masyarakat.
karena, sebenarnya agama itu akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal.
artinya, agama itu logis, lurus, lempang, mudah dipahami.
agama tidak berbelit-belit dan tidak sukar sebagaimana alquran adalah mudah dipelajari dan dipahami.
allah menyatakan dalam firman-nya surah alqamar ayat 40; “dan sesungguhnya telah kami mudahkan alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”di sisi lain umat islam tidak boleh berlebihan seperti ekstrim bebas, atau ekstrim
berpikir sempit, sehingga menjadi kelompok sempalan.
umat islam harus
berpikir tengah-tengah, harmonis (ummatan wasatha).
umat islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran, baik di dunia maupun di akhirat.
mari kita camkan tata pikir islami yang telah diwariskan oleh rasul dan para sahabat beliau, sehingga betul-betul kita terbebas dari
berpikir liar dalam beragama.
semoga kita selalu berada dalam petunjuk allah swt, aamiin.
(*)
googletag.
cmd.
push(function() { googletag.
display('div-banjarmasin-article-bottom-signature'); });
)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Berpikir Liar dalam Beragama"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.