Sebodoh Itukah Kita? |
“mereka menjadi guru hanya karena ingin jadi pns, bukan ingin jadi pendidik”oleh: mujiburrahmanjumat, 14 februari 2014 kemarin, media memberitakan, 13 murid sdn teluk tiram 6 banjarmasin, keracunan akibat menenggak minuman oplosan, yang merupakan campuran big cola, susu yes, madu rasa, pulpy orange, dan baby oil alias minyak bayi.
ini sebenarnya bukan kasus baru.
korban minuman oplosan di banjarmasin memang tinggi.
pada januari 2014, polresta banjarmasin menangkap tak kurang dari 300 orang peminum miras oplosan.
di bulan yang sama, media melaporkan, seorang ayah dan anaknya tewas akibat menenggak minuman serupa.
ini baru di banjarmasin.
bagaimana di kota-kota lain di kalimantan, jawa, sumatera dan lain-lain?selain itu, banyak anak usia sd dan smp di banua, yang suka menghisap aroma lem fox, yang konon bisa membawa orang ke alam khayal.
mahasiswi kami, uun nurhayatin, pernah meneliti pasar tungging di kelayan, lokasi dan pekauman.
di sana ia menemukan anak-anak menghirup lem.
menurut cerita kawan, aksi serupa juga ditemukan sore hari di sekitar taman kamboja.
di beberapa kabupaten lain juga ada.
sementara itu, kalsel ditengarai sudah berada di peringkat kelima nasional dalam penyalahgunaan narkoba.
koran ini pernah melaporkan, pada 2012 penyalahgunaan narkoba dilakukan oleh 928 pihak swasta, 522 pengangguran, 93 ibu rumah tangga, disusul 13 pelajar dan 8 mahasiswa (bpost 16-3-2013).
sangat mungkin, kasus-kasus yang belum terungkap lebih banyak lagi.
desember 2013 lalu, polisi menyita 87.
000 butir ekstasi di bandara kualanamu, sumut, yang akan dikirim ke banjarmasin.
april 2013, dua tersangka narkoba ditembak polisi, dan ditemukan barang bukti 102,5 gram sabu, dan 10 ribu butir ekstasi.
kasus ini merupakan pengembangan penangkapan pengedar narkoba di banjarmasin, dengan barang bukti 7 kilogram sabu dan 7.
000 butir ekstasi (bpost, 3-12-2013).
saya yakin, banyak di antara kita yang menghela napas panjang mengetahui semua ini.
mungkin beban hidup terlalu berat, sementara kebutuhan dan angan-angan makin tinggi.
pengangguran dan kemiskinan membuat banyak orang frustrasi, tak punya harapan di masa depan, hingga putus asa dan memilih untuk teler.
sementara sebagian orang kaya, tergoda mencoba narkoba sampai akhirnya kecanduan.
kegalauan kita pun akan kian bertambah, jika membaca dua esai yang ditulis elizabeth panini di dunia maya, desember 2013 lalu.
yang pertama berjudul a nation of dunces? (bangsa orang-orang bodoh?), terbit di insideindonesia.
org dan yang kedua berjudul indonesian kids don’t know how stupid they are (anak-anak indonesia tidak tahu betapa bodoh mereka), terbit di portraitindonesia.
com.
panini mencatat, tiga tahun sekali, anak-anak usia 15 tahun dari 65 negara, mengikuti tes program for international studentassessment (pisa).
hasilnya, anak-anak indonesia selalu berada di urutan sangat bawah.
pada 2012, mereka berada di urutan ke-64 dalam bidang sains dan matematika, dan ke-60 dalam kemampuan membaca.
mereka kalah dari anak-anak singapura, korea bahkan malaysia.
padahal, kata panini, anggaran pendidikan kita sangat besar.
jumlah guru di daftar gaji sangat banyak, tapi jumlah guru yang benar-benar mengajar justru sedikit.
banyak guru yang malas dan bolos.
mereka rupanya menjadi guru hanya karena ingin jadi pns, bukan ingin jadi pendidik.
selain itu, nyontek sudah jadi budaya di sekolah-sekolah kita.
ujian nasional (un) malah memperparah budaya nyontek ini.
kita boleh marah pada tulisan elizabeth panini, atau menolaknya dengan menunjukkan prestasi-prestasi hebat siswa-siswi kita.
tetapi tak ada salahnya kita mendengarkan kritik orang asing itu, yang kiranya berdasarkan fakta pula.
apalagi jika kita kembali ke soal minuman oplosan, lem fox, miras dan narkoba.
bagaimanakah nanti jadinya generasi muda kita? sudah bodoh otaknya, dirusak pula otak itu!jika pemerintah, aparat penegak hukum, anggota dpr, ulama, guru, dan terutama para orangtua, tak mau peduli dengan semua ini, berarti benarlah yang dikatakan panini: we don’t know how stupid we are! kita tak tahu betapa bodohnya kita ini! (*)
terkait    #mujiburrahman
baca juga
kompas politik
bersatu dalam tawa
kiai sahal, faqih yang sufi
rahmat buat semesta
ketika hidup dimulai
editor: dheny
sumber: banjarmasin post edisi cetak
tweet
)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Sebodoh Itukah Kita?"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.