Beranda · Banjarmasin · Palangkaraya · Pangkalan Bun

Bulan Mulut




Bulan Mulut
Bulan Mulut






oleh: kh husin naparinbulan kelahiran nabi saw, rabi’ul awwal 1435 h telah jauh berlalu; namun masih ada di antara umat islam yang mengadakan peringatan maulid.
hal ini tidak mengapa, karena peringatan maulid bukan memperingati hari ulang tahun lahirnya nabi, tetapi menyambut kelahirannya; inilah yang diistilahkan dengan “maulid”.
maulid artinya kelahiran.
kalau memperingati hari ulang tahun lahir, istilahnya bukan maulid, tetapi “milad” dan harus tepat pada 12 rabi’ul awwal sebagai hari lahir beliau.
menyambut kelahiran nabi kapan saja bisa dilakukan kendati bukan pada 12 rabi’ul awwal, bahkan di luar rabi’ul awwal sekalipun.
syekh abdurrahman ad-diba’i mengungkapkan dalam sya’ir puji-pujiannya kepada nabi saw: walau anna ‘amilna kulla hinin, li ahmada maulidan qad kana wajib, artinya: “seandainya kita laksanakan setiap waktu, terhadap kelahiran nabi yang bernama ahmad bisa-bisa dikatakan wajib.
”ada juga orang mengatakan rabi’ul awwal adalah bulan maulud, ini bisa dibenarkan, karena yang disambut adalah pribadi beliau (orangnya).
maulud berarti yang dilahirkan.
ada anak muda bersitegang leher ketika membuat spanduk, yang satu bilang: maulud, yang lain mengatakan maulid.
mana yang benar? datanglah penjaga masjid (kaum) dan berkata : “yang benar adalah mulut”.
barangkali benar juga, karena dalam bulan rabi’ul awwal banyak mulut yang berperan.
dalam acara peringatan maulid, mulai dari pengatur acara, sambutan-sambutan, membaca alquran, membaca sya’ir-sya’ir, ceramah, membaca doa dan menyantap suguhan dalam peringatan, semua dilakukan dengan mulut.
ada yang berkata: “ustadz, memukul tarbang tidak menggunakan mulut.
” kita jawab : “betul, tetapi harus mengiringi irama mulut”.
demikianlah, peringatan maulid adalah sarana untuk mengenal nabi muhammad saw, siapakah beliau? beliau adalah rasul allah, yang dibangkitkan menjadi “model” pelaku kebajikan yang harus dicontoh (uswah hasanah).
kita berharap peringatan tidak sekedar mulut, bernabikan muhammad saw bukan sebatas mulut, menjadi umatnya tidak hanya di bibir, tetapi sampai ke dalam hati dan amal perbuatan (iqrarun billisan, watasdiqun bil jinan wa ‘amalun bil-arkan).
ada orang yang mulutnya kumat-kamit bersalawat tetapi perbuatannya bertolak belakang dari nilai-nilai ajaran islam yang katanya ia peluk.
hm subki al-bughuri menulis dalam bukunya : “cinta rasul kok gitu?” bahwa ada seseorang melantunkan salawat yang disenandungkan hadad alwi dan sulis: “ahmad ya habibi, ya habibi salam alaika,” sambil mengotak-atik kode togel (satu jenis perjudian, spikulasi untung-untungan).
ini dilakukan oleh masyarakat bawah, fakir-miskin.
ada pula  golongan elite berdasi, di ktp tertulis agama islam, lahir dan tasmiyah serta akikah sesuai ajaran islam, duduk bersimpuh mendengarkan ceramah peringatan maulid, tetapi melakukan kedzaliman, korupsi dan yang semisalnya.
inilah potret segelintir umat yang mengaku muslim.
bersalawat untuk nabi bukan sekedar di mulut, tetapi mengagungkan kebesaran nabi muhammad saw; yaitu di dunia dengan menyebut-nyebut namanya, menampakkan agamanya dan memelihara syariatnya; dan untuk akhirat dengan memohon kepada allah swt agar dia memberikan ganjaran besar kepada nabi saw, mengizinkan beliau untuk dapat memberikan syafa’at (pertolongan) kepada umatnya dan menempatkan beliau di tempat terpuji (maqaman-mahmudan).
(lihat: al-futuhat ar-rabbaniyyah, jilid 3, hal.
301).
(*)


terkait    #fikrah, husin naparin   #peringatan maulid nabi

baca juga



camat (calon mati)


guru bakeri dalam kenangan


pak asy'ari dalam kenangan


masyarakat jangan terprovokasi oleh agama


meneladani kepemimpinan nabi muhammad saw






editor: dheny

sumber: banjarmasin post edisi cetak






tweet
)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Bulan Mulut"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.