Murid-murid Pilih Tidak Bersepatu |
banjarmasinpost.co.id, barabai - rabu (29/1), sekitar pukul 07.
00 wita.
natasia, lela meilani, manto, rolan, agus dan jensen duduk sembari berbincang di tebing, pinggir sungai.
murid-murid sekolah dasar (sd) itu juga sedang melepas lelah usai berjalan kaki sekitar satu kilometer melewati jalan becek dari tempat tinggal, desa labuhan seberang, batangalai selatan, hulu sungai tengah (hst).
tidak berselang lama, mereka menuruni tebing.
kemudian menarik tali pengikat rakit bambu lalu beramai-ramai menaikinya, untuk menuju lokasi sekolah mereka, sdn labuhan.
aksi menantang bahaya harus mereka lakukan.
betapa tidak, untuk menggerakkan rakit, bocah-bocah itu harus menarik tali tambang yang menjuntai dan terikat di pohon, di kedua sisi sungai.
perlahan rakit bergerak menerjang arus sungai menuju seberang.
bisa dibayangkan bahayanya jika arusnya deras atau air sungai sedang pasang, apalagi sering kali tidak ada orang dewasa yang bersama mereka saat menyeberang menggunakan rakit itu.
setelah sampai di seberang, murid-murid yang kebanyakan tidak bersepatu itu kembali naik ke tebing kemudian kembali berjalan kaki menuju sekolah.
natasia dan kawan-kawannya terpaksa menggunakan rakit bambu jika ke sekolah dan pulang ke rumah, sejak jembatan gantung yang menghubungkan desa labuhan seberang ke labuhan ambruk.
akibat hantaman banjir pada 10 januari 2014 lalu, jembatan itu tidak bisa lagi digunakan.
tali-talinya putus.
tak hanya murid sd, sejumlah murid tk pun menggunakan rakit tersebut.
namun, mereka diantar orangtua masing-masing.
“awalnya saya takut naik rakit itu.
teman-teman juga.
tetapi sekarang sudah mahir.
sudah berani menyeberang sendiri,” kata seorang murid kelas v sdn labuhan, manto.
meski demikian, dia mengatakan tetap lebih enak jika berjalan kaki melewati jembatan.
“kalau naik rakit, sering harus menunggu giliran (menyeberang) dulu.
akibatnya kami bisa terlambat ke sekolah,” ucapnya.
harapan serupa juga diucapkan natasia yang duduk di bangku kelas iv sekolah yang sama.
dia ingin jembatan gantung segera diperbaiki sehingga bisa digunakan lagi.
apabila melewati jembatan, natasia bisa kembali mengenakan sepatu.
“kalau pakai lanting (rakit) kan basah, terpaksa pakai sandal,” katanya.
salah seorang guru sdn labuhan, rosita mengungkapkan, akibat ambruknya jembatan gantung hingga memutus akses antardesa, membuat sekitar 30 muridnya terpaksa menyeberang dengan rakit bambu.
“selain mereka sering terlambat masuk sekolah, kami sangat mengkhawatirkan keselamatannya.
sering mereka menyeberang tanpa didampingi orangtua,” ujar dia.
menurut rosita, saat ini arus sungai batangalai tidak begitu deras.
kondisi air juga tidak terlalu tinggi, sehingga masih aman bagi para murid.
“yang kami khawatirkan, jika nanti airnya meninggi dan arusnya deras.
sangat berbahaya bagi anak-anak,” tegas rosita.
sementara tokoh masyarakat setempat, eltrilian mengatakan, warga sudah menyelamatkan kepingan papan ulin-papan ulin jembatan sehingga jika pemerintah daerah melakukan perbaikan, masih bisa memanfaatkan papan-papan itu.
“kami sangat berharap jembatan itu segera diperbaiki.
jembatan itu tak hanya digunakan anak sekolah, juga warga lainnya, termasuk para petani karet, untuk mencari nafkah guan membiayai hidup keluarga,” ujarnya.
menurut eltrilian, ambruknya sepanjang 75 meter dengan lebar 1,5 meter itu bukan semata karena terjangan banjir.
tetapi juga dipicu aktivitas penambangan pasir yang menggunakan alat berat.
aktivitas yang terjadi sekitar 500 meter dari jembatan, diduga mengakibatkan tanah menjadi labil sehingga mudah longsor.
“kabarnya penambangan itu ilegal.
kami juga berharap, pemkab menertibkannya karena telah merugikan lingkungan di sekitarnya.
kalaupun ada ada izinnya, tolong jangan menambang di dekat jembatan gantung,” kata eltrilian.
desa labuan dan labuan seberang merupakan kampung yang dihuni suku dayak meratus di batangalai selatan.
akses jalan menuju jembatan dari desa labuhan seberang juga sangat buruk, karena hanya berupa jalan tanah yang becek.
(han)
terkait    #jembatan gantung, putus
baca juga
sudah setahun jembatan putus di margasari belum dibangun
41 korban jembatan gantung di serang selamat
jembatan gantung putus, puluhan orang terjun ke sungai
jembatan gantung putus, belasan warga tercebur ke sungai
editor: edinayanti
sumber: banjarmasin post edisi cetak
tweet
)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Murid-murid Pilih Tidak Bersepatu"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.