Blusukan Malaikat Azab |
oleh: denny indrayanawakil menteri hukum dan hak asasi manusiakebijakan kami mengetatkan pengurangan hukuman, tidak mengobral remisi, utamanya bagi napi korupsi, bandar narkoba, terorisme, pelanggar ham berat, pelaku perdagangan manusia, pelaku illegal logging, pelaku illegal mining, dan kejahatan transnasional serta terorganisir lainnya melahirkan berbagai julukan.
di awal masa menduduki jabatan wakil menteri, karena kami mencabut pembebasan bersyarat yang akan dinikmati beberapa narapidana korupsi, dalam satu forum dpr yang terhormat, saya dikatakan “tidak ganteng” oleh salah satu anggota dpr.
istri saya sempat protes.
ketika hari itu saya tiba di rumah dia berkata, “kok orang-orang pada ribut ayah dikatakan nggak ganteng.
padahal kan benar.
ayah kan memang nggak ganteng”.
saya tersenyum kecut.
itulah cara bunda os menghibur dan memberikan dukungannya kepada saya.
dengan menghadapi setiap situasi sulit tidak selalu dengan ketegangan, tetapi tidak jarang dengan senyum manis dan guyonan yang menyegarkan.
julukan lain “penjaga masjid” disematkan kepada saya.
tahun lalu menjelang idulfitri, saya mengirimkan pesan twit: “advokat koruptor adalah koruptor itu sendiri.
yaitu advokat yang membela kliennya yang nyata-nyata korupsi, menerima bayaran dari uang hasil korupsi”.
maka dalam acara ilc, tv one, seorang advokat senior mengatakan saya “penjaga masjid”.
sekarang, dan dalam banyak kesempatan setelah itu, ketika praktik haram mafia peradilan terlihat telanjang, utamanya setelah kpk menangkap tangan seorang advokat yang diduga menyuap kasusnya di ma, saya mendapatkan banyak dukungan.
rata-rata mengatakan, apa yang saya katakan adalah realita yang tak terbantahkan.
baru-baru ini, ketika polemik terkait pp nomor 99 tahun 2012 (alias pp asmaul husna), sebagai dasar pengetatan pemberian keringanan bagi napi korupsi, bandar narkoba, teroris dan sejenisnya, saya mendapatkan julukan baru lagi, “malaikat azab”.
mantan napi, anton medan, menggambarkan itulah julukan yang diberikan para napi kepada saya, karena dianggap menjadi pencetus ide lahirnya pp asmaul husna.
alhamdulillah, derajat saya terus membaik.
dari awalnya tidak ganteng, lalu menjadi penjaga masjid, akhirnya menjadi malaikat azab.
saya sering tersenyum sendiri membayangkan julukan-julukan yang saya terima tersebut.
bayangkan, jika tiga julukan itu digabungkan maka saya kira-kira adalah: malaikat azab, yang tidak ganteng, dan sedang menjadi penjaga masjid.
tersenyum, itulah respons awal saya.
menikmati julukan-julukan itu sekaligus tetap melakukan introspeksi diri.
bekerja di kemenkumham dengan 1001 tantangan, tentu saja keseriusan adalah keniscayaan.
tapi, jeda santai juga merupakan keharusan.
karena di tengah gulungan masalah yang datang silih berganti, tanpa terus melakukan refreshing dan evaluasi terus-menerus, siapapun akan mudah tersesat dalam pusaran persoalan.
apalagi waktu kami di kemenkumham tidak banyak, hanya tiga tahun.
terhitung sejak 19 oktober 2011 hingga 20 oktober 2014.
jangankan menyelesaikan seluruh masalah di kementerian, mencoba menguraikan benang kusut di satu direktorat jenderal pemasyarakatan saja, sudah merupakan tantangan yang amat besar.
di bulan ramadan ini, bulan penuh barokah, sekaligus bulan penuh godaan, kami diuji dengan tragedi di lapas tanjung gusta, pelarian di rutan batam dan terakhir ironi kamar seks di lapas narkotika cipinang.
semuanya datang silih berganti, dan menjadi persoalan yang menutup banyak ikhtiar perbaikan yang telah dilakukan.
inspeksi mendadak (sidak) yang beberapa waktu lalu mendapatkan dukungan, segera saja dikritik sebagai metode yang tidak efektif, dan hanya merupakan pencitraan semata.
saya kembali tersenyum.
sidak tentu saja bukan resep jitu menyelesaikan rumitnya persoalan lapas dan rutan di tanah air.
sesering apapun sidak dilakukan, persoalan kepenjaraan di tanah air tidak akan tuntas.
karena, tentu saja sidak saja bukan satu-satunya solusi.
sidak hanya efektif untuk mengetahui persoalan nyata di lapangan, yang tidak akan diketahui jika hanya mendengar laporan staf saja, yang tidak jarang bias, tidak lengkap, dan abs.
sidak ibarat blusukan.
melakukan blusukan saja pasti tidak akan menyelesaikan masalah.
ibaratnya kalau persoalan utama di jakarta adalah banjir dan kemacetan, maka blusukan saja pastilah tidak akan efektif menyelesaikan dwitunggal persoalan ibukota tersebut.
tetapi saya akan terus mendorong agar gubernur jokowi istiqomah melakukan blusukannya.
saya yakin blusukan demikian pasti ada manfaatnya, paling tidak untuk memotret secara langsung persoalan-persoalan langsung di lapangan.
meski mungkin tidak lama lagi, utamanya menjelang momen pilpres 2014, blusukan jokowi akan juga dilihat sebagai pencitraan politik semata.
sekarang masih belum.
blusukan jokowi masih banyak dipandang sebagai keaslian, kesederhanaan, bukan pencitraan.
waktu saya tidak banyak lagi.
hanya satu tahun lebih sedikit.
maka, pembenahan kementerian, termasuk lapas dan rutan akan jalan terus.
perang melawan pungli tidak akan berhenti, dimanapun di kemenkumham.
alhamdulillah, pelayanan keimigrasian-khususnya dalam pembuatan paspor-telah mengalami perbaikan, meski harus terus dievaluasi.
penerimaan cpns tahun lalu sudah lebih bersih dari praktik setoran dan titipan.
tahun ini di bulan september, kemenkumham akan kembali membuka penerimaan, kami akan kembali pastikan bahwa prosesnya bersih, bahwa cpns adalah “calon pegawai nihil setoran”.
kembali ke persoalan pemasyarakatan, salah satu tantangan yang kami hadapi adalah gugatan atas pp asmaul husna.
jawaban ke mahkamah agung, atas keberatan beberapa napi korupsi, dengan kuasa hukumnya profesor yusril ihza mahendra, telah kami persiapkan dengan argumen hukum yang jernih.
sejernih niat kami, melalui pp asmaul husna, untuk menegaskan dan menguatkan ikhtiar pemberantasan korupsi, narkotika, teroris dan kejahatan maha perusak kehidupan berbangsa lainnya.
tantangannya pasti tidak mudah.
mendapatkan julukan malaikat azab, yang tidak ganteng, sedang menjaga masjid, bukanlah tantangan apa-apa.
karena itu dalam banyak kesempatan saya katakan, kami tidak ada pilihan selain terus maju.
sebagaimana ungkapan pangeran antasari, pahlawan nasional dari kalimantan selatan, tempat saya lahir dan dibesarkan, “haram manyarah, waja sampai kaputing”.
yang pada dasarnya berarti: sekali perjuangan dilakukan, pantang surut dan mundur ke belakang.
mundur berarti menyerah.
menyerah berarti kalah.
padahal, kalah bukanlah pilihan, apalagi dalam perjuangan melawan korupsi, narkoba, teroris, dan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) lainnya.
reformasi di kemenkumham, tidak terkecuali di jajaran pemasyarakatan, imigrasi, hak kekayaan intelektual, ham dan direktorat lainnya akan terus kami lakukan.
sidak akan terus berjalan.
meski sidak semata tentu saja bukan solusi.
pendekatan komprehensif dengan penguatan integritas dan kapasitas sdm, perbaikan sarana-prasarana, dan penambahan dukungan anggaran adalah adonan solusi yang harus dipastikan terus hadir.
tantangan, godaan dan ancaman pasti akan muncul dari seluruh penjuru mata angin.
apalagi jika ikhtiar yang kita lakukan mengganggu zona nyaman para korupror, bandar narkoba dan teroris.
kami tidak akan gentar.
kami yakin, masih banyak rakyat indonesia yang mendukung perjuangan ini.
perjuangan menciptakan indonesia yang lebih antikorupsi, lebih antinarkoba, lebih antiteroris.
perjuangan menciptakan indonesia yang lebih terhormat, lebih bermartabat.
keep on fighting for the better indonesia.
(*)
)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Blusukan Malaikat Azab"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.