Rembulan |
oleh: mujiburrahmanbulan atau rembulan adalah benda langit yang menjadi perhatian manusia sejak zaman purba.
ia telah membangkitkan khayal para penyair, objek yang menggelitik rasa ingin tahu para ilmuwan, dan cermin yang bening bagi kaum agamawan untuk merenungkan kehidupan.
"cantik bagai rembulan" adalah ungkapan yang sering kita temukan dalam aneka lagu dan puisi cinta.
"widuri, elok bagai rembulan, oh sayang," lantun broery dalam lagu widuri.
bahkan setelah manusia benar-benar mengetahui bahwa permukaan bulan itu tidak mulus (tidak cantik), rita sugiarto tetap bernyanyi: sejak manusia turun di bulan, wajahnya cantik bagai bulan.
karena bulan, wajahnya cantik.
berbeda dengan para penyair, kaum ilmuwan lebih tertarik pada bulan sebagai benda langit yang perlu dikaji secara ilmiah.
mereka mencoba mengetahui posisi bulan dalam hubungannya dengan matahari dan bumi, dan menghitung secara cermat jarak dan waktu peredarannya.
dengan pesawat antariksa yang canggih, para ilmuwan bahkan sudah berhasil menyentuh dan meneliti fisik bulan.
seperti diberitakan media, para ilmuwan menghitung bahwa tadi malam telah terjadi bulan purnama sempurna (supermoon).
bulan purnama terjadi ketika bulan berada di arah berhadapan dengan matahari, dan bumi berada di tengah.
bulan purnama tadi malam disebut super, karena posisinya yang sangat pas dan dekat dengan bumi, yaitu 221.
824 mil, atau 30.
000 mil lebih dekat dari jarak yang biasa.
tadi malam pula, masyarakat banjar banyak yang melaksanakan ibadah di masjid dan langgar, karena bertepatan dengan nisfu (pertengahan bulan) syakban 1434 h.
mereka salat berjemaah, membaca yasin dan berdoa agar diberi panjang umur dalam ketaatan kepada allah, diselamatkan dari bencana dan diberi rezeki yang halal, serta meraih akhir yang baik saat tutup usia.
hari ini, sebagian mereka juga berpuasa.
dalam patterns in comparative religion (1958), mircea eliade menjelaskan panjang lebar bahwa bulan amat penting dalam tradisi berbagai agama.
bulan sangat menarik, kata eliade, karena tidak seperti matahari yang tak berubah, bulan terus berubah.
ada tiga malam, langit tanpa bulan, kemudian muncul bulan sabit, lalu purnama, kemudian perlahan menyusut hingga lenyap, lalu muncul lagi bulan sabit.
menurut eliade, bulan dalam agama-agama kuno dianggap sebagai sumber kesuburan bagi tumbuh-tumbuhan karena pengaruhnya pada air, atau kesuburan rahim perempuan yang menstruasi (datang bulan).
bulan juga melambangkan perubahan, waktu dan nasib.
tak ada kondisi yang tetap.
tak ada pula perubahan yang final.
setiap perubahan adalah suatu putaran ke titik awal, suatu regenerasi.
bagi kaum agamawan, bulan adalah cermin ritme hidup manusia.
ketika memandang bulan, manusia seolah melihat dirinya sendiri.
ia datang dari tiada menjadi ada, sempurna (dewasa), lalu melemah, tua hingga mati.
kebahagiaan dan kesengsaraan datang silih berganti, laksana bulan sabit yang melengkung, lalu menjadi purnama, hingga berkurang dan melengkung lagi dari sudut yang berlawanan.
manusia tentu ingin terbebas dari lingkaran ini, lingkaran senang-sengsara, hidup-mati.
manusia ingin melampaui keduanya, mencapai yang abadi, yang mutlak.
kematian akan dilanjutkan oleh kebangkitan menuju keabadian.
alam semesta tiada lain dari jejak-jejak kehadiran ilahi yang harus dilewati dan direnungkan, agar manusia selamat sekaligus menikmati pelayaran menuju samudera tak bertepi.
demikianlah, penyair melihat bulan dalam citra keindahan, ilmuwan melihatnya sebagai benda langit yang diteropong, diukur, diinjak dan diteliti, sementara agama, melihatnya sebagai simbol dari irama dan makna hidup manusia.
karena itu, sudah sewajarnya kaum muslim bersikap saling menghormati jika terjadi perbedaan pandangan mengenai keabsahan ibadah nisfu syakban dan penetapan awal ramadan.
jika tidak, sebagai umat beragama, kita hanya akan memuja bentuk, melupakan isi, membanggakan formalitas, menyingkirkan substansi, mengagungkan simbol, mengabaikan arti.
akibatnya, agama akan kehilangan fungsi dan maknanya yang sejati.
(*)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Rembulan"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.