Antara Setia dan Selingkuh |
oleh: mujiburrahmansetia adalah kebalikan dari selingkuh.
tetapi suatu hari, saya menerima permintaan berteman di facebook dari seseorang yang mengaku bekerja di pt setia (selingkuh tiada akhir).
penjelasan dalam tanda kurung itu membuat saya tersenyum.
paradoks memang sering kita temui dalam hidup ini, lebih-lebih di ranah kekuasaan.
katanya berjuang demi rakyat, padahal demi diri sendiri.
katanya pemimpin itu melayani, ternyata justru minta dilayani.
katanya menyumbang, padahal politik uang.
katanya studi banding, padahal jalan-jalan.
katanya melawan preman, ternyata berkawan preman.
katanya penegak hukum, ternyata penjual hukum.
begitu pula di ranah sosial.
katanya organisasi untuk mengabdi, ternyata untuk menghidupi diri sendiri.
katanya pendidikan untuk mencerdaskan, ternyata demi uang dan pencitraan, pendidikan berubah menjadi pembodohan.
katanya lsm (lembaga swadaya masyarakat) memberdayakan masyarakat, ternyata malah memperdaya masyarakat, melalui persekongkolan dengan penguasa dan pengusaha.
di ranah budaya juga begitu.
katanya sangat anti-barat, tetapi tanpa malu menikmati sains, teknologi dan seni karya orang barat.
katanya antibudaya demokrasi, padahal tanpa kebebasan berpendapat dan berserikat, kelompok anti-demokrasi itu akan dilarang dan dibubarkan.
katanya anti-kapitalis, padahal ia suka berbelanja di mal dan bangga memasukkan anaknya ke sekolah swasta yang mahal.
paradoks di ranah agama tak kalah seru.
katanya agama mengajarkan, ilmu adalah syarat sukses di dunia dan akhirat, tapi ternyata tak sedikit siswa dan mahasiswa, bahkan guru dan dosen, yang malas menggali ilmu.
katanya kebersihan itu sebagian dari iman, tapi ternyata lingkungan kita masih kotor.
katanya, tokoh agama adalah panutan.
faktanya, justru ada yang jadi koruptor.
tetapi kerancuan, pertentangan, paradoks dan kontradiksi dalam hidup manusia, sebenarnya adalah hal wajar.
manusia memang diciptakan tuhan demikian.
ia diberi kebebasan memilih antara yang baik dan yang buruk, antara dosa dan pahala.
ia diberi akal sekaligus nafsu.
manusia bukanlah malaikat tanpa dosa, bukan pula setan, sumber segala dosa.
manusia berada di antara keduanya.
karena itu, menyadari berbagai paradoks di atas tidak perlu membuat kita pesimistis, seolah dunia ini gelap gulita tanpa cahaya harapan.
sebaliknya, aneka paradoks itu mengingatkan kita agartidak terlalu optimistis, terlampau percaya diri sehingga merasa paling bersih, lalu melihat dunia secara hitam-putih.
diri sendiri paling baik dan benar (putih), sedangkan orang lain semua buruk dan salah (hitam).
penempatan diri yang tepat kiranya adalah di tengah, tidak melulu pesimistis atau optimistis.
bagi kaum sufi, posisi ini berada di antara takut (khawf) dan harap (raj?').
terlalu takut membuat orang putus asa, sedang terlalu berharap membuat orang semena-mena.
posisi tengah adalah kerendahan hati, tidak sok suci, sok alim, sok benar, tidak pula pongah, acuh tak acuh, tak peduli dengan baik-buruk, dosa-pahala.
namun, kerendahan hati bukan berarti menerima segala paradoks itu secara senang hati.
kita justru harus berjuang menolak keburukan dan menggapai kebaikan sepanjang hayat masih dikandung badan.
karena, semakin banyak kebaikan yang kita raih, semakin besar pula kebahagiaan yang kita dapatkan.
sebaliknya, semakin banyak keburukan, semakin besar pula penderitaan yang kita rasakan.
mengapa kebaikan adalah kebahagiaan, dan keburukan adalah penderitaan? karena hakikat diri atau fitrah kita adalah baik, sehingga secara alamiah kita menyukai yang baik, benar dan indah.
dalam film laga, biasanya ada tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis).
jika anda bersemangat mendukung tokoh jahat ketika menonton film itu, saya kira anda adalah orang yang tidak normal.
namun, baik-buruk itu tidak selalu jelas dan mudah dibedakan.
apalagi jika yang dihadapi adalah gula-gula dunia berupa harta, tahta dan wanita/pria.
manusia gampang tergoda, sehingga keburukan terlihat bagai kebaikan, dan dosa tampak bagai pahala.
karena itulah, orang bijak menasihati, jika kita ragu akan baik-buruknya sesuatu, lebih baik tinggalkan saja!dengan sikap tegas itu, maka kegamangan antara yang baik dan yang buruk dapat dihindari.
orang akan tetap setia pada kebaikan, bukannya selingkuh tiada akhir dengan keburukan.
(*)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Antara Setia dan Selingkuh"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.