Damai dalam Dekapan |
kasus kematian t muhammad zainal abidin alias cekgu (30), kader partai nasional aceh (pna) pidie, sejauh ini masih dalam penanganan dan penelusuran pihak kepolisian.
di tengah mencuatnya kontroversi seputar motif kematian lelaki paruh baya itu, pihak keluarga korban secara lugas menyebutkan, eksekusi cekgu dilakukan oleh preman politik.
sebelumnya kabid humas polda aceh, kombes polisi gustav leo pada jumpa pers di mapolres pidie, selasa (30/4) sore, sempat mengklaim jika kasus kematian cekgu berlatar kriminal murni, terkait kasus narkoba jenis sabu.
"hasil pemeriksaan polisi, korban ditembak tiga kali saat di dalam mobil avanza bk 1690 qg.
ini kriminal murni.
isu-isu yang sempat dikaitkan dengan partai tidak ada.
kasus ini erat kaitannya dengan narkotika jenis sabu," kata gustav leo kala itu.
belakangan kombes pol gustav leo mengatakan keterkaitan dengan sabu, itu masih sebatas keterangan kedua tersangka yang mengaku mengundang cekgu untuk pesta sabu.
"tetapi polisi tidak serta merta mempercayai keterkaitan ini, termasuk benar atau tidak.
melainkan terus melakukan pengembangan untuk mengungkap motif di balik penembakan ini," lanjut gustav, sehari setelah pernyataan pertama.
sementara ketua umum dewan pimpinan pusat partai nasional aceh (dpp-pna), irwansyah, menyatakan pihaknya mengapresiasi kerja cepat personel polda aceh dan polres pidie menangkap kedua tersangka pembunuh cekgu.
namun secara tersirat irwansyah menyatakan polisi terlalu cepat mengambil kesimpulan menyangkut kematian cekgu.
bahkan berkaitan dengan itu pna yang juga tempat berhimpun mantan gam itu, mendeklarasikan bakal melakukan investigasi tersendiri.
terlepas dari apapun, kematian cekgu memang masih menyisakan kontroversi.
ada aroma premanisme politik yang mencuat, juga ada pengakuan dua orang terduga eksekutor yang mengaitkan dengan sabu sabu, dan dicap oleh keluarga korban sebagai upaya kriminalisasi terhadap korban.
karena kasus ini sedang ditangani hamba hukum, kita tetap harus menghormati proses hukum yang ada.
namun di balik semua itu, pernyataan tentang premanisme politik tetap saja menggelitik kita.
masalahnya, kekerasan politik sepertinya sudah menjadi agenda di nanggroe ini, dalam dua tahun terakhir.
tak dapat dibantah jika fenomena itu adalah bentuk ketidaksiapan berdemokrasi.
menghalalkan segala cara agar suhu persaingan dan rivalitas politik bisa ditekan.
pilkada gubernur aceh menjadi bukti yang sahih untuk itu, ketika ada buruh dari luar aceh yang meregang nyawa sia-sia.
mereka seakan menjadi komoditi dalam bursa posisi tawar.
setidaknya ini terungkap dalam persidangan kasus itu yang masih menggelinding di jakarta sana.
kita tak ingin, kekerasan menjelang pesta demokrasi akhirnya dianggap sebagai ritual pokok dalam pesta demokrasi di aceh.
mari kita jaga proses damai yang kini sedang dalam dekapan, bukan merobeknya dengan terjangan timah panas ala preman politik.
lebih dari itu, mari kita hormati upaya law enforcement oleh semua pihak seraya berharap dilakukan benar benar secara profesional.
(*)
Source from: banjarmasin[dot]tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Damai dalam Dekapan"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.