Belum Ada Titik |
ini sinyal yang dilontarkan anas urbaningrum, sehari setelah dia mundur sebagai ketua umum partai demokrat. “masih ada banyak halaman yang bisa dibuka. itu baru halaman pertama ....” ucapnya dengan intonasi cukup tegas. dan, banyak pihak pun menafsirkan pernyataan anas itu sebagai warning bagi elit politik di internal partai demokrat.wajar saja kalau kemudian anas mengutarakan hal itu mengingat situasi memang telah menempatkannya pada posisi yang tidak menguntungkan. anas pun sangat menyadari betul partai pemenang pemilu itu terlalu besar baginya. dia bahkan menyebut dirinya hanya seorang anak kecil yang tengah belajar di lembaga besar politik bernama partai demokrat.sebagai anak kecil yang berada di sebuah pusaran besar, tentu tidak mudah bagi anas untuk memahami karakteristik politik yang terbangun di sana. dan, akhirnya sebuah kerelaan memang harus diputuskan oleh anas ketika daya tawar politiknya tidak bisa memberikan jalan keluar yang terbaik bagi partai. publik menafsirkan bahwa partai demokrat merasa telah termarjinalkan di belantara politik di negeri ini sebagai akibat tindakan tidak terpuji individu tertentu di dalamnya.benarkah anas yang mengaku begitu lugu berpolitik melakukan tindakan terpuji? dalam konteks hukum, apa yang kini tengah dialami anas mengisyaratkan memang ada sesuatu yang terjadi. publik sangat menghormati apa yang kini sedang menjadi gawe besar komisi pemberantasan korupsi (kpk) ketika menetapkan anas sebagai satu dari sekian individu di demokrat yang diduga telah melakukan sesuatu yang tidak benar. atau dalam bahasa umum yang kita kenal: dugaan korupsi!kita tentu mendukung dan mengawal langkah kpk mengurai benang kusut persoalan hukum dalam skandal megaproyek hambalang yang melibatkan banyak orang penting tersebut. namun, jujur harus kita katakan nuansa yang tercipta dari masalah tersebut justru kuatnya kohesi politik. dalam kasus anas, misalnya. ada suatu keanehan yang sulit untuk kita lihat itu sebagai persoalan hukum semata. faktual yang kita rasakan begitu kuatnya desakan partikel politik dari berbagai unsur yang memang sengaja menciptakan disharmoni di internal demokrat.belum lagi suara-suara penggiran dari berbagai kalangan yang memiliki agenda tertentu menginginkan demokrat tidak lagi elok di mata publik. kondisi ini menjadi relevan mengingat tahun 2013 pertarungan antarpartai bakal semakin sengit demi meraih simpati publik. pendek kata, pada 2013 dunia politik di indonesia makin gaduh akibat persiangan parpol-parpol untuk menjadi kampiun pada pemilu 2014.pertarungan itu akan membuat politik saling sandera semakin marak. kasus luthfi hasan, presiden partai keadilan sejahtera dan anas urbaningrum adalah bagian dari kesenyawaan politik dengan hukum yang begitu kuat berkohesi. kasus luthfi dan anas tidak akan berhenti sampai di sana. sebab, politik saling sandera dalam iklim kekinian menjadi begitu begitu lazim dari sebuah permainan politik. seorang politikus berusaha akan mencari-cari kesalahan lawan politiknya untuk dijatuhkan dan dihancurkan citranya.pertarungan itu akan membuat politik saling sandera semakin marak. kasus luthfi hasan dan anas urbaningrum adalah bagian dari kesenyawaan politik dengan hukum yang begitu kuat berkohesi.dan, partai demokrat juga partai keadilan sejahtera adalah partai baru yang kurang pandai mengelola permainan politik secara baik. ini berbeda dengan partai golkar, pdi perjuangan dan juga ppp. partai tradisional ini sudah teruji dengan berbagai intrik politik yang terkadang bersenyawa dengan hukum.dan, seperti yang ditegaskan anas urbaningrum bahwa masih banyak koma dalam bukunya. “masih belum ada titik... itu masih koma, koma, koma...” (*)
Sumber: tribunews[dot]com
Belum ada tanggapan untuk "Belum Ada Titik"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.