SAMPIT, Komitmen stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) untuk menekan penyimpangan bahan bakar minyak (BBM) dengan cara membatasi jumlah pembelian kepada setiap pembeli, patut diacungi jempol. Meski untuk menerapkan itu, mereka harus siap menerima berbagai protes, termasuk diamuk seorang sopir yang tidak terima dengan aturan tersebut.
Seperti Kamis (22/11) sore, suasana di SPBU Samuda dibuat gaduh oleh ulah seorang sopir. Sopir truk yang diketahui bernama Rusdi (40) itu mengamuk lantaran hanya diperbolehkan membeli solar maksimal Rp 250 ribu, padahal sebelumnya dia mengaku bisa membeli hingga Rp315 ribu.
Pantauan Radar Sampit, sekitar pukul 14.24 Wib sejumlah sopir mengantre di depan SPBU Samuda, secara perlahan-lahan para sopir itu menuju ke tempat pengisian. Ketika giliran Rusdi (40) untuk mengisi, tiba-tiba pria bertubuh gempal ini mengamuk karena pembeliannya dibatasi oleh petugas SPBU. Tak terima, dia berteriak -teriak menuduh SPBU Samuda telah mengurangi jatah para sopir truk.
Aksi Rusdi menjadi perhatian warga lainnya yang sedang antre BBM di SPBU tersebut. Yang menjadi sasaran pria tersebut adalah H Fahmi yang merupakan pengawas di SPBU Samuda itu. Sementara itu, Rusdi terus berupa untuk mengejar namun tidak berhasil.
Melihat kondisi itu, dua polisi yang ditugaskan berjaga di SPBU tersebut langsung mengamankan Rusdi. Berkat kesigapan aparat kepolisian akhirnya sopir truk yang mengamuk itupun bisa ditenangkan. “Jatah sebelumnya itu Rp315 ribu. Sekarang dibatasi menjadi Rp250 ribu. Itu aturan siapa, itu hanya aturan SPBU Samuda sini saja,” tuding Rusdi dengan lantang di hadapan aparat Polsek Jaya Karya Samuda yang berjaga di SPBU tersebut sore itu.
Alasan Rusdi menuding SPBU Samuda karena jatah para sopir truk dikurangi, padahal menurutnya, jumlah pasokan solar yang distribusikan oleh terminal BBM Sampit (pertamina) sangat mencukupi. “Katanya, kalau suplai 5000 liter jatah solar akan dikurangi. Sekarang suplai 10.000 liter justru tetap dikurangi. Ada apa ini,” tanya dia.
Apa yang diungkapkan oleh Rusdi, ternyata dibenarkan oleh sejumlah sopir truk lainnya. Mereka juga mempertanyakan alasan SPBU Samuda membatasi penjualan solar kepada sopir truk maupun pikap. “Itu hanya permainan mereka (SPBU Samuda-Red) saja. Alasannya, katanya agar semua sopir truk dan pikap mendapat jatah yang sama supaya semua sama-sama mendapatkan solar. Kami rasa itu hanya permainan mereka,” kata salah satu sopir truk yang enggan dipublikasikan namanya.
Pengurangan jatah solar yang diberikan untuk truk dan pikap, menurut mereka, juga tanpa ada pemberitahuan sebelumnya sehingga banyak sopir yang mengeluh. “Kalau hanya Rp 250 ribu per truk itu tidak cukup. Karena kami kerja seharinya bisa dua rit sehingga membutuhkan solar yang cukup,” tambahnya.
Sementara itu, pengawas SPBU Samuda H Fahmi ketika dikonfirmasi Radar Sampit membenarkan bahwa jatah yang diberikan kepada sopir truk maupun pikap memang dibatasi. “Iya, sekarang sudah dibatasi, semula untuk truk Rp315 ribu pertruk sekarang hanya Rp250 ribu. Sedangkan pikap semula Rp175 ribu menjadi Rp150 ribu untuk sekali isi,” katanya yang waktu itu didampingi salah satu anggota Polsek Jaya Karya Samuda.
Fahmi beralasan pengurangan jatah yang diberikan kepada sopir truk mapun pikap itu karena atas perintah atasannya supaya semua truk maupun pikap sama-sama mendapatkan minyak solar. “Ini perintah atasan kami supaya dibatasi agar semua sama-sama mendapatkan solar. Kita juga perkirakan jumlah truk dan pikap yang ada. Kalau jatahnya Rp315 ribu untuk satu truk dan Rp175 ribu untuk pikap. Kami khawatir yang lain tidak dapat jatah solar,” ucapnya.
Disamping itu, H Fahmi juga menegaskan bahwa minyak solar yang dijual itu tidak semua dijual kepada masyarakat melainkan harus disisakan sekitar 2000 liter. Alasannya, lanjutnya, untuk keperluan pagi terutama untuk yang bekerja bukan kepada pelangsir. “Ini juga instruksi dari Pertamina supaya disisakan 2000 liter untuk pagi. Apabila sisanya sudah 2000 liter maka SPBU akan kami tutup terutama untuk minyak solar,” tegasnya.
Berdasarkan informasi yang diterima Koran ini, jumlah truk yang ada di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS) Samuda dan Mentaya Hilir Utara (MHU) Bagendang sekitar 146 truk dan pikap hanya 60 buah. Sedangkan suplai solar dari Terminal BBM Sampit ke SPBU Samuda perharinya 10.000 liter. “Untuk hari ini (22/11) sore, truk yang masuk mengisi ke SPBU Samuda sebanyak 90 truk dan pikap hanya 60 buah,” ujar juru parkir SPBU Samuda, Riza. (fin)
Sumber : radarsampit.net
Belum ada tanggapan untuk "Solar Dibatasi, Sopir Truk Mengamuk"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.