SAMPIT, Maraknya isu pentol dan bakso yang terbuat dari daging kucing atau tikus di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), ternyata membuat masyarakat takut. Imbasnya, para pelaku usaha kuliner tersebut mengeluh lantaran omzet penjualan mereka anjlok hingga 50 persen.
Hanong, salah satu penjual pentol goreng di Taman Kota Sampit, mengaku sangat terkejut dengan beredar isu seperti itu. Dampaknya sudah terasa beberapa hari terakhir, jika biasanya pentol goreng yang dibawanya selalu habis terjual, kini selalu masih ada sisa. “Penurunan penghasilan kami diperkirakan sampai 50 persen,“ kata Hanong sambil melayani pembeli yang masih setia membeli dagangannya, Minggu (25/11) kemarin.
Bagi Hanong, ini bukan sekadar masalah omzet. Isu yang menurutnya sangat keterlaluan itu kini membuat pedagang pentol seperti dirinya merasa tersudut dan malu karena banyak masyarakat yang mengira bahwa isu tersebut benar-benar terjadi, padahal mereka tidak pernah melakukannya. “Saya sangat terganggu atas isu ini karena itu menyangkut profesi,“ ujarnya dengan nada meninggi.
Diakuinya, saat ini masih banyak masyarakat yang tetap membeli pentol goreng yang dijualnya. Namun rata-rata para pelanggan setianya tersebut tetap saja bertanya untuk memastikan bahan pembuatan pentol tersebut dari daging dan bahan-bahan yang halal. “Saya hanya bisa menjelaskan bahwa saya tidak menggunakan daging itu dan terlebih diserahkan kepada pembeli,“ kata Hanong mencoba bijak menyikapi cobaan ini.
Dia dan rekan-rekan penjual pentol lainnya berharap pemerintah daerah ikut membantu meyakinkan masyarakat bahwa pentol yang mereka jual terbuat dari bahan-bahan yang halal. “Kalau tidak cepat mengatasi masalah ini, maka kami akan merugi,“ katanya.
Hery, salah satu pembeli pentol di Taman Kota, mengaku sempat kaget mendengar isu yang beredar mengenai pentol ini, dan sempat terpikir tidak ingin lagi membeli pentol karena takut penggunaan daging yang sembarangan bahkan akan berbahaya untuk kesehatan. “Saya berharap aparat dan dinas terkait membuktikan dan memperjelas isu ini apa benar atau tidak, “ujarnya.
Pantauan Radar Sampit, pembeli pentol di Taman Kota Sampit memang terlihat kurang, berbeda dengan hari-hari sebelumnya biasanya banyak anak-anak dan juga mahasiswa yang membeli pentol tetapi beberapa hari terakhir memang berkurang. Bisa disadari bahwa penjual pentol di Sampit menjamur karena makanan bulat terbuat dari daging itu memang sangat digemari di daerah ini.
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Timur, juga merasa terusik dengan beredarnya isu tersebut. Bahkan mereka berjanji akan menengahi isu yang sudah telanjur berkembang di masyarakat Sampit dan sekitarnya ini. “Kami bisa menindaklanjuti dan tentunya harus ada laporan,” kata Kadiskes Kotim Faisal Novendra C, kemarin (25/11).
Dinkes memilik wewenang lakukan pengawasan dan pembinaan hanya terkait dengan indikasi adanya bahan makanan yang dicampur dengan bahan berbahaya misalkan cairan pengawet (formalin) atau borak. “Terkait misalkan pentol tersebut ada kandungan daging lain, itu haruslah ditentukan dengan adanya penelitian atau dilakukan cek di laboratorium,” paparnya.
Faisal menambahkan, untuk mencari kebenaran informasi ini, pihaknya tidak bisa bekerja sendiri tetapi harus ada lintas koordinasi dengan instansi lainnya misalkan disperindag, dinas pasar ataupun badan pengawas obat dan makanan (BPOM).
“Dinkes sifatnya lakukan pembinaan misalkan bagaimana cara memasak yang benar dan pengawasan seperti bahan apa saja yang digunakan apakah berbahaya atau tidak. Tapi yang jelas, selama ada laporan tetap akan kami tindak lanjuti,” imbuhnya.
Menurut Faisal, sejumlah produsen membuat bahan pentol bakso yang ada di Sampit rata-rata dalam pengawasan dan pembinaan mereka, setidaknya per tiga bulan sekali Dinkes Kotim turun ke lapangan untuk lakukan pengecekan.
Terpisah, Audy Valent penasihat Paguyuban Pedagang Bakso dan Mie Ayam Sampit menegaskan bahwa mereka selama ini tidak pernah lakukan penipuan terhadap masyarakat yang nota bene selalu pembeli makanan khas Indonesia ini.
“Kami selalu memperhatikan kesehatan, terlebih bahan yang digunakan untuk produksi bakso dan mie ayam bukan sembarangan. Tentunya memperhatikan kesehatan, jadi tidak benar adanya isu pentol bakso yang terbuat dari daging kucing ataupun tikus itu,” paparnya.
Audy menyebutkan, mereka yang tergabung dalam paguyuban pedagang bakso dan mie ayam ini telah beranggotakan sekitar 120 anggota. Seluruhnya berdagang dalam pengawasan perkumpulan, artinya mereka tidak boleh keluar dari aturan yang telah ditentukan paguyuban.
“Kami menyadari, masyarakat mempunyai hak waspada dan berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan sehat. Dan masyarakat jangan mudah terpengaruh isu yang beredar belakangan ini,” tukas Audy yang dihubungi, kemarin.
Terpisah, Kasatreskrim Polres Kotim AKP Wahyu Rohadi SIK menegaskan, sampai saat ini pihaknya belum ada mengamankan ataupun menangkap warga yang kedapatan membuat pentol bakso dengan bahan campuran, tetapi mereka tetap menyelidiki kebenaran informasi tersebut. (hen/fm)
Sumber : radarsampit.net
Belum ada tanggapan untuk "Penjualan Pentol Anjlok, Dinkes Tunggu Laporan"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.